Selasa, 22 September 2015

DESAIN PEMBELAJARAN



                                                     

     



 

 DESAIN PEMBELAJARAN



BAB I


Pendahuluan
Berbagai terobosan yang mendasar dilakukan oleh unsur-unsur pendidikan  dalam rangka membenahi dan meningkatkan mutu pendidikan. Banyak agenda reformasi yang telah , sedang dan akan dilaksanakan. Beragam inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah rekontrukturisasi pendidikan yaitu memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan dan perencanaan serta pola pengembangan perencanaan serta pola pengembang menajerialnya dan pemberdayaan guru dan restrukturisasi model-model pembelajaran.
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sector kurikulum baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktek pembelajaran di  dalam maupun di luar kelas. Indikator pembaharuan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pola kegiatan pembelajaran, pemilihan media pendidikan dan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan.
Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut. Kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan serta tugas yang dibebankan kepadanya. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan,ketrampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berfungsinya kurikulum terletak bagaimana pelaksanaannya di sekolah khususnya di kelas dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kunci keberhasilan tersebut.
Dalam kurikulum 2004 guru diberikan untuk mengubah, memodifikasi bahkan membuat sendiri silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah. Guru diberikan kewenangan secara leluasa untuk menganalisis silabus tersebut sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah dengan menjabarkannya menjadi persiapan mengajar yang siap dijadikan pedoman pembentukan kompetensi peserta didik.






BAB I
PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN

Para ahli dalam bidang perencanaan merumuskan desain dengan definisi, Desain adalah salah satu aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan berbagai bentuk atau aktifitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri dari enam karakteristik yang saling berhubungan ; Riset (analisis) Desain (sintesis)Produksi (formasi )Distribusi (penyebaran)Utilisasi (kinerja) Eliminasi (penghentian)

Pendapat lain lebih spesifik dikemukakan oleh Genntry (dalam Sanjaya:2008;67) bahwa Desain Pembelajaran adalah strategi atau tehnik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektifitas pencapaian tujuan. Penerapan Desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang menerapkan, pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
  1. Pengertian Desain Pembelajaran
Terdapat pengertian desain pembelajaran (instructional disaign) yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
  1. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memacahkan masalah enggan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bias melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran desain instruksional dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam desain pembelajaran adalah pendekatan sistem yang meliputi analisis tentang perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi dan analisis evaluasi.
  1. Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau dating dari dalam diri individu siswa seperti,bakat dan minat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang dating dari luar individu yaitu pengaturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar.
  1. Shambaugh(2006) menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct  structures possibilities to responsively address those needs”.Yang artinya suatu desain pembelaqjaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
  2. Gentry (1994) yang berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Ia juga menguraikan penerapan suatu desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari pendapat para ahli diatas maka desain instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.Mendesain pembelajaran harus diawali dengan studi kebutuhan (need assessment) sebab berkenaan dengan upaya untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa dalam mempelajari suatu bahan atau materi pembelajaran.
Desain pembelajaran terdiri dari 4 unsur yang saling berkaitan yaitu sebagaimana dalam gambar di bawah ini:


 


 
         metodik


 




                Unsur siswa, tujuan, metode dan evaluasi adalah kerangka acuan perencanaan pembelajaran bersistem. Guru dan Dosen harus melihat, memperhatikan, mempertimbangkan dan memprioritaskan tentang:
  1. Ciri siswa, mahasiswa dan peserta didik
  2. Tujuan yang akan dicapai
  3. Metode dan kegiatan pembelajaran
  4. Evaluasi
Menurut Jerrold E. Kemp (1985:45-46) menganjurkan kepada guru dan dosen dalam mendesain pembelajaran untuk memperhatikan latar belakang siswa dari segi akademis dan sosial. Kedua latar belakang akan menjadi pertimbangan dalam mendesain pembelajaran karena siswa sebagai subjek belajar selanjutnya akan dapat ditentukan sasaran,metode dan tingkat evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan.
Latar belakang akademis meliputi:
1.      Nilai hasil belajar setiap mata pelajaran
2.      Tingkat pelatihan yang pernah diikuti
3.      Mata pelajaran yang pernah diikuti
4.      Indeks prestasi akademik
5.      Tingkat ketrampilan membaca, menulis dan matematika
6.      Prestasi pengembangan diri

Latar belakang sosial meliputi:
1.      Umur  menurut Pendidikan hindu dari segi umur dalam slokantara pada sloka 22(48) dinyatakan  “sampai umur lima tahun, orang harus memperlakukan anaknya sebagai raja, dalam usia sepuluh tahun sebagai pelayan dan setelah umur enam belas tahun keatas harus diperlakukan sebagai kawan.
2.      Minat terhadap mata pelajaran
3.      Harapan dan cita-cita
4.      Lapangan kerja yang diinginkan
5.      Bakat istimewa
6.      Ketrampilan yang dimiliki
7.      Semangat kerja

  1. Rambu-rambu  Desain pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kriteria penyusunan perencanaan pembelajaran meliputi:
  1. Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah efisien. Oleh karena itulah perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi perencanaan pembelajaran bukan sebagai pelengkap saja tetapi hendaknya guru harus berpedoman pada perencanaan yang telah disusunnya.
  2. Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Karena sumber utama perencanaan pembelajaran adalah kurikulum itu sendiri. Dari kurikulum itulah kita menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan materi atau bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa dan sebagainya. Kesesuaian eksternal adalah perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena perencanaan pembelajaran pada hakekatnya disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan bakat dan minat siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan dasar siswa harus dijadikan pertimbangan pertama dilihat dari kesesuaian eksternal.
  3. Kepastian  adalah Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah kita akan terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak terduga.
  4. Adaptabilitas : Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Misalnya: perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala memiliki syarat-syarat tertentu, manakala syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran demikian adalah perencanaan yang kaku karena memerlukan persyaratan khusus. Sebaiknya perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya.
  5. Kesederhanaan : Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Sebaliknya perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran.
  6. Prediktif: Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya…”. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.
C. Kinerja guru dalam desain pembelajaran
Guru atau dosen adalah sebagai desainer dalam pembelajaran. Desainer (perancang) pembelajaran adalah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan, pengembangan, penerapan dan evaluasi pengajaran. Mereka tersebut adalah:
  1. Perancang Pengajaran  yaitu orang yang bertanggung dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas perencanaan berkemampuan dalam semua segi proses dan  perencanaan pengajaran.
  2. Pengajar yaitu orang (anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil dan juga ikut dalam  perencanaan pengajaran, mengenal siswa dengan baik, menguasai cara pengajaran dan persyaratan program pengajaran dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua rincian dari hampir semua unsur perencanaan dan bertanggung jawab dalam mengujicobakan dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan.
  3. Ahli mata pelajaran yaitu orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek  pokok bahasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengajaran, bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi dalam semua kegiatan, bahan dan ujian.
  4. Penilai yaitu orang yang berkualifikasi untuk mengembangkan instrument pengujian untuk uji awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa dan mahasiswa (Uji akhir), bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program dan untuk menentukan keefektifan dan keefisenannya ketika dilaksanakan secara lengkap. (Jerrold E. kemp, 1985:17-18).
D. Pentingnya perencanaan  dan desain pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lessons Plans) berbeda dengan Desain Pembelajaran (Instructional Design) namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Dengan demikian perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan perencanaan dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegitan mingguan bahkan rancangan untuk untuk kegitan tahuan sesuai dengn tujun kurikukum yang hendak dicapai. Dengan demikian isinya bisa terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran, waktu yang diperlukan sampai pada bentuk evaluasi yang akan digunakan.
Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran keduanya memiliki posisi yang yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah. Sedangkan desain menekankan pada proses perancang program pembelajaran untuk membantu poses belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Zook (2001) bahwa desain instruksional adalah a systematic thinking process to help learners learn. Dengan demikian pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga. Sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain  pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang  akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran. Artinya ketika kita akan menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran maka kita perlu bertanya terlebih dahulu bagaimana desain kurikulum yang ada di lembaga pendidikan sedangkan kalau kita akan menyusun dan mengembangkan  sebuah desain pembelajaran kita perlu bertanya bagaimana agar siswa dapat mempelajari suatu bahan pelajaran dengan mudah.

E. Manfaat Desain Pembelajaran PAH dan Fungsi perencanaan dan desain Pembelajaran

  • Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
  • Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan.
  • Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
  • Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar.
  • Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
  • Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Unsur desain pembelajaran meliputi:
1.      Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala dan prioritas yang harus diketahui
2.      Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan tujuan umum yang akan dicapai
3.      Mengenali ciri siswa
4.      Menentukan isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan
5.      Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas
6.      Desain kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan (pengembangan silabus)
7.      Memilihkan media yang akan dipergunakan
8.      Memilihkan pelayanan penunjang yang diperlukan
9.      Memilihkan evaluasi hasil beajar siswa
10.  Memilih uji awal kepada siswa

1.      Fungsi Perencanaan, pembelajaran mempunyai fungsi diantaranya:
a.       Fungsi Kreatif Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Dengan umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b.      Fungsi Inovatif : Suatu inovasi akan muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.Kesenjangan itu hanya mungkin bisa ditangkap manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh.Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
c.       Fungsi Selektif:Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran kita dihadapkan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.Melalui proses perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai.
d.      Fungsi Komunikatif: Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat.
e.       Fungsi Predikdif : Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi dan dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f.       Fungsi Akurasi :Sering terjadi guru merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka merasa waktu yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari siswa. Akibatnya proses pembelajaran berjalan tidak normal sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi pelajaran yang telah disampaikan pada siswa tidak peduli materi itu dipahami atau tidak. Tapi dengan perencanaan yang matang dapat dihindari hal tersebut. Melalui proses perencanaan guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu dengan menghitung jam pelajaran yang efektif melalui program perencaaan.
g.      Fungsi Pencapaian kontrol : Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi akan tetapi membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan hanya berkembang dalam aspek intelektual saja akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil belajar dan sisi proses belajar.Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilaksanakan secara seimbang.
h.      Fungsi Kontrol: Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran teretntu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan materi mana yang sudah atau belum dipahami oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol yang dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
 F. Pendidikan Agama Hindu dalam merancang desain pembelajaran
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan ajaran agama Hindu.
Kurikulum Pendidikan Agama Hindu yang berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi  secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu sesuai dengan kebutuhan daerah atau pun sekolah.    
Pendidikan agama adalah merupakan usaha untuk memperkuat srada  dan bhakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.  Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan ajaran agama Hindu. Pendapat lain tentang  Pendidikan agama Hindu  mempuyai pengertian sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama hindu melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujutkan persatuan nasional.

1). Desain Pembelajaran pendidikan agama Hindu

Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Griggs (1974) hendaknya mengadung tiga komponen yang di sebut dengan anchor point.
  1. Tujuan pengajaran
  2. Materi pengajaran/ bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar
  3. Evaluasi keberhasilan
Hal ini sesuai dengan pendapat Kenneth D Moore; bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi bebrapa komponen di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Topik bahasan
  2. Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi )
  3. Materi pelajaran
  4. Kegiatan pembelajaran
  5. Alat atau media yang dibutuhkan
  6. Evaluasi hasil belajar
Dari beberapa pandangan tersebut diatas maka Desain Pembelajaran PAH (Pendidikan Agama Hindu)  adalah:
  1. Menentukan tujuan pengajaran pendidikan Hindu, adapun tujuan secara umum, pendidikan agama Hindu adalah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Hindu, sehingga menjadi manusia Hindu yang memiliki srada bhakti serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut juga perlu adanya suatu materi pengajaran tertentu .
  2. Menentukan materi pengajaran/ bahan ajar, bahan ajar atau materi pengajaran di dalam pendidikan agama Hindu adalah terdiri dari Dasar-dasar Agama Hindu, Weda, Darsana,Acara agama Hindu, Kepemimpinan Hindu, Teologi Hindu/Tatwa, tata Susila  Sossiologi Hindu, Upanisad, Wariga, Upakara yadnya, Sejarah Agama atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
  3. Menentukan pendekatan dan metode mengajar dan strategi yang akan digunakan agar bisa menyesuaikan dengan keadaan peserta ajar., di dalam pendidikan agama Islam metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi.
  4. Media pengajaran dan pengalaman belajar ini di lakukan untuk mempermudah peserta ajar/murid untuk menerima pelajaran. Dalam hal ini bisa menngunakan media bacaaan, tape recorder.
  5. Evaluasi keberhasilan, hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah di berikan oleh pengajar pendidikan agama Hindu.

2). Manfaat Desain Pembelajaran PAH

  • Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
  • Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan.
  • Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
  • Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar.
  • Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
  • Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

3). Model Desain Pembelajaran PAH

a. Model ROPES. ( Review, Overview, Presentation, Exsercise, Summary) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
  1. Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar denganmelihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite unuk memahami bahan yang disampaikan hari itu. Dalah hal ini diperlukan guru harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Dan jika guru mengetahui siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami terlebih dahulu.
  2. Overview, sebagai mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama yaitu berkisar antara 2 sampai 5 menit, guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategis yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pandangannya sehingga siswa merasasenang dan merasa dihargai keberadaannya.
  3.  Presentation, tahap ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena disini guru sudah tidak memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling shoing dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan.
  4.  Exsercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.
  5. Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami dalam proses pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat Summary ( kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan.
b. Model satuan pelajaran adalah merupakan istilah yang dikenal sekarang dengan rencana mengajar atau persiapan mengajar. Secra sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1). Identitas mata pelajaran.
2). Kompetensi dasar atau indikator yang hendak dicapai.
3). Materi pokok.
4). Media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
5). Strategi pembelajaran atau tahapa-tahapan proses belajar-mengajar yaitu mengenai kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam berintraksi. Dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi.

 4). Metode Pembelajaran  yang baik

Dalam proses belajar mengajar adalah merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yaang telah di rencanakan dan ditetapkan. Ada beberapa pendekatan yang di gunakan dalam pembelajaran agama yang di gunakan sebagai metode untuk penyampaian pembelajaran diantaranya adalah :
1)      Metode ceramah adalah merupakan metode penyampaian materi ilmu pengetahuan kepada anak didik yang melalu proses penyampaian secara lesan.
2)      Metode tanya Jawab adalah merupakan suatu metode mengajukan pertanyaan kepada peserta didik atau sebaliknya. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang, berpikir, dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.
3)      Metode tulisan Adalah merupakan metode mendidik dengan menggunakan huruf simbol-simbol yang berbentuk tulisan, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak di ketahui.
4)      Metode diskusi Adalah merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masyalah yang di hadapi, baik dilakukan oleh dua orang atau lebih yang msing-msing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
5)      Metode Pemecahan masalah (Problem solving) adalah merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang sesuatu masalah untuk selanjutnya menganalisa masalah tersebut sebgai usaha untuk memcahkan masalah.
6)      Metode kisah yaitu merupakasn salah satu metode pembelajaran yang digunakan dengan cara memberi cerita atau dongeng para tokoh-tokoh yang disesuai dengan tujuan perencanaan pembelajaran yang diinginkan, sehingga dapat menggugah hati nurani dan berusaha melakukan hal-hal yang baik.
7)      Metode perumpamaan. Adalah merupakan metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu.
8)      Metode pemahanan dan penalaran adalah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan membangkitkan akal kemampuan berpikir anak secara logis hal ini dilakukan untuk dapat membimbing anak didik untuk memahami problematikan yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar.
9)      Metode perintah dan berbuat baik dan saling menasehati. Dengan metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati agar berlaku benar dan memakan makanan yang halal dan diperintahkan untuk saling menasehati agar meninggalkan yang salah atay yang jelek dan sejenisnya.
10)  Metode Suri Tauladan. Adalah merupakan suatu metode yang terbaik dari beberapa metode yang ada karena dengan suri tauladan anak akan mudah meniru sehingga akhirnya akan dengan mudah pula untuk termotivasi metode ini sangat bermanfaat sekaili terutama jika dia berikan pembentukan sikap dan sifat anak didik.
EVALUASI
1.     Jelaskan Pengertian Desain Pembelajaran ?
2.    Jelaskan Rambu rambu desain Pembelajaran ?
3.    Bagaimana Kinerja guru dalam mendesain pembelajaran ?
4.    Jelaskan pentingnya Mendesain pembelajaran ?
5.    Jelaskan fungsi desain pembelajaran ?









BAB II
PERENCANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN
Pada bagian ini disajikan tentang Perencanaan Pembelajaran. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang hakikat perencanaan dan tahapan pengembangan program pembelajaran.
 KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menjelaskan hakikat  perencanaan dan menguraikan tahapan pengembangan program pembelajaran.
INDIKATOR
1.      Mampu Menjelaskan  pengertian perencanaan pembelajaran
2.      Mampu  memahami dan menjelaskan pentingnya perencanaan Pembelajaran
3.      Mampu menguraikan manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran
4.      Mampu menguraikan langkah–langkah penyusunan perencanaan pembelajaran
5.      Memahami  Hakekat perencanaan
6.      Mampu menyusun rencana pengembangan program perencanaan.

A.    PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1.      PERENCANAAN
Pembelajaran berasal dari dua kata, perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan yang kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
ELY (1979) mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah suatu proses dancara berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.Kaufman (1972) perencanaan itu adalah sebagai suatu proses untuk menetapkan “kemana harus pergi”dan bagaimana untuk untuk sampai ke suatu “tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.Menetapkan “ke mana harus pergi” mengandung pengertian merumuskan tujuan dan sasaran yang akan dituju sedangkan merumuskan bagaimana agar sampai ke tempat itu”yang berarti menyusun langkah-langkah yang dianggap efektif dalam rangka pencapaian tujuan. Terry (1993) mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah penetapan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pendapat diatas maka setiap  setiap perencanaan memiliki 4 unsur sebagai berikut:
1.      Adanya tujuan yang harus dicapai
 Tujuan merupakan arah yang harus dicapai agar perencanaan dapat disusun  dengan baik maka tujuan perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran yang jelas dan terukur.  
2.      Adanya strategi untuk mencapai tujuan
Strategi berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana seperti keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan , pembagian tugas dan wewenang setiap orang yang terlibat,langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang terlibat dan penetapan kriteria keberhasilan    
3.      Sumber daya yang dapat mendukung
Penetapan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang didalamnya meliputi  penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran biaya dan sumber daya lainnya
4.      Implementasi setiap keputusan
Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya dan implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan yang gunanya untuk menilai efektifitas perencanaan yang dapat dilihat dari implementasinya.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas maka dapat dikemukakan bahwa:
1.      Perencanaan bukan harapan yang ada dalam angan-angan yang bersifat khayalan dan tersimpan dalam benak seseorang akan tetapi harapan dan angan-angan serta bagaimana langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapainya dideskripsikan secara jelas dalam suatu dokumen tertulis sehingga dokumen itu dapat dijadikan pedoman oleh setiap orang yang memerlukannya.
2.      Perencanaan merupakan hasil proses  berfikir yang mendalam hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektifitas dan efisiensi.
3.      Perencanaan adalah awal dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.

2.      PEMBELAJARAN
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari diri dalam siswa itu sendiri (minat,bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar) maupun potensi yang ada di luar diri siswa (lingkungan,sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu). Sebagai suatu proses kerjasama pembelajaran tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan guru dan kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.Dengan demikian kesadaran dan kepahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tak bisa ditawar sehingga dalam prosesnya guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.
Sering terjadi dalam suatu pristiwa mengajar dan belajar antara guru dan siswa tidak berhu8bungan. Guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas sementara di bangku siswa asyik dengan kegiatannya sendiri, melamun, mengobrol bahkan mengantuk. Siswa tidak peduli apa yang dikatakan oleh guru dan guru juga tidak ambil pusing dengan apa yang dikerjakan oleh siswa. Bagi guru materi sudah disampaikan tidak perduli dipahami atau tidak. Dalam pristiwa ini tidak terjadi proses pembelajaran karena dua komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak terjadi kerjasama.
Pembelajaran terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-holistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti: bahan-bahan cetak, program televise, gambar, audio dan sebagainya sehingga semua mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.
Tujuan pembelajarn pada hakekatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku kognitif( intelektual),afektif( sikap siswa terhadap bahan dan proses pembelajaran maupun sikap yang sesuai dengan norma-norma masyarakat) dan psikomotorik  (Ketrampilan baik kemampuan motorik kasar/ketramnpilan menggunakan otot dengan menggunakan alat tertentu dan kemampuan motorik halus/ketrampilan memecahkan persoalan dengan otak.
Jadi perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu yaitu perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Dari konsep diatas maka jelas perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berfikir yang artinya suatu perencanaan pembelajaran disusun tidak asal-asalan akan tetapi disusun dengan mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh, di samping dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran
2.      Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang mana fokusnya adalah ketercapaian tujuan
3.      Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dimana perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

B.     PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Seorang arsitek yang profesional sebelum ia membangun sebuah gedung terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur dan kodisi tanah, selanjutnya ia akan menentukan berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang diperlukan termasuk mentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.
Bagi seorang professional merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Deshimer (1990) mengemukakan ada dua alasan  perlunya perencanaan: pertama hakikat manusia yang memiliki kemampuan dan pilihan untuk berkreasi dengan pandangannya.Jadi seorang profesional dapat menentukan waktu dan cara bertindak yang dianggap sesuai. Kedua setiap manusia hidup dalam kelompok yang saling berhubungan satu dengan yang lainnnya sehingga selamanya membutuhkan koordinasi dalam melaksanakan berbagai aktivitas.
Kalau kita percaya bahwa guru merupakan pekerjaan profesional tentu saja setiap guru yang akan melaksanakan pekerjaannnya perlu melakukan perencanaan karena:
1.      Pembelajaran adalah proses yang bertujuan
Sesederhana apa pun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru proses tersebut diarahkan untuk mencapai  suatu tujuan. Guru yang melaksanakan ceramah maupun Tanya jawab tentu diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakinm kompleks tujuan yang harus dicapai maka semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.
2.      Pembelajaran adalah proses kerja sama
Proses pembelajaran selalu melibatkan guru dan siswa tidak mungkin guru itu akan berjalan sendiri tanpa adanya keterlibatan siswa. Siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif apalagi  untuk siswa yang masih memerlukan bimbingan sepenuhnya. Dengan demikian daam proses pembelajaran guru dan siswa perlu bekerjasama secara harmonis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal dan maksimal.
3.      Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks
Pembelajaran bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa. Siswa adalah organisme yang unik dan sedang berkembang yang memiliki bakat, minat serta gaya belajar yang berbeda. Maka proses pembelajaran itu adalah proses yang kompleks yang harus memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
4.      Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagaisarana dan prasarana yang tersedia termasuk  sumber belajar.
Salah satu kelemahan guru sekarang ini dalam pengelolaan pembelajaran adalah kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan profesi lain guru termasuk profesi yang sangat lambat dalam memanfaatkan berbagai hasil-hasil teknologi. Banyak sekali jenis-jenis hasil teknologi yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran seperti: OHP dan LCD dengan bantuan program komputer.Diharapkan untuk memberikan sumber belajar yaqng beragam dan mutakhir guru hendaknya dapat memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.



C.    MANFAAT DAN FUNGSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
2.     Manfaat Perencanaan
Untuk mencapai hasil yang optimal ketika kita mulai menyusun perencanaan kita akan mengambil keputusan alternatif mana yang terbaik agar proses pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses pembelajaran adalah:
a.       Melalui proses perencanaan yang matang maka kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan.
Yang artinya dengan perencanaan yang matang dan akurat kita akan mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dapat kita capai.Sebab perencanaan disusun untuk memperoleh keberhasilan dengan demikian kemungkinan-kemungkinan kegagalan dapat diantisipasi oleh setiap guru. Kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi manakala guru dalam proses pembelajaran tidak memahami dengan jelas tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa, strategi apa yang harus dilakukan, media dan sumber belajar apa yang harus digunakan yang tentu saja dalam proses pembelajaran akan berlangsung dengan apa adanya dan hasilnya pun tentu saja tidak akan optimal dibandingkan dengan guru yang pengelolaan pembelajarannya direncanakan dengan matang.
b.      Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Seorang perencana yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Kita harus sadar bahwa proses pembelajaran adalah proses yang kompleks dan sangat situasional, Berbagai kemungkinan bias terjadi. Untuk itulah dengan perencanaan yan g matang guru akan dengan mudah mengantisipasinya sebab berbagai kemungkinan sudah diantisipasi sebelumnya.
c.       Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak sekali sumber-sumber belajar mengandung berbagai informasi.Disini siswa akan dihadapkan pada kesulitan memilih sumber belajar yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Melalui perencanaan yang matang guru dapat menentukan sumber-sumber belajar yang mana saja dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pelajaran.
d.      Perencanaan akan dapat membuat pmbelajaran berlangsung secara sistematis.
Yang artinya proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya akan tetapi akan berlangsung secara terarah dan terorganisisr. Sebab melalui perencanaan yang matang guru akan bekerja setahap demi setahap untuk menuju perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.

D.    LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Berdasarkan komponen-komponen dalam system pembelajaran kita dapat menentukan langkah-langkah dalam penyususnan perncanaan pembelajaran sebagai berikut:
1.      Merumuskan Tujuan Khusus
Dalam merancang pembelajaran tugas pertama guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi pelajarannya. Sebab tujuan yang bersifat umum dirumuskan oleh para pengembang kurikulum. Tugas guru adalah menerjemahkan tujuan umum pembelajaran menjadi tujuan yang spesifik.Tujuan yang spesifik itu dirumuskan sebagai indikator hasil belajar.  Fungsi rumusan pembelajaran khusus adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran umum. Dengan demikian maka pencapaian tujuan-tujuan khusus dalam proses pembelajaranmerupakan indikator pencapaian
 Tujuan pembelajaran harus mencakup 3 aspek yang dikemukakan oleh Bloom (1996) yaitu:
a.       Domain kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan aspek intelektual siswa melalui penguasaan pengetahuan dan informasi seperti penguasaan mengenai data dan fakta, konsep, generalisasi dan prinsip merupakan materi pelajaran yang akan membantu bahkan merupakan hal yang penting untuk proses pembelajaran.Semakin kuat seseorang dalam menguasai pengetahuan dan informasi maka semakin mudah orang tersebut dalam melaksanakan aktivitas belajar.
b.      Domain afektif/sikap dan apresiasi
Domain sikap (afektif) adalah domain yang berhubungan dengan penerimaan dan apresiasi seseorang terhadap suatu hal. Domain afektif bersentuhan dengan aspek psikologios yang sulit untuk didefinisikan pada bentuk tingkah laku yang dapat diukur (spesifik). Hal ini disebabkan aspek sikap dan apresiasi berhubungan dengan perkembangan mental yang ada dalam diri seseorang sehingga yang muncul dalam aspek prilaku belum tentu menggambarkan sikap seseorang.
c.       Domain keterampilan dan penampilan
Domain keterampilan adalah domain yang menggambarkan kemampuan atau ketrampilan (skill) seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau performance. Keterampilan merupakan tujuan pembelajaran khusus yang berhubungan dengan kemampuan motorik (domain psikomotorik), Keterampilan bisa berupa keterampilan fisik (keterampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan otot) dan ketrampilan non fsik (keterampilan seseorang dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan persoalan).
2.      Pengalaman Belajar
Langkah yang kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan menghapal akan tetapi proses pengalaman. Oleh sebab itu siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan kegiatan tertentu. Walaupun  tujuan pembelajaran hanya sebatas memahami data atau fakta akan tetapi sebaiknya hal itu tidak cukup hanya diberikan oleh guru saja akan tetapi siswa didorong uintuk mencari dan menemulkn sendiri fakta tersebut dengan wawancara, observasi dan sebagainya atau dengan simulasi atau dramatisasi yang bertujuan menghayati suatu peran tertentu bukan hanya sekedar mengingat. Juga melaui gambaratau foto kita dapat melatih siswa untuk mengambangkan imajinasi yang dapat merangsang perkembangan mental dan kecerdasan siswa.Kita juga dapat memfasilitasi untuk belajar secara kelompok untuk memberikan pengalaman pada siswa agar mampu bersosialisasi atau mampu berhubungan sosial dengan orang lain.
3.      Kegiatan Belajar Mengajar
Langkah ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan system adalah menentukan kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai pada dasarnya kita da[pat merancang melalui pendekatan kelompok ( pembelajaran yang dirancang dengan mewnggunakan pendekatan klasikal yaitu pembelajaran dimana setiap siswa belajar secara kelompok baik kelompok besar n ataupun kelompok kecil) dan pendekatan individual (pembelajaran dimana siswa belajar secara mandiri melalui bahan belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing.Ketiga jenis tujuan pembelajaran seperti tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik pada dasarnya dapat menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal, pembelajaran melalui kelompok atau pembelajaran secara individual. Hal ini sangat tergantung pada tujuan khusus yang ingin dicapai.
4.      Orang-Orang Yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran seperti instrukutur atau guru juga tenaga professional. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pengelola pembelajaran. Dalam pelaksanaan peran tersebut diantaranya guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Agar dapat melaksanakan fungsi dan dan tugasnya guru harus memiliki kemampuan untuk berbicara serta berkomunikasi dengan menggunakan media seperti: OHP, LCD, papan tulis dan sebagainya. Peran lain sebagai guru adalah mengatur lingkungan belajar untuk memnberikan pengalaman belajar yang memadai bagi setiap siswa. Di samping itu guru dituntut untuk dapat mendesain dan mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar dengan penuh semangat dengan gaya belajarnya masing-masing.
5.      Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari fungsi sistem perencanaan pembelajaran. Penentuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Keberagaman kemampuan intelektual siswa
b.      Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa
c.       Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
d.      Berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e.       Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan
f.       Fasilitas fisik yang tersedia
6.      Fasilitas fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi: ruangan kelas, pusat media, laboratorium/ruangan untuk kelas yang berukuran besar. Guru dan siswa akan dapat bekerja sama menggunakan bahan pelajaran, memanfaatkan alat dan berdiskusi.
7.      Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan memberikan informasi tentang:
a.       Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran yaitu mengenai isi pelajaran, prosedur pembelajaran dan bahan-bahan pelajaran yang digunakan
b.      Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar
c.       Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus
d.      Kelemahan-kelemahan instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa mencapai tujuan pembelajaran

E.     HAKIKAT PERENCANAAN
Perencanaan pembelajaran merupakan proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Sebab kurikulum yang disusun oleh para pengembang pada dasarnya hanya berupa rambu-rambu secara umum. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalamnya berisi tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi setiap mata pelajaran yang terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai. Selanjutnya cara untuk mencapai kompetensi dasar, strategi apa yang harus dilakukan, media apa yang dapat dimanfaatkan, berapa jam alokasi untuk mencapai setiap kompetensi termasuk bagaimana cara mengukurnya semuanya diserahkan kepada guru. Dengan demikian kurikulum sebagai alat pendidikan tidak hanya sebagai dokumen yang siap pakai akan tetapi bagaimana dokumen tersebut dikembangkan pada program perencanaan dan diimplementasikan dalam kegiatan yang lebih praktis oleh guru.
Menurut Yinger memandang empat bentuk perencanaan yang masing-masing membentuk sebuah siklus (cycles) yaitu perencanaan tahunan (school year), perencanaan term (term/grading cycle), perencanaan unit (unit plan development) dan perencanaan harian (daily lessons).
Selanjutnya keempat siklus perencanaan tersebut digambarkan sebagai berikut:
 






Siklus pertama adalah program tahunan (school year). Program tahunan merupakan acuan dalam menyusun program-program selanjutnya seperti program semesteran dan program mingguan bahkan program harian. Pada program tahunan disusun waktu pembelajaran efektif, hari-hari libur termasuk perencanaan unit-unit materi dan buku-buku pelajaran. Siklus  kedua grading cycle. Pada siklus ini ditentukan set pelajaran beserta aktivitas siswa sebagai tujuan terminal atau tujuan antara. Siklus ketiga adalah pengembangan perencanaan unit pelajaran. Perencanaan unit pelajaran didasarkan kepada tujuan umum yang harus ditempuh seperti yang dirumuskan dalam program tahunan. Banyaknya unit pelajaran yang dibutuhkan sangat tergantung kepada organisasi kegiatan pembelajaran dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Siklus keempat adalah perencanaan untuk kegiatan harian. Pada perencanaan kegiatan harian belajar beserta tujuan pembelajaran disusun secara spesifik sehingga keberhasilan pembelajaran dapat dilihat seketika.

F. PENGEMBANGAN PROGRAM PERENCANAAN
            Ada beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan kurikulum yaitu program menyusun alokasi waktu, program tahunan, program semesteran, silabus dan program harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
1.      Menentukan Alokasi waktu dan Kalender Akademis
Menetapkan alokasi waktu merupakan langkah pertama dalam menerjemahkan kurikulum. Menentukan alakasi waktu pada dasarnya adalah menentukan minggu efektif dan hari efektif dalam setiap semester pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran daam satu tahun ajaran. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang harus dicapai sesuai dengan rumusan Standar Isi yang ditetapkan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan alokasi waktu pembelajaran dijelaskan di bawah ini:
a.       Tentukan pada bulan apa kegiatan belajar dimulai dan bulan apa berakhir pada semester pertama dan kedua
b.      Tentukan jumlah minggu efektif pada setiap bulan setelah diambil minggu-minggu ujian dan hari libur.
c.       Tentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu. Misalnya: bagi sekolah yang menetukan belajar dimulai dari hari senin sampai jumat berarti hari efektif adalah 5 hari kerja sedangkan sekolah yang menen tukan hari belajar dari senin sampai sabtu berarti jumlah hari efektif adalah 6 hari.
Berikut ini diberikan contoh penentuan waktu belajar efektif: berdasarkan kalender akademik ;(lampiran kalender akademik)

RINCIAN MINGGU EFEKTIF
Sekolah                       :
Mata Pelajaran            :Agama Hindu
Kelas/Program             :
Tahun Ajaran              : 2015/2016                
Banyaknya Minggu Efektif Semester 1
No
Bulan
Jumlah


Minggu
Hari
1.       
JULI

1
2.       
AGUSTUS
4
4
3.       
SEPTEMBER
4
4
4.       
OKTOBER
4
4
5.       
NOVEMBER
4
4
6.       
DESEMBER

1

Jumlah

18


RINCIAN MINGGU EFEKTIF
Sekolah                        : …………………………
Mata Pelajaran            :
Kelas/Program             :
Tahun Ajaran              :
Banyaknya Minggu Efektif Semester 2
No
Bulan
Jumlah


Minggu
Hari
1.       
JANUARI


2.       
PEBRUARI


3.       
MARET


4.       
APRIL


5.       
MEI


6.       
JUNI



Jumlah




Mengetahui dan menyetujui                                                  
Kepala Sekolah ………………..                                                                                                                                                                                               Guru Mata Pelajaran

........................................
NIP………………………………….                                                                                                                                                                                               

2.      Perencanaan Program Tahunan
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Sering guru mengeluh karena materi pelajaran yang harus disampaikan tidak sesuai dengan waktu pembelajaran yang tersedia. Artinya materi pelajaran atau jumlah kompetensi dasar yang harus dicapai terlalu banyak tidak sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang disediakan daam kurikulum. Akibatnya pada akhir pelajaran menjelang semesteran guru menjadi kalang kabut sehingga guru ngebut menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Bagi guru Kriteria keberhasilan mengajar hanya ditentukan oleh sejauh mana materi pelajaran telah disampaikan apakah dipahami atau tidak materi pelajaran telah disampaikan apakah dipahami atau tidak materi itu oleh siswa tidak menjadi masalah. Akibatnya ketika siswa gagal mnguasai materi pelajaran dengan nilai ujian yang diperoleh rendah yang disalahkan adalah siswa itu sendiri. Dalam program perencanaan menetapkan alakasi waktu untuk setiap kompetensi dasar yang harus dicapai disusun dengan program tahunan. Dengan demikian penyusunan program tahunan pada dasarnya adalah menetapkan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi dasar.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program tahunan adalah:
a.       Lihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dalam struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah
b.      Analisis berapa minggu efektif dalam setiap semester seperti yang telah diterapkan dalam gambaran alokasi waktu efektif. Melalui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa minggu waktu yang tersedia untuk pelaksanaan proses pembelajaran.
Penentuan alakasi waktu  didasarkan kepada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa. 

PROGRAM TAHUNAN
Sekolah                       :………………………….
Mata pelajaran :
Kelas/Program             :
Tahun Ajaran              : 2015/2016

No
No. SK/KD
STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR
ALOKASI WAKTU
KET
















3.      RENCANA PROGRAM SEMESTER
Rencana program semester merupakan  penjabaran dari program tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar maka dalam program semester diarhkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan. Format untuk program semesteran dapat dilihat dibawah ini:


PROGRAM SEMESTER
Nama Sekolah             :
Mata pelajaran :                      
Kelas                           :
Semester                      :


No
SK/KD
Alokasi Waktu
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember






































Dari format program semesteran di atas maka tampak jelas bahwa program ini pada dasarnya sebagai penjabaran dari program tahunan. Cara pengisian format di atas adalah sebagai berikut:
a.       Tentukan Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar(KD) yang ingin dicapai. Dalam hal ini guru tidak perlu merumuskan SK dan KD sebab semuanya sudah ditentukan dalam Standar Isi (SI) yaitu pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sudah kita kenal kecuali kalau kita memang diharuskan merumuskan SK dan KD sendiri misalnya merumuskan kurikulum Muatan Lokal(Mulok)
b.      Lihat program tahunan yang telah kit susun untuk menentukan alokasi wktu atau jumlah jam pelajaran setiap SK dan KD itu.
c.       Tentukan pada bulan dan minggu keberapa proses pembelajaran KD iti akan dilaksanakan

4.      SILABUS
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Format silabus sebagai suatu model dapat dilihat di bawah ini:

SILABUS
Nama Sekolah                         :
Mata pelajaran                         :
Kelas/Program                         :
Semester                                  :
Standar Kompetensi               :

Kompetensi Dasar
Kegiatan pembelajaran
Materi Pembelajaran
Indikator
penilaian
Alokasi waktu/Mng
Sumber bahan































Setiap komponen yang harus disusun dalam sebuah silabus dijelaskan sebagai berikut:
a.      Menentukan Identitas Silabus
Identitas silabus terdiri dari dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas dan semester

Contoh:
Nama Sekolah                   :
Mata pelajaran                   : Agama Hindu
Kelas                                 : XI
Semester                            :  II (Genap)

Penentuan identitas ini berfungsi untuk memberikan informasi kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan silabus, misalnya tentang karakteristik siswa, kemampuan awal dan kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa.
b.      Rumusan Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Pada setiap materi pelajaran standar kompetensi sudah ditentukan oleh pengembang kurikulum yang dapat kita lihat pada Standar Isi (SI). Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata pelajaran muatan lokal  maka perlu dirumuskan standar kompetensinya sesuai dengan mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut.

c.       Menentukan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Dengan demikian dalam perumusan kompetensi dasar sebaiknya kita bertanya”kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai”? Dalam standar kompetensi untuk setiap mata pelajaran rumusan standar kompetensi sudah ada dalam standar isi. Jadi dengan demikian pengembang silabus adalah menganalisis standar tersebut. Penetapan kompetensi dasar tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam standar isi.
d.      Merumuskan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah segala aktivitas belajar siswa baik kegiatan fisik maupun kegiatan non fisik termasuk kegiatan mental yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tertentu. Pembelajaran di kelas meliputi: kegiatan diskusi, menyimak penjelasan guru, melakukan demonstrasi, melakukan eksperimen di laboratorium dan sebagainya. Sedangkan kegiatan belajar di luar kelas meliputi: melakukan observasi ke suatu objek, mengamati kegiatan tertentu, melakukan wawancara dengan narasumber dan sebagainya.
e.       Megindentifikasi Materi Pokok/Materi Pembelajaran
Materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan. Oleh karenanya materi pokok dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan materi pokok adalah:
1.      Potensi peserta didik
2.      Relevan dengan karakteristik daerah
3.      Tingkat perkembangan fisik,intelektual,emosional,sosial dan spiritual peserta didik
4.      Kebermanfaatan bagi peserta didik
5.      Struktur keilmuan
6.      Aktualitas,kedalaman dan keluasan materi pembelajaran
7.      Relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
8.      Sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia
f.       Merumuskan indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian disusun untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Dengan demikian indikator dirumuskan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Petunjuk dalam merumuskan indikator adalah”
1.      Indikator dirumuskan dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur keberhasilannya
2.      Perilaku yang dapat diukur itu berorientasi pada hasil belajar bukan pada proses belajar
3.      Sebaiknya setiap indikator hanya mengandung satu bentuk perilaku
g.      Menentukan Penilaian
Penilaian adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan yaitu kegiatan memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didikyang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjdi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.Dengan demikian penilaian tidak hanya dilakukan dengan tes baik lisan maupun tulisan akan tetapi bisa juga melalui nontes sperti: melakukan wawancara dan observasi termasuk pengukuran sikap dan hasil karya.
h.      Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan dan kedalaman  dan tingkat kesulitan serta tingkat kepentingan kompetensi dasar.
i.        Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, social dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.
5.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a.      Pengertian dan fungsi RPP
Rencana pelaksanaaan pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disussun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Ada guru yang beranggapan mengajar bagi seorang guru adalah tugas rutin  atau pekerjaan keseharian, dengan demikian guru yang berpengalaman tidak perlu membuat perencanaan sebab ia telah tahu apa yang harus dikerjakannya di dalam kelas.Pendapat itu mungkin ada benarnya seandainya mengajar hanya dianggap sebagai proses menyampaikan materi pelajaran  bila kita lihat dalam arti sempitnya.Tetapi mengajar adalah proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar yang kemudian diistilahkan dengan pembelajaran. Dengan demikian maka setiap proses pembelajaran selamanya akan berbeda tergantung pada tujuan, materi pelajaran serta karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Oleh sebab itu guru perlu merencanakan pembelajaran dengan matang sebagai bagian dari tugas profesionalnya.
b.      Komponen-komponen RPP
Pembelajaran merupakan suatu system yang terdiri dari komponen-komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Dengan demikian maka merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran minimal ada 5 komponen pokok yaitu:
1.      Tujuan pembelajaran
2.      Materi pelajaran
3.      Metode
4.      Media dan sumber pembelajaran
5.      Evaluasi
Hal ini seperti Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Semuanya akan dijelaskan dibawah ini:
1.      Tujuan pembelajaran
Dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk komponen yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa. Melalui perumusan tujuan guru dapat memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran tugas guru adalah menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD) menjadi indicator hasil belajar. Karena SK/KD itu sendiri telah ada dalam standar isi kecuali seandainya guru ingin mengembangkan Muatan Lokal (mulok) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah.Indikator hasil belajar pada dasarnya adalah pernyataan perilaku yang memiliki dua syarat utama yaitu bersifat observable dan berorientasi pada hasil belajar.  
2.      Materi/Isi
Materi/isi pelajaran berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi pelajaran yang harus dikuasai siswa bisa berbeda antar daerah. Hal ini karena setiap daerah memiliki karakteristik yang tidak sama.
3.      Strategi dan Metode Pembelajaran
Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan terentu. Sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan demikian strategi dan metode pembelajarn harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang berhubungan dengan bidang kognitif berbeda strategi dan metodenya dengan tujuan dalam bidang afektif dan psikomotorik. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran adalah bahwa strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya. PP No. 19 Tahun 2005 adalah bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
4.      Media dan Sumber Belajar
Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatru yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi materi pelajaran.
5.      Evaluasi
Evaluasi dalam KTSP diarahkan bukan hanya sekedar untuk mengukur keberhasilan  setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar tetapi juga untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa. Oleh sebab itu dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiap guru tidak hanya menentukan tes sebagai lat evaluasi akan tetapi juga menggunakan non tes dalam bentuk tugas, wawancara dan sebagainya.
Contoh Format Rencana Pembelajaran
Perencanaan pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya adalah pengembangan dari silabus. Dengan demikian maka apa yang telah dirumuskan dalam silabus menjadi dasar dalam penyusunan RPP.

Format RPP

Mata Pelajaran
(Tuliskan mata pelajaran yang akan dipelajari siswa)
Materi Pokok
(Tuliskan topic atau pokok bahasan yang harus dipelajari)
Kelas/Semester
(Tuliskan untuk kelas berapa dan semester berapa perencanaan itu disusun)
Waktu
(Tuliskan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari topik pelajaran, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD) dan Tuliskan SK/KD sesuai dengan Standar Isi.

I.                   Indikator Hasil Belajar
(Rumuskan Indikator Hasil Belajar yang hendak dicapai sesuai dengan SK/KD)
II.                Materi Pelajaran
(Tuliskan dan uraikan secara singkat tentang materi/isi pelajaran yang harus dipelajari siswa sesuai dengan Indikator hasil belajar)
III.             Kegiatan Pembelajaran
(Tuliskan apa yang harus dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu menguasai kompetensi/indikator hasil belajar yang diharapkan
a.      Alat, Media dan Sumber Belajar
(Tuliskan alat bantu apa saja yang harus digunakan agar kompetensi dasar dapat dicapai. Tentukan pula dari mana siswa dapat memperoleh pengalaman belajar)
b.      Evaluasi
(Tuliskan porosedur, jenis dan bentuk evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan informasi ketercapaian siswa menguasai indikator hasil belajar)











BAB III
DIDAKTIK DAN DESAIN DALAM SISTEM INSTRUKSIONAL


Pada bagian ini disajikan tentang Pengertian didaktik dan desain dalam sistem instruksional. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang pengertian didaktik, didaktik dan proses belajar mengajar, manfaat didaktik, pengertian desain pembelajaran, kriteria desain instruksional,  hubungan perencanaan dan desain pembelajaran, desainer pembelajaran serta didaktik dan desain dalam sistem instruksional.

 KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian didaktik, didaktik dan proses belajar mengajar, manfaat didaktik, pengertian desain pembelajaran, kriteria desain instruksional, hubungan perencanaan dan desain pembelajaran, desainer pembelajaran serta didaktik dan desain dalam sistem instruksional.

INDIKATOR
1.      Mampu menjelaskan  pengertian didaktik
2.      Mampu menjelaskan pengertian didaktik dan proses belajar mengajar
3.      Mampu menguraikan manfaat didaktik
4.      Mampu menjelaskan pengertian desain pembelajaran
5.      Mampu menguraikan kriteria desain instruksional
6.      Mampu menjelaskan hubungan perencanaan dan desain pembelajaran
7.      Mampu menjelaskan desainer pembelajaran
8.      Mampu menguraikan didaktik dan desain dalam sistem instruksional  

C.    Pengertian Didaktik
Istilah secara etimologis berasal dari bahasa yunani yaitu didaskein yang artinya mengajar. Sedangkan pengertian didaktik dari segi terminologi memiliki arti yaitu ilmu untuk menanamkan pengetahuan kepada siswa dan mahasiswa dengan cara yang cepat dan tepat sehingga siswa dan mahasiswa mudah memahami dan mengetahuinya.Istilah didaktik telah muncul pada abad ke 17 oleh seseorang yang bernama Johan Amos Comenius (1592) dan meninggal di Amsterdam (1671). Ia juga dijuluki didaktikus. Dilahirkan di Moravia (1592) dan meninggal di Amsterdam (1671). Comenius sangat berjasa dalam mengembangkan ilmu mengajar di dunia pendidikan dan di kala hidupnya ia diundang ke Inggris dan Swedia untuk membuat buku dan metode pembelajaran di sekolah-sekolah.
Didaktik menguraikan tentang masalah belajar dan mengajar seperti membicarakan tentang tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dengan mempergunakan azas-azas didaktik terutama yang berkaian dengan komunikasi pembelajaran, peran komunikator (penyampai pesan), bahan (materi pelajaran), media (alat pengajaran), penerima pesan (siswa dan mahasiswa) serta umpan balik (evaluasi).
Didaktik terbagi atas didaktik umum dan didaktis khusus, Didaktik umum membicarakan garis-garis umum atau prinsip-prinsip umum dalam proses pembelajaran. Sedangkan didaktik khusus yang pada umumnya disebut Methodik yang merupakan bagaian dari didaktik yang membicarakan tentang pelaksanaan cara mengajar dan cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada siswa. Untuk lebih lengkapnya dibawah ini dapat dilihat gambarnya:



 


















            Methodik Umum dan Methodik Khusus dapat dibedakan pada pelaksanaan cara mengajar, cara menyajikan materi/bahan kepada siswa dan mahasiswa yang bersifat umum dan khusus.Contoh Umum: pelaksanaan cara mengajar untuk semua mata pelajaran dan berlaku untuk semua sekolah. Sedangkan Khusus: pelaksanaan cara mengajar yang dikhususkan untuk satu mata pelajaran saja seperti mata pelajaran matematika, akutansi dsb.
            Methodik Umum dan Khusus pada dasarnya membicarakan tentang desain pembelajaran, perencanaan pembelajaran, media (alat pembelajaran), evaluasi pembelajaran dll.
Menurut Soegarda Poerbakawatja, 1982:79-80 yaitu:
Didaktik membicarakan:
  1. Tujuan pembelajaran
  2. Materi pembelajaran
  3. Metode pembelajaran (methodik)
Methodik membicarakan:
  1. Aturan-aturan umum untuk mengajar (methodik umum)
  2. Aturan-aturan mengajar untuk tiap-tiap mata pelajaran (methodik Khusus)
Kaidah-kaidah pokok dalam didaktik adalah:
  1. Motivasi
  2. Pengajaran
  3. Penyusunan pengalaman
  4. Kerja sendiri jasmani dan rohani
  5. Sesuai dengan bakat dan tingkat kemajuan
  6. Konsolidasi dengan memperhatikan prinsip totalitas sintesa formal dan material, masyarakat, koneksi/hubungan, syarat0syata hidup dan berangsur-angsur
  7. Ulangan yang mendalam
  8. Konsentrasi




  1. Didaktik dan Proses belajar Mengajar
Didaktik diartikan ilmu proses belajar mengajar yaitu ilmu yang mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara kondusif dan mandiri, pembelajaran yang dilakukan secara tradisional berbeda dengan pembelajaran modern. Pembelajaran modern menekankan pada proses dan guru sebagai fasilitator dan peserta didik yang lebih aktif untuk belajar. Apabila dikaitkan dengan Kurikulum KTSP sekarang penekanannya lebih memperdayakan aktivitas siswa. Pandangan belajar tradisional mengatakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh  sejumlah pengetahuan. Pengetahuan yang dijadikan penekanan penting yaitu bagaimanapun seseorang itu belajar atau dimanapun seseorang belajar yang penting “berpengetahuan”. Sebab pengetahuan target utama dan merupakan modal ungtuk hidup, oleh sebab itu siswa betul-betul belajar dan mempelajari berbagai mata pelajaran di sekolah.Sehingga orang berpandangan bahwa buku bacaan adalah sumber ilmu pengetahuan yang utama dab siswa diminta harus menghafal buku bacaan yang telah dipelajarinya. Pandangan belajar modern belajar adalah proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan. Seseorang dapat saja belajar melalui pengalaman di berbagai tempat, sarana, sumber yang memungkinkan untuk mengubah perilakunya yang kemarin tidak tahu sekarang sudah tahu atau yang kemarin tidak mengerti sekarang sudah mengerti karena ada interaksi dengan lingkungan. Belajar tidak hanya menanamkan pengetahuan dalam otak (kognisi) akan tetapi mendapatkan ketrampilan (psikomotorik) dan menumbuhkan nilai dan sikap (afeksi). 
Bentuk belajar melalui pengalaman yang telah dikemukakan oleh Edgar Dale adalah seseorang itu dapat saja belajar melalui pengalaman sebagai berikut:
Isosceles Triangle: Lambang kata
Lambang visual
Gambar
Rekaman, radio, gambar tetap
Gambar hidup
Televisi
Pameran
Karyawisata
Demonstrasi
Pengalaman dramatisasi
Pengalaman tiruan yang diatur
Pengalaman langsung yang bertujuan






                                       





Berikut ini beberapa pendapat para ahli :
1.      Johan Amos Comenius (1592-1671) yang menyatakan betapa besar fungsi pengalaman untuk mengubah perilaku manusia, pengetahuan yang didapat oleh anak yang diperoleh dari pengalaman-pengalamannya di dalam lingkungan. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengalaman melalui alat indria.
2.      John Locke (1632-1704) yang menyatakan bahwa pengalaman melalui alat dria merupakan jalan satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan. Ia mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa anak-anak dilahirkan dengan innate ideas. Karena itu dianggapnya bahwa mind anak yang lahir merupakan tabula rasa dan hanya pengalamanlah yang menulisi mind itu berkat kontak dengan lingkungan.
3.      Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang datang dari tangan Tuhan semuanya baik, akan tetapi menjadi rusak dalam tangan manusia. Anak-anak yang datang  juga dari Tuhan harus pula dihormati dan diperlakukan ramah.
4.      Johan Friedrich Herbart (1776-1852) yang menyatakan bahwa tujuan pengalaman langsung hendaknya tidak semata-mata diberikan sekedar untuk memperoleh pengalaman saja akan tetapi anak-anak harus pula diberi bimbingan untuk mengubah pengalaman langsung itu menjadi pengetahuan.
Pengalaman merupakan sesuatu informasi yang didapatkan melalui empiric (penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan perabaan) yang akan menjadi pengetahuan seseorang.Demikian juga ulama besar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia Prof. Hamka yang menyatakan bahwa alam yang terkembang dapat menjadi guru. Alam merupakan lingkungan manusia tempat seseorang mendapat pengalaman. Pengalaman dari lingkungan seperti: buku, guru, masyarakat, binatang, tumbuhan, peristiwa dan masa yang akan merubah cakrawala manusia.
E.   Manfaat Didaktik
Oemar Hamalik (dalam Proses Belajar Mengajar, 2003:12) menyatakan bahwa manfaat didaktik bagi guru di sekolah-sekolah adalah sebagai berikut:
  1. Didaktik memberikan petunjuk tentang membuat perencanaan
  2. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat tujuan-tujuan uang diinginkan
  3. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan pengalaman dan pengetahuan dengan cara efektif
  4. Didaktik memberikan petunjuk tentang cara mempelajari sesuatu dengan berhasil
  5. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana mengadakan penilaian secara efektif
  6. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat suatu program yang sistematis
  7. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang diperlukan
  8. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyelenggarakan peragaan atau cara menggunakan audio visual aids
  9. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara masyarakat memanfaatkan lingkungan social,ekonomi,budaya dan sebagainya
  10. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyelenggarakan pertunjukkan budaya
  11. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara berkomunikasi dalam berinteraksi dengan lingkungan
  12. Didaktik memberikan petunjuk tentang apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat dan orang tua guna membantu berhasilnya pekerjaan sekolah
Manfaat didaktik tidak hanya berlaku dalam proses pembelajaran di sekolah akan tetapi didaktik ini sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, dipergunakan dalam komunikasi umum, massa, organisasi,interpersonal dan kelompok kecil agar audiens dapat memahami, mendengar, mengetahui dan mengerti tentang topik yang dibicarakan. Demikian juga dalam memberikan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat, berceramah, berdiskusi dan tanya jawab dilakukan secara didaktik. Seorang manager membimbing, melatih, mengajar bawahannya agar terlatih dan terdidik juga dengan didaktik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa didaktik bermanfaat bagi kehidupan dan pekerjaan manusia sehari-hari.
  1. Pengertian Desain Pembelajaran
Terdapat pengertian desain pembelajaran (instructional disaign) yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
  1. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memacahkan masalah enggan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bias melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran desain instruksional dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam desain pembelajaran adalah pendekatan sistem yang meliputi analisis tentang perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi dan analisis evaluasi.
  1. Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau dating dari dalam diri individu siswa seperti,bakat dan minat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang dating dari luar individu yaitu pengaturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar.
  1. Shambaugh(2006) menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct  structures possibilities to responsively address those needs”.Yang artinya suatu desain pembelaqjaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
  2. Gentry (1994) yang berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Ia juga menguraikan penerapan suatu desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari pendapat para ahli diatas maka desain instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.Mendesain pembelajaran harus diawali dengan studi kebutuhan (need assessment) sebab berkenaan dengan upaya untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa dalam mempelajari suatu bahan atau materi pembelajaran.





Desain pembelajaran terdiri dari 4 unsur yang saling berkaitan yaitu sebagaimana dalam gambar di bawah ini:


 


 
         metodik


 






Unsur siswa, tujuan, metode dan evaluasi adalah kerangka acuan perencanaan pembelajaran bersistem. Guru dan Dosen harus melihat, memperhatikan, mempertimbangkan dan memprioritaskan tentang:
  1. Ciri siswa, mahasiswa dan peserta didik
  2. Tujuan yang akan dicapai
  3. Metode dan kegiatan pembelajaran
  4. Evaluasi
Menurut Jerrold E. Kemp (1985:45-46) menganjurkan kepada guru dan dosen dalam mendesain pembelajaran untuk memperhatikan latar belakang siswa dari segi akademis dan sosial. Kedua latar belakang akan menjadi pertimbangan dalam mendesain pembelajaran karena siswa sebagai subjek belajar selanjutnya akan dapat ditentukan sasaran,metode dan tingkat evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan.
Latar belakang akadademis meliputi:
  1. Nilai hasil belajar setiap mata pelajaran
  2. Tingkat pelatihan yang pernah diikuti
  3. Mata pelajaran yang pernah diikuti
  4. Indeks prestasi akademik
  5. Tingkat ketrampilan membaca, menulis dan matematika
  6. Prestasi pengembangan diri
Latar belakang sosial meliputi:
  1. Umur  menurut Pendidikan hindu dari segi umur dalam slokantara pada sloka 22(48) dinyatakan  “sampai umur lima tahun, orang harus memperlakukan anaknya sebagai raja, dalam usia sepuluh tahun sebagai pelayan dan setelah umur enam belas tahun keatas harus diperlakukan sebagai kawan.
  2. Minat terhadap mata pelajaran
  3. Harapan dan cita-cita
  4. Lapangan kerja yang diinginkan
  5. Bakat istimewa
  6. Ketrampilan yang dimiliki
  7. Semangat kerja
  1. Kriteria Desain pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.Dengan demikian penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Kriteria penyusunan perencanaan pembelajaran meliputi:
  1. Signifikansi
Signifikan dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah efisien. Oleh karena itulah perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi perencanaan pembelajaran bukan sebagai pelengkap saja tetapi hendaknya guru harus berpedoman pada perencanaan yang telah disusunnya.
  1. Relevan
Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Karena sumber utama perencanaan pembelajaran adalah kurikulum itu sendiri. Dari kurikulum itulah kita menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan materi atau bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa dan sebagainya. Kesesuaian eksternal adalah perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena perencanaan pembelajaran pada hakekatnya disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan bakat dan minat siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan dasar siswa harus dijadikan pertimbangan pertama dilihat dari kesesuaian eksternal.
  1. Kepastian
Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah kita akan terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak terduga.
  1. Adaptabilitas
Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Misalnya: perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala memiliki syarat-syarat tertentu, manakala syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran demikian adalah perencanaan yang kaku karena memerlukan persyaratan khusus. Sebaiknya perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya.
  1. Kesederhanaan
Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Sebaliknya perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran.
  1. Prediktif
Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya…”. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.
F.     Hubungan perencanaan dan Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lessons Plans) berbeda dengan Desain Pembelajaran (Instructional Design) namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Dengan demikian perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan perencanaan dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegitan mingguan bahkan rancangan untuk untuk kegitan tahuan sesuai dengn tujun kurikukum yang hendak dicapai. Dengan demikian isinya bisa terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran, waktu yang diperlukan sampai pada bentuk evaluasi yang akan digunakan.
Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran keduanya memiliki posisi yang yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah. Sedangkan desain menekankan pada proses perancang program pembelajaran untuk membantu poses belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Zook (2001) bahwa desain instruksional adalah a systematic thinking process to help learners learn. Dengan demikian pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga. Sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain  pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang  akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran. Artinya ketika kita akan menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran maka kita perlu bertanya terlebih dahulu bagaimana desain kurikulum yang ada di lembaga pendidikan sedangkan kalau kita akan menyusun dan mengembangkan  sebuah desain pembelajaran kita perlu bertanya bagaimana agar siswa dapat mempelajari suatu bahan pelajaran dengan mudah.
G.    Desainer Pembelajaran
Desainer (perancang) pembelajaran adalah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan, pengembangan, penerapan dan evaluasi pengajaran. Mereka tersebut adalah:
  1. Perancang Pengajaran  yaitu orang yang bertanggung dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas perencanaan berkemampuan dalam semua segi proses dan  perencanaan pengajaran.
  2. Pengajar yaitu orang (anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil dan juga ikut dalam  perencanaan pengajaran, mengenal siswa dengan baik, menguasai cara pengajaran dan persyaratan program pengajaran dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua rincian dari hampir semua unsur perencanaan dan bertanggung jawab dalam mengujicobakan dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan.
  3. Ahli mata pelajaran yaitu orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek  pokok bahasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengajaran, bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi dalam semua kegiatan, bahan dan ujian.
  4. Penilai yaitu orang yang berkualifikasi untuk mengembangkan instrument pengujian untuk uji awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa dan mahasiswa (Uji akhir), bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program dan untuk menentukan keefektifan dan keefisenannya ketika dilaksanakan secara lengkap. (Jerrold E. kemp, 1985:17-18).
H.    Unsur Desain pembelajaran
Unsur desain pembelajaran meliputi:
  1. Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala dan prioritas yang harus diketahui
  2. Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan tujuan umum yang akan dicapai
  3. Mengenali ciri siswa
  4. Menentukan isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan
  5. Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas
  6. Desain kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan (pengembangan silabus)
  7. Memilihkan media yang akan dipergunakan
  8. Memilihkan pelayanan penunjang yang diperlukan
  9. Memilihkan evaluasi hasil beajar siswa
  10. Memilih uji awal kepada siswa
I.       Didaktik dan Desain dalam Sistem Instruksional
Didaktik dan desain merupakan sub-sub sistem dalam instruksional. Kedua sub ini memegang peranan masing-masing dalam pembelajaran. Guru dan dosen adaah pengguna dan pemakai sub-sub tersebut maka mereka dituntut untuk menguasai dan memahaminya. Didaktik adalah ilmu yang berbicara bagaimana melaksanakan pembelajaran dan cara mengkomunikasikan materi kepada peserta didik dan komunikatif. Demikian pula kurikulum yang tersedia tidak akan dapat diberikan kepada peserta didik tanpa dirancang terlebih dahulu . Merancang kegiatan pembelajaran harus berkaitan dengan kebutuhan belajar, tujuan pembelajaran, pokok bahasan, ciri siswa, isi materi, kegiatan pembelajaran, media, evaluasi dan uji awal siswa.
Gagne (dalam Atwi Suparman, 1991:8) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah suatu set pristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar. Suatu set peristiwa itu mungkin digerakkan oleh pengajar sehingga disebut pengajaran, mungkin pula digerakkan oleh siswa sendiri dengan menggunakan buku, gambar, program televisi atau kombinasi berbagai media. Baik digerakkan oleh guru maupun digerakkan oleh siswa itu sendiri, kegiatan itu tetap haruslah terencana secara sistematik untuk dapat disebut kegiatan instruksional. Jadi pengajaran adalah salah satu bentuk kegiatan instruksional.






TUGAS KELOMPOK:
            Tulis dalam kertas manila yang telah disediakan
            Kerjakan tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
            Presentasikan tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
            Buat kesimpulan tentang  DIDAKTIK DAN DESAIN DALAM SISTEM INSTRUKSIONAL
Intrumen :
JELASKAN PENGERTIAN DIDAKTIK
PAPARKAN PENGERTIAN DIDAKTIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
URAIKAN MANFAAT DIDAKTIK
JELASKAN PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN
JELASKAN BAGAIMANA KRITERIA DESAIN INSTRUKSIONAL
PAPARKAN BAGAIMANA HUBUNGAN PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN
JELASKAN TENTANG DESAINER PEMBELAJARAN
URAIKAN DIDAKTIK DAN DESAIN DALAM SISTEM INSTRUKSIONAL


(tambahkan dan tuliskan referensi buku hindu /lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )





BAB IV
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Pada bagian ini disajikan tentang tujuan instruksional. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang pengertian tujuan intruksional, fungsi tujuan instruksional, taksonomi tujuan instruksional, cara penulisan tujuan instruksional dan pola penulisan tujuan instruksional 
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian pengertian tujuan intruksional, fungsi tujuan instruksional, taksonomi tujuan instruksional, cara penulisan tujuan instruksional dan pola penulisan tujuan instruksional dengan benar.

INDIKATOR
1.      Mampu menjelaskan pengertian tujuan instruksionl
2.      Mampu menyebutkan fungsi tujuan instruksional
3.      Mampu menyebutkan taksonomi tujuan instruksional
4.      Mampu menjelaskan cara penulisan tujuan instruksional
5.      Mampu menjelaskan pola penulisan tujuan instruksional

A.    Pengertian Tujuan Instruksional
Seseorang guru yang mengajar tanpa menetapkan tujuan instruksional terlebih dahulu dan mengajar tanpa berpedoman pada tujuan instruksional ibaratkan nakhoda berlayar tanpa mempergunakan kompas yang mengakibatkan meraba-raba menentukan tujuan yang hendak dicapai.Memang aneh kedengarannya tetapi dalam kenyataan di lapangan para guru masih ada yang mengabaikan hal ini walaupun kepala sekolah menginstruksikan untuk pembuatan pengembangan KTSP 2006 sebelum masuk ke dalam kelas. Akibatnya akan besar sekali terhadap mutu output sekolah, tidak memenuhi standar kualitas sekolah dan kita akan menanggung semua akibatnya kelak tentang kualitas sumber daya manusia hanya gara-gara guru melalaikan menetapkan tujuan instruksional/kompetensi dasar dan indikator secara tepat dan benar.
Berikut ini kita membicarakan tentang definisi tujuan instruksional yang telah dikembangkan oleh para ahli:
1.      Robert F. Mager (1962). Tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu.
2.      Eduart L Dejnozka dan David E. Kapel (1981). Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3.      Fred Percival dan Henry Ellington (1984). Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau ketrampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Ketiga definisi yang telah disebutkan di atas pada prinsipnya memiliki maksud yang sama karena unsur-unsur yang dipakai untuk merumuskan definisi dan cara perumusannya sama.  Beberpa ahli pendidikan menyarankan bahwa sebaiknya perilaku itu dapat dikategorikan ke dalam bentuk “covert” atau dalam bentuk fakta yang dapat dikuantifikasikan agar mudah dalam mengukurnya. Tujuan instruksional sangat erat hubungannya dengan pre-assessment, desain program, strategi mengajar, spesifikasi dari pemilihan media proses mengajar dan penilaian.
Manfaat tujuan instruksional dan indikator adalah sebagai dasar dalam:
a)      Menyusun instrument tes (pre-tes dan pos-tes)
b)      Merancang strategi instruksional
c)      Menyusun spesifikasi dan memilih media yang cocok
d)     Melaksanakan proses belajar
Dengan dilakukannya rincian tujuan instruksional secara tepat dan jelas maka akan dapat dirumuskan suatu strategi belajar mengajar yang  lebih cocok. Kemudian akan dapat dirumuskan cara-cara penilaian yang tepat yang artinya penilaian tersebut betul-betul akan mengukur isi dari tujuan instruksional.
B.     Fungsi Tujuan Instruksional
Kata-kata tujuan instruksional kedengarannya memang tidak banyak bermakna bagi perbaikan mutu pengajaran dan latihan, karena itu sekarang masih banyak menerapkan tujuan instruksional secara utuh dan menganggapnya sepele. Pada sisi lain banyak juga pengajar yang sangat tertarik untuk menerapkan tujuan instruksional akan tetapi belum banyak mengetahui apakah tujuan instruksional itu? Hanya sebatas kewajiban dan kepatuhan terhadap perintah dari kepala sekolah. Kata-kata operasional yang dibuat  di dalam pengembangan silabus dan rencana pembelajaran tidak diaplikasikan atau kata-kata operasional tersebut tidak memiliki muatan dan relevansinya terhadap pokok bahasan.
Bila kita simak sejarah lahirnya tujuan instruksional yang diawali oleh usaha B.F. Skinner pada tahun 1950. Ia mencoba menerapkan ilmu perilaku untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Kemudian atas teori-teorinya Robert Marger menyusun buku dengan judul:”Preparing Instruksional Objektive (1962) yang pada tahun 1970an telah diterapkan secara meluas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Teori tersebut sebaiknya mulai diterapkan pada saat pengajar merumuskan atau merancangkan satuan pelajaran dan bahan pelajaran. Dengan menggunakan tujuan yang jelas dan benar maka ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh antara lain:
a)      Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
b)      Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit
c)      Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaliknya disajikan dalam jam pelajaran
d)     Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya peletakan masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran
e)      Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi pembelajaran yang cocok dan menarik
f)       Guru dapat dengan mudah, tepat dan cukup waktu untuk mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan yang diperlukan dalam belajar
g)      Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
h)      Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan instruksional
C.    Taksonomi Tujuan Instruksional 
Taksonomi Bloom sangat dikenal di Indonesia dibanding taksonomi Gagne dan Merill. Taksonomi Bloom menyusun kategori enam level. Keenam level tersebut diurut dari tingkat intelektual yang rendah (tingkat pengetahuan) ke tingkat yang paling komplek (tingkat evaluasi).
Keenam level ini bersifat hirarkis dari tingkat level yang tertinggi dapat dicapai melalui level sebelumnya, yang masing-masing level diurut secara procedural dan apabila level terbawah terkuasai maka dilanjut pada level berikut.
Taksonomi disini diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi. Taksonomi ini disusun oleh satu tim yang diketuai oleh Benyamin S. Bloom dan Krathwool (1964). Disini tujuan instruksional diklasifikasi menjadi tiga kelompok atau kawasan dipecah lagi menjadi beberapa tingkat yang lebih khusus. Berdasarkan tingkat yang khusus itulah dikembangkan tujuan instruksional secara umum dan khusus atau kompetensi dasar menjadi indicator-indikator sehingga memudahkan dalam mengukur tingkat keberhasilan atau prestasi belajar seseorang.Ini berarti setiap kawasan membahas berbagai pendidikan yang berbeda-beda. Sampai saat ini taksonomi tersebut banyak dipakai sebagai dasar pengembangan tujuan instruksional di berbagai kegiatan latihan dan pendidikan. Secara singkat masing-masing isi kawasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Kawasan Kognitif (pemahaman)
Kawasan kognitif dan afektif adalah dua dari tiga kawasan tujuan instruksional yang memiliki klasifikasi atau rincian yang paling detail sehingga seolah-olah merupakan suatu system tersendiri.
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir” yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu: mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan kognitif adalah sutaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut adalah:
a.      Tingkat pengetahuan (knowledge)
Tujuan instruksional pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya seperti, fakta, rumus, strategi pemecahan dan sebagainya.
Contoh:
v  Siswa dapat menggambarkan struktur kelembagaan Negara Indonesia
v  Siswa dapat mengurutkan nama-nama Presiden Indonesia dari pertama sampai sekarang
b.      Tingkat pemahaman (comprehension)
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menterjemahkan/menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
v  Siswa dapat menjelaskan tentang cara menanggulangi bahaya banjir
v  Siswa dapat menggambarkan tentang akibat banjir yang telah mereka lihat
c.       Tingkat penerapan (application)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelaj      ari kedalam situasi yang baru serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
v  Siswa dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan benar
v  Siwa dapat mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang telah diajarkan guru di sekolah

d.      Tingkat analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengindentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan  di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
Contoh:
v  Siswa dapat menganalisis sejauhmana hasil diskusi mereka tentang kewajiban dan hak sebagai warganegara Indonesia
e.       Tingkat sintesis (synthesis)
Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan meyatukan berbagai elemen dan unsure pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
Contoh:
v  Siswa dapat menyiapkan bahan pelajaran yang akan didiskusikan
v  Siswa dapat merancang kegiatan kegiatan-kegiatan bakti sosial mereka ditengah-tengah masyarakat
f.        Tingkat evaluasi ( evaluation)
Evakuasi merupakan level tertinggi ysng mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan criteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada system evaluasi.
Contoh:
v  Siswa dapat memilih kegiatan sesuai dengan bakatnya dari kegiatan pilihan yang telah ditetapkan sekolah
Kalau kita melihat ke belakang yaitu pada sistem pendidikan dan penataran yang biasa kita selenggarakan selaman ini dapat ditarik kesimpulan bahwa umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah (seperti; tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan)  jarang sekali menerapkan analisis, sintesis dan evaluasi.
Guru dituntut agar mendesain program satuan pembelajaran, rencana pembelajaran yang sesuai dengn tujuan instruksional/kompetensi dasar dan harus banyak melakukan latihan terlebih dahulu.

2.      Kawasan Afektif (sikap dan perilaku)
Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang kompleks yang merupakan factor internak seseorang seperti kepribadian dan hati nurani.
Perumusan tujuan instruksional pada kawasn afektif tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan kawasan kognitif tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena mnyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Di samping itu kawasan afektif juga sulit dicapai pada pendidikan formal karena pada pendidikan formal perilaku yang Nampak dapat diasumsikan timbul sebagai akibat dari kekakuan aturan, disiplin belajar, waktu belajar, tempat belajar dan norma-norma lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seperti itu timbul bukan karena siswa telah sadar dan menghayati betul tentang kebutuhan akan sikap dan perilaku tersebut tetap dilakukan karena sekedar untuk memenuhi turan dan disiplin saja agar tidak mendapat hukuman.
Contohnya: Setiap belajar bidang studi matematika hampir seluruh siswa kelas XI SMA selalu masuk ruangan kelas lebih awal dan mereka umumnya begitu sungguh-sungguh mendengar dan mencatat uraian dan keterangan guru di depan kelas. 
Sikap dan perilaku seperti ini mungkin sekali timbul karena gurunya killer dan proses belajar yang kaku juga tegang. Jadi bukan karena para siswa sadar dan tertarik pada pelajaran tersebut tau karena factor lain yang tidak memperkuat tujuan instruksional kawasan afektif ini.
Untuk memperoleh gambaran tentang kawasan tujuan instruksional afektif secara utuh berikut ini akan dijelaskan setiap tingkat secara berurutn beberapa contoh kongkrit berikut ini:
1)      Tingkat menerima (receiving)
Menerima disini adalah diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus0 tertentu yang mengandung estetika.
Contoh:
·         Kesadaran para siswa bahwa kesulitan-kesulitan yang ditemui selama belajar adalah tantangan bagi masa depannya
·         Kesediaan para siswa untuk menerima peraturan dan tata tertib belajar Selama kegiatan belajar berlangsung
2)      Tingkat tanggapan (responding)
Tanggapan atau jawaban (responding) mempunyai beberapa pengertian antara   lain :
a.      Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku bar dari sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar
b.      Tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah segala perubahan perilaku organism yang terjadi atau yang timbul karena adanya perangsang dn perubahan tersebut dapat diamati
c.       Tanggapan dilihat dari segi adanya kemampuan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian (stimulus) dengan     cara berpartisipasi dalam berbagai bentuk
Contoh:
·         Para siswa aktif memperdebatkan masalah yang dilontarkan gurunya
·         Seorang pengemudi dengan sukarela sedang mencoba mengatasi kemacetan lalu lintas yang tiba-tiba terjadi
3)      Tingkat menilai
Menilai dapat diartikan sebagai :
a.       Pengakuan secara objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, system atau benda tertentu yang mempunyai kadar manfaat
b.      Kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempnyai nilai atau kekuatan dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negative
Contoh:
·         Setelah beberapa kali seorang siswa gagal memahami rumus-rumus tertentu maka ia memutuskan untuk belajar sungguh-sungguh
4)      Tingkat organisasi (organization)
Organisasi dapat diartikan sebagai:
a.       Proses konseptuslisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan
b.      Kemungkinn untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan disbanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai
Contoh:
·         Seorang siswa memutuskan untuk hadir pada pertemuan kelompok walaupun pada jam yang sama di televise ada program film horror yang menarik. Padahal ia seorang penggemr film tersebut.
5)      Tingkat karakterisasi (characterization)
Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya sehingga sikap dan perbuatan seolah-olah telah terjadi ciri-ciri perilakunya.
Contoh:
·         Sejak di Sekolah Lanjutan Atas hingga tamat Perguruan Tinggi. Siti selalu belajar siang dan malam karena ia percaya bahwa hanya dengan belajar keras cita-citanya akan tercapai.

3.      Kawasan psikomotor (psychomotor domain) 
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Dengan demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat ketrampilan fisik tertentu. 
Kalau dilihat dari segi taxonomi keempat urutannya tidak bertingkat seperti pada kawasan kognitif dan afektif. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Gerakan seluruh tubuh (gross body movement)
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.
Contoh:
o   Siswa sedang melantunkan sloka dengan gerak tubuh
o   Siswa sedang berlatih yoga

2.      Gerakan terkoordinasi (coordination movements)
Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antar fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.
Contoh:
o   Seorang yang sedang berlatih menyetir
o   Seorang yang sedang berenang

3.      Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau isyarat.Misalnya: isyarat dengan tangan, anggota kepala dan ekspresi wajah.
Contoh:
o   Perilaku seseorang yang sedang mengirim kode-kode dengan jari tangan
o   Perilaku sekelompok orang yang sedang melakukan pantomin di pentas pertunjukkan
4.      Kebolehan dalam berbicara (speech behavior)
Kebolehan dalam berbicara adalah hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.
Contoh:
o   Perilaku seseorang guru di depan kelas
o   Perilaku seseorang yang sedang membaca deklamasi atau sajak

D.    Cara Penulisan Tujuan Instruksional
Setelah dibahas secara singkat tentang latar belakang, pengertian dan kawasan tujuan instruksional maka selanjutnya akan diberikan penjelasan tentang cara-cara menulis tujuan instruksional.
Secara umum tujuan instruksional dibedakan menjadi dua yang sampai sekarang masih dipakai oleh sebagian besar pendidik. Kata instruksionak dapat juga diganti dengan kata pembelajaran sebagai berikut:
1.      Tujuan instruksional umum atau kompetensi dasar yang sering disingkat menjadi KD. Dalam bahasa asing disebut dengan goal, terminal objective dan target objective. Tujuan terminal melkiskan hasil belajar utama dalam istilah perlaku yang semula disebut dengan tujuan umum. Lebih dari satu tujuan terminal diperlukan untuk mencapai satu tujuan umum
2.      Tujuan instruksional khusus atau indikator yang dalam istilah asing dikenal dengan enabling objectives, subording objective dan supportive (tujuan yang memungkinkan , tujuan bawahan, tujuan penyangga). Tujuan penyangga melukiskan perilaku khusus (kegiatan tunggal atau langkah tunggal) yang harus dipelajari atau ditampilkan supaya tercapainya tujuan terminal
Tujuan instruksional juga dapat disebut dengan tujuan kurikulum atau tujuan pembelajaran. Arti tujuan instruksional adalah perilaku akhir yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil proses belajar, latihan atau proses pendidikan lainnya yang dinyatakan dalam kalimat aktif yang operasional dan mempunyai kandungan maksud yang relatif luas dibandingkan tujuan instruksional khusus.
Dengan demikian berarti cakupan masalah atau materi bahsasannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang sedang dilakukan sebagai informasi biasanya dalam masalah atau tulisan-tulisan sering digunakan kata-kata maksud dan tujuan. Ini berarti bahwa maksud adalah menjelaskan tentang tujuan umum/kompetensi dasar sedangkan tujuan adalah menjelaskan tentang tujuan khusus/indikator.
Arti indikator adalah perilaku yang ingin dicapai oleh anak didik pada waktu proses belajar mengajar yang sedang dilakukan. Apabila dari kandungan dan kedudukan antara kedua tujuan yaitu tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan umum. Berarti kompetensi dasar dan hasil penjabarannya harus seluas cakupan kompetensi dasar.
Contoh kedua tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan instruksional/kompetensi dasar adalah agar pada akhir kuliah mahasiswa dapat merumuskan tujuan instruksional/kompetensi dasar dan indicator untuk suatu topic tertentu
2.      Tujuan instruksional/kompetensi dasar/indicator adalah agar selama proses belajar tentang KD mahasiswa dapat:
a.       Membuat definisi tujuan instruksional umum, kompetensi dasar dan indicator
b.      Menyebutkan isi masing-masing kawasan taxonomi tujuan instruksional Bloom dan Krathwool
c.       Menjelaskan makna tujuan pembelajaran /kompetensi dasar dari setiap tingkat  pada kawasan kognitif lengkap dengan contohnya
d.      Menjelaskan makna tujuan instruksional/kompetensi dasar dari setiap kawasan afektif lengkap dengan contohnya
e.       Menjelaskan makna tujuan instruksional/kompetensi dasar dari setiap kawasan psikomotor lengkap dengan contohnya
f.       Menyebutkan beberapa kata kerja aktif yang dapat dipakai untuk masing-masing tingkat pada kawasan kognitif, afektif dan psikomotor
g.      Menjelaskan baik tulisan maupun lisan hubungan antara tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus
h.      Menjelaskan keuntungan dan kelemahan diterapkannya tujuan instruksional/kompetensi dasar dalam kegiatan belajar mengajar
i.        Membuat contoh tujuan instruksional umum, kompetensi dasar dan indicator untuk suatu topic bahasan dengan tepat
j.        Memberikan alasan mengapa tujuan instruksional model Mager kurang popular
Dari contoh kompetensi dasar dan indicator tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Merupakan pernyataan yang lebih umum dibandingkan indicator
2.      Cakupan luas tapi cukup menggunakan kata kerja operasional yang dalam kalimat tersebut digunakan “merumuskan
Sedangkan kompetensi dasar/indikator adalah:
1.      Merupakan penjabaran dari kompetensi dasar sehingga indikator menjadi banyak
2.      Juga selalu menggunakan kata kerja operasional seperti: menyusun, menjelaskan, menyebutkan, membuat contoh dan sebagainya
3.      Isi indikator harus selaras dengan cakupan pada kompetensi dasar
Tujuan dilakukannya rincian kompetensi dasar dalam indicator adalah:
1)      Untuk mengungkapkan kemampuan atau ketrampilan apa yang perlu dikuasai oleh sasaran didik selama dan sesudah proses belajar
2)      Agar proses belajar mengajar dapat dimulai dari materi belajar yang mudah ke materi yang sulit dan seterusnya sehingga materi belajar yang tersulit (hirarki belajar)
3)      Agar diperoleh gambaran tentang luas cakupan materi yang akan diajarkan

E.     Pola Penulisan Tujuan Instruksional
Tata bahasa merupakan unsur yang paling diperhatikan dalam menulis tujuan. Sebab dari unsur tersebut dapat dilihat konsep atau proses berfikir seseorang dalam mengungkapkan ide-idenya. Bahasa yang dipergunakan mudah dimengertikan oleh orang, singkat dan padat.
Sehubungan dengan teknis penulisan tersebut Robert F. Mager (1962) menyatakan cara penulisan tujuan instruksional harus dibuat dalam bahasa yang jelas maksudnya tanpa diberi penjelasan tambahan apapun pembaca ( guru, siswa atau sasaran anak didik sudah dapat menangkap maksudnya.
Menurut Mager tujuan instruksional mencakup tiga elemen yaitu:
1)      Menyatukan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang sebaiknya dikuasainya pada akhir atau sesudah pelatihan
2)      Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut
3)      Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima
Berdasarkan uraian dan elemen tersebut maka tujuan instuksional sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD yang artinya:
A = Audience (petatar, siswa, sasaran anak didiknya)
B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar)
C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat  tercapai)
D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima sebagai ukuran hasil belajar siswa)













TUGAS KELOMPOK:
            Tulis dalam kertas manila yang telah disediakan
            Kerjakan tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
            Presentasikan tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
            Buat kesimpulan tentang  TUJUAN INSTRUKSIONAL

JELASKAN PENGERTIAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
TULISKAN FUNGSI TUJUAN INSTRUKSIONAL
PAPARKAN TENTANG TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
JELASKAN BAGAIMANA CARA PENULISAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
PAPARKAN  BAGAIMANA POLA PENULISAN TUJUAN INSTRUKSIONAL

(tambahkan dan tuliskan referensi buku hindu /lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )









BAB V
PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
Pada bagian ini disajikan tentang pengembangan pengalaman belajar. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang  hakikat  pengalaman belajar, pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar, pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa dan mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang  hakikat  pengalaman belajar, pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar, pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa dan mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran dengan benar.
INDIKATOR
1.      Mampu mendeskripsikan hakikat pengalaman belajar
2.      Mampu menjelaskan pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar
3.      Mampu mengindentifikasi tahapan pengembangan pengalaman belajar
4.      Mampu menguraikan pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
5.      Mampu mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa
6.      Mampu mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran

A.    HAKIKAT PENGALAMAN BELAJAR
Merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan aspek penting baik dalam perencanaan maupun desain pembelajaran. Merancang pengalaman belajar pada hakikatnya adalah menyusun scenario pembelajaran sebagai pedoman untuk guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran mandiri, scenario pembelajaran dituangkan dalam prosedur pembelajaran yang harus ditempuh oleh setipa siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini berarti tugas guru lebih banyak sebagai perancang/desainer dan sekaligus sebagai penyusun program pembelajaran. Sedangkan manakala proses pembelajaran dalam bentuk klasikal yang menuntut peran guru sebagai pelaksana atau manajer proses pembelajaran maka scenario pembelajaran dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam mengatur jalannya proses pembelajaran. Oleh sebab itu dalam pengembangan pengalaman belajar perlu tergambarkan kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengalaman belajar (learning experiences) adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan seperti apa yang harus dimiliki oleh siswa maka pada itu juga kita semestinya berfikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus disesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat diperoleh oleh setiap siswa.
1.      Pengalaman Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne (1991) ada delapan tipe pengalaman belajar dari pengalaman belajar yang sederhana sampa pada pengalaman belajar yang kompleks. Kedelapan tipe belajar itu dijelaskan sebagai berikut:
a.      Belajar signal adalah belajar melalui isyarat/tanda. Pengalaman belajar ini merupakan pengalaman belajar yang paling sederhana yaitu belajar bagaimana setiap individu mereaksi terhadap setiap perangsang yang muncul. Misalnya: seseorang  menjadi senang, sedih, gembira dan sebagainya itu disebabkan karena munculnya tanda atau signal tertentu.
b.      Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan adalah pengalaman belajar yang terarah. Setiap individu merespon terhadap perangsang yang diberikan selalu diberi penguatan misalnya dengan reward.
c.       Pengalaman belajar membentuk rangkaian (chaining) adalah belajar merangkaikan atau menhubungkan gejala/faktor sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian yang utuh dan fungsional. Misalnya: individu mereaksi setelah ia mendengar bel tanda sudah waktunya pulang, ia segera mengemasi barang-barangnya lalu pulang, ganti pakaian, baca Koran dan lain sebagainya
d.      Belajar asosiasi verbal adalah pengalaman belajar dengan kata-kata manakala ia menerima perangsang. Misalnya: diberikan stimulus tentang gambar segitiga kemudian anak-anak mengatakan bahwa itu adalah gambar segitiga sama sisi.
e.       Belajar membedakan/diskriminasi adalah  pengalaman belajar mengenal sesuatu karena ciri-ciri yang memiliki kekhasan tertentu walaupun seseorang menghadapi objek yang sama tetap saja orang tersebut dapat membedakannya. Misalnya: seseorang dating membedakan mana itik dan  mana ayam walaupun keduanya sama-sama unggas.
f.       Belajar konsep adalah pengalaman belajar dengan menentukan cirri atai atribut dari objek yang dipelajarinya sehingga objek tersebut ditempatkan dalam klasifikasi tertentu. Misalnya: pengalaman belajar dengan melihat sesuai dari ukurannya, dari warnanya dan lain sebagainya. Seseorang dapat mempelajari manusia  dilihat dari keturunannya, dari warna kulitnya, dari suku bangsanya dan lain sebagainya.
g.      Belajar aturan dan hukum adalah pengalaman belajar dengan menghubungkan konsep-konsep. Pada pengalaman belajar ini siswa dirangsang untuk menemukan sejumlah prinsip atau kaidah melalui pengamatan dari setiap gejala. Misalnya: bila logam dipanaskan maka logam tersebut dapat menghantarkan panas, air akan berbentuk sesuai dengan tempatnya dan sebagainya.
h.      Belajar problem solving adalah  pengalaman belajar untuk memecahkan suatu persoalan melalui penggabungan beberapa kaidah atau aturan. Pengalaman belajar pemecahan masalah ini merupakan pengalamn belajar yang paling kompleks karena memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan/hukum yang berkenaan dengan masalah yang ingin dipecahkan sedangkan setiap hukum itu akan dapat dipahami manakala disusunnya sejumlah informasi yang diperlukan
Dari berbagai jenis pengalaman belajar yang telah dikemukakan di atas maka tampak bahwa setiap pengalaman belajar sifatnya bertingkat. Artinya kemampuan seseorang untuk belajar memecahkan masalah sangat tergantung pada belajar tentang hukum/aturan dan pengalaman belajar aturan akan dapat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam belajar konsep dan seterusnya.
Dari kedelapan tipe pengalaman belajar tersebut menurut Gagne akan menghasilkan kemampuan-kemampuan tertentu. Selanjutnya dalam sumber yang sama Gagne mengindentifikasi lima jenis hasil sebagai berikut:
1.      Belajar ketrampilan intelektual (Intelectual skill) yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi adalah belajar untuk membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Misalnya: melihat objek dari bentuknya, ukurannya dan warnanya. Belajar konsep adalah kesanggupan untuk menempatkan objek yang memiliki cirri yang sama menjadi satu kelompok (klasifikasi) tertentu. Misalnya: konsep tentang keluarga, masyarakat, pendidikan dan sebagainya. Belajar kaidah adalah belajar bagian dari konsep tertentu. Misalnya: belajar tentang konsep keluarga pada dasarnya belajar konsep ayah, ibu dan anak.
2.      Belajar informasi verbal yaitu belajar melalui symbol-simbol tertentu. Yang termasuk belajar ini adalah belajar membaca, menulis cerita dan sebagainya
3.      Belajar mengatur kegiatan intelektual yaitu belajar mengatur kegiatan intelektual berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan ketrampilan tertentu (kemampuan berfikir memecahkan masalah secara ilmiah melalui langkah-langkah yang sistematis
4.      Belajar sikap yaitu belajar menentukan tindakan tertentu. Sikap adalah kecendrungan individu untuk berprilaku sesuai dengan nilai yang dianggp baik oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain kesediaan seseorang untuk menerima/menolak sesuatu dengan pandangannya terhadap sesuatu itu.
5.      Belajar ketrampilan motorik yaitu belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu baik gerakan yang sangat sederhana seperti gerakan menirukan, gerakan refkeks dan sebagainya.
2.      Pengalaman  Belajar Menurut Piaget
Pandangan-pandangan Jean Piaget seorang psikolog kelahiran Swiss (1896-1980) percaya bahwa anak belajar sesuai dengan tahapannya. Pengalaman belajar menurut Piaget berlangsung dalam diri setiap individu melalui proses konstruksi pengetahuan. Oleh sebab itu teori belajar Piaget terkenal dengan teori konstruktivistik.
Belajar menurut teori kontruktivistik bukanlah sekedar menghafal akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Piaget berpendapat bahwa anak kecil setiap anak sudah memiliki strukstur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya: anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya ia  dapat  menangkap perbedaaan keduanya yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki dua dan binatang berkaki empat. Semakin dewasa anak maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru.  
Pada suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api maka berdasarkan pengalamannya terbentuk skema pada struktur kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu haru dihindari. Dengan demikian ketika ia melihat api secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa anak pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak pakai api, ketika anka melihat bapaknya merokok menggunakan api maka skema yang telah terbentuk itu disempurnakan bahwa api bukan harus dihindari akan tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyempurnaan skema tentang api yang dilakukan oleh anak itu dinamakan asimilasi. Semakin anak dewasa pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika anak melihat pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kendaraan memerlukan api maka terbentuklah skema baru tentang api bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan akan tetapi sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Proses penyempurnaan skema itu dinamakan proses akomodasi.
Sebelum ia mampu menyusun skema baru ia akan dihadapkan pada posisi ketidakseimbangan (disqualibrium) yang akan mengganggu psikologis anak. Manakala skema telah disempurnakan atau anak telah berhasil membentuk skema baru anak akan kembali pada posisi seimbang (equilibrium) untuk kemudian ia akan dihadapkan pada perolehan pengalaman baru.
Uraian mengenai hakikat pengalaman belajar seperti yang telah dikemukakan di atas diperlukan untuk memahami bagaimana sebenarnya individu memperoleh pengetahuan. Melalui pemahaman tersebut selanjutnya kita dapat menentukan strategi apa yang dapat digunakan untuk merancang pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengann tahapan perkembangan individu itu sendiri.


B.     PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN MENENTUKAN PENGALAMAN BELAJAR
Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan manakala kita akan merancang dan mengembangkan pengalaman belajar siswa.
1.      Sesuai dengan Tujuan atau Kompetensi Yang Akan Dicapai
Dalam sistem perencanaan dan desain pembelajaran tujuan merupakan komponen utama dan pertama yang harus dipikirkan oleh seorang desainer pembelajaran sehingga apa yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu.Dilihat dari domainnya tujuan itu terdiri dari tujuan kognitif, afektif dan pskomotorik.
2.      Sesuai dengan Jenis Bahan atau materi Pelajaran
Di samping tujuan, materi pelajaran juga merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran. Pengalaman belajar yang direncanakan atau didesain harus memperhatikan karakteristik materi pelajaran baik dilihat dari kompleksitas materi maupun pengemasannya.
3.      Ketersediaan Sumber Belajar
Selain pertimbangan tujuan dan isi bahan pelajaran seorang desainer dalam menentukan pengalaman belajar juga harus memperhatikan ketersediaan sumber belajar yang dapat digunakan.
4.      Pengalaman Belajar Harus Sesuai dengan Karakteristik Siswa
Kondisi dan karakteristik siswa merupakan salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan baik menyangkut minat dan bakat siswa, kecendrungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
            Di samping beberapa pertimbangan di atas ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan mengembangkan pengalaman belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat menentukan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa. Hal ini sering dilupakan guru. Guru yang senang berceramah hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian dan siswa dipaksa untuk mendengarkan penjelasan guru seakan-akan dia berfikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi demikian.
2.      Aktivitas
Belajar bukanlah hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siwa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas psikis (mental) bukan fisik. Misal: guru berceramah, sebenarnya dalam proses berceramah guru harus mendorong agar siswa memiliki pengalaman untuk menghayati materi pelajaran yang dituturkan melalui proses menyimak dan meragukan tentang segala sesuatu yang dituturkan sehingga dari keraguan itu memunculkan keinginan siswa untuk memperdalam materi pelajaran.
3.      Individualitas 
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Oleh sebab itu pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa.
4.      Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan saja akan tetapi meliputi pengembangan afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu merancang pengalaman belajar siswa harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi. Contoh: penggunaan dengan metode diskusi guru harus dapat merancang pengalaman belajar yang tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja akan tetapi harus mendorong siswa agar mereka dapat berkembang secara keseluruhan seperti mendorong agar siswa berani menghargai pendapat orang lain, mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide-ide yang orisinal dan mendorong siswa untuk bersikap jujur serta tenggang rasa.
Bab IV pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpasipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sesuai isi peraturan pemerintah diatas maka ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman belajar yaitu:
1.      Interaktif
Interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mngatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian pengalaman pembelajaran harus dapat mendorong agar siswa dapat berinteraksi baik antara guru dn siswa, anatar siswa dan siswa maupun anatar siswa dengan lingkungannya.
2.      Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan mengujinya. Biarkan sswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya. Biarkan siswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subyektif yang bisa dimaknai  oleh setiap subjek belajar.


3.      Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar pengalaman belajar merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan:
a.      Dengan menata ruangan yang apik dan menarik yaitu yang memenuhi unsur kesehatan. Seperti: pengaturan cahaya, ventilasi dan keindahan (cat tembok yang segar dan bersih, bebas dari debu, lukisan dan karya-karya siswa yang tertata dan vas bunga)
b.      Melalui pengelolaan pembeljaran yang hidup dan bervaiasi yaitu dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yng relevan serta gerakan-gerakan guru yang mmpu membangkitkan motivasi belajar siswa
4.      Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemmpuan berfikir yaitu merngsang  kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berfikir secara intuitif atau bereksplorasi.Apapun yang diberikan dan dilakukan guru hrus dapat siswa untuk berfikir (learning to learn) dan melakukan (learning how to do). Apabila guru akan memberikan informasi hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi yang siap “ditelan” siswa akan tetapi informasi yang mampu membangkitkn siswa utuk mau “mengunyahnya” untuk memikirkannya sebelum I ambil kesimpulan. Untuk itu dalam hl-hal tertentu sebaikya guru memberikan informasi yang “mergukan” kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.
5.      Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat penting utuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Motivasi dapat diartikan sebagai doongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu  hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
C.    TAHAPAN PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
Proses memberikan pengalaman belajar pada siswa secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional) dan tahap penilaian/tindak lanjut.
            1                                              2                                              3











Tahap Prainstruksional
 

Tahap Instruksional
 

Tahap Penilaian dan Tindak Lanjut
 





 



  1. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
    1. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran dapat dijadikan salah satu tolak ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas,bolos dan sebagainya) tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa ( penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustrasi, rendah diri dan lain-lain).
    2. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri.
    3. Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas atau siswa trtentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan.
    4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya
    5. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu ( bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya).
Tujuan tahapan ini pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimnya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu.
  1. Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yaitu tahapan memberikan pengalaman belajar pada siswa. Manakala tujuan dan bahan pelajaran yang harus dicapai bukan merupakan tujuan yang komplks ditambah dengan jumlah siswa yang besar sehingga dalam tahapan instruksional guru memandang pengalaman belajar dirancang agar siswa menyimak materi pelajaran secara utuh maka secara umum dapat diindentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a.       Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa
b.      Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu
c.       Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi yaitu pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik  secara lebih khusus dan dimulai dari topik khusus menuju topik umum
d.      Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit
e.       Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan
f.       Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi
  1. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang  ketiga atau yang trakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi/penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).
Ketiga tahap yang telah dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel sehingga ketiga rangkain tersebut diterima oleh siswa secara utuh.
  1. PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS)
Pengembangan pengalaman pembelajaran pada hakikatnya didesain untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian dalam mendesain pembelajaran siswa harus ditempatkan sebagai faktor utama. Dengan kata lain dalam proses mendesain pembelajaran sebaiknya menempatkan siswa sebagai subjek belajar atau pembelajaran ditekankan/berorientasi pada aktivitas siswa.
Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan baik dewasa intelektual, social maupun dewasa moral. Oleh karena itu proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja akan tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Dengan demikian pendidikan pada dasarnya memberikan pengalaman belajar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa melalui proses interaksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungannya.
Siswa bukanlah benda mati akan tetapi makhluk hidup yang sedang dalam tahap perkembangan yang memiliki kemampuan yang berbeda. Ia adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya. Hal ini menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi akan tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk memberikan pengalaman belajar agar siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Dalam pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi pristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena itu setiap pristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual emosional siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan dan tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan ( motorik, kognitif dan social, penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Raka Joni, 1980:2).
  1. Konsep dan Tujuan PBAS
PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami:
  1. Dipandang dari sisi proses pembelajaran PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu kadar PBAS tidak hanya dapat dilihat dari aktivitas fisik saja akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar PBAS yang rndah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif seperti: menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan.
  2. Dipandang dari sisi hasil belajar PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap ( afektif) dan ketrampilan    (psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan ketrampilan. Akan tetapi PBAS intelektual bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil misalnya: kemampuan untuk menmukan, menganalisis, mengkomunikasikan dan hasil penenemuan.
Dari uraian diatas maka PBAS sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat belajar mandiri dan kreatif sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan , ketrampilan dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri.
  1. Penerapan PBAS dalam Proses pembelajaran
Untuk memperoleh pengalaman belajar bagi siswa PBAS diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti: mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan sebagainya. Akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati seperti: mendengarkan dan menyimak. 
Namun demikian salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBAS yang tinggi, sedang atau lemah dapat kita lihat dari kritera penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pmbeljaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

1). Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan:
Ø  Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan pengalaman serta motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam mennentukan kegitan pembelajaran
Ø  Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran
Ø  Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan
Ø  Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan
2) Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran:
Ø  Adanya keterlibatan siswa baik fisik, mental dan emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilhat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Ø  Siswa belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti : merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri.
Ø  Adanya keinginsn siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif
Ø  Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran
Ø  Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajarkan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung
Ø  Terjadinya interaksi yang multi arah baik antara siswa dengan siswa antara guru dan siswa
3 ) Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran:
Ø  Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya
Ø  Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya
Ø  Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya

  1. GURU DALAM PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
Dalam pengembangan pengalaman belajar guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu pengembangan belajar menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah:
  1. Mengemukakan berbagai alternative tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru akan tetapi diharapkan siswapun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya
  2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. Artinya tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untu mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya ditentukan guru akan tetapi melibatkan siswa.
  3. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana pembelajaran maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan
  4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya
  5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar dan membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Dalam memberikan pengalaman belajar pertanyaan tidak semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan siswa akan tetapi lebih dari itu
  6. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam proses memberikan pengalaman belajar guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya
  1. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN
  1. Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R. David, 1976). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas:
  1. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran
  2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Yang artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalaah pencapaian tujuan.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas Dick and Carrey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Sekarang bagaimana upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal ini yang dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian bisa terjadi sat strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
  1. Jenis-jenis strategi Pembelajaran
Pengembangan pengalaman akan sangat ditentukan oleh pengemasan materi pelajaran. Pengemasan materi pelajaran secara individual seperti pengemasan dalam bentuk pengajaran terprogram dan pengemasan dalam bentuk modul maka pengalaman belajar harus didesain secara individual juga artinya pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Mengorganisasi pengalaman belajar meliputi empat hal pokok yaitu:
  1. Pengindetifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran setiap usaha pembelajaran
  2. Pertimbangan dan pemilihan strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai sasaran.
  3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir
  4. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Strategi pembelajaran sebagai upaya memberikan pengalaman belajar kepada siswa sebagai berikut:
  1. Strategi pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur kata sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”. Fokus utama strategi ini adalah  kemampuan akademis (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah.
  1. Strategi pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dan suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri  biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic yang berasal dari bahasa yunani yang artinya heuriskein yang berarti saya menemukan.

  1. Strategi pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sstem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Setiap individu akan saling membantu dan mereka akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.













TUGAS KELOMPOK:
            Tulis dalam kertas manila yang telah disediakan
            Kerjakan tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
            Presentasikan tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
            Buat kesimpulan tentang METODE PEMBELAJARAN

JELASKAN HAKEKAT PENGALAMAN BELAJAR
JELASKAN PERTIMBANGAN DAN PRINSIP PENGORGANIASASIAN PENGALAMAN BELAJAR
BAGAIMANANA TAHAPAN PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
URAIKAN PEMAHAMAN SAUDARA TENTANG PENTINGNYAPENGEMBANGANPEMBELAJARANYANG BERORIENTASI PADA SISWA
IDENTIFIKASIKAN PERAN DAN TUGAS GURU DALAM PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR SISWA
CONTOH RAGAM STRATEGI dan METODE PEMBELAJARAN DALAM AGAMA HINDU
 (tambahkan dan tuliskan referensi lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )







BAB VI
METODE PEMBELAJARAN
Pada bagian ini disajikan tentang metode pembelajaran. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang metode pembelajaran dan penjelasannya.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian metode pembelajaran, menyebutkan jenis-jenis metode pembelajaran dan menjelaskan metode-metode pembelajaran dengan benar.

INDIKATOR
Mampu menjelaskan pengertian metode pembelajaran: Mampu menyebutkan jenis-jenis metode pembelajaran
a.       Mampu menjelaskan pengertian metode pembelajaran
  1. Mampu menyebutkan jenis-jenis metode pembelajaran
  2. Mampu  menjelaskan metode-metode pembelajaran
A.    Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan dan memberi contoh pelajaran kepada siswa. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional dan metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama teman, simulasi, karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek dan praktikum dan lain-lain serta masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa pertimbangan yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan:

1.      Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.
2.      Pengetahuan Awal Siswa
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk menetahui pengetahuan awal siswa. Sewktu memberi materi pengajran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yng dicapai siswa untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan tes pretes tertulis, Tanya jawab di awal pelajaran.
Pengetahuan awal dapat dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan jika siswa tidak memiliki  prinsip, konsep dan fakta atau memiliki pengalaman maka kemungkinan besar mereka belum dpt dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri hnya metode yang dapat diterapkan ceramah, demontrasi, penampialn, latihan dengan teman, sumbang saran, praktikum dan bermain peran.
3.      Bidang Studi
Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah program studi diatur dalam tiga kelompok yaitu: pertama Program pendidikan umum, kedua program pendidikan akademik dan ketiga program pendidikan ketrampilan.
4.      Alokasi waktu dan sarana penunjang
Waktu yang tersedia  dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran. Perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang seperti: transparan, video dan film.
5.      Jumlah siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas melalui pertimbangan jumlah siswa yang hadirkarena ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas. Sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya dan latihan.
Ukuran besar dan jumlah siswa yang banyak metode ceramah yang lebih efektif akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibanding metode lainnya terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa.
6.      Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman. Peribahasa mengatakan Pengalaman adalah guru yang baik. Kriteria guru berpengalaman dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun. Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 38 kriteria untuk dapat diangkat menduduki jabatan kepala sekolah bila telah mengajar minimal 3 tahun untuk kepala Taman kanak-kanak sedangkan 5 tahun untuk kepala sekolah SD, SMP dan SMA. Guru yang memahami seluk beluk persekolahn, strata pendidikan bukan jaminan utama dalam keberhasilan mengajar akan tetapi pengalaman yang menentukan seperti: guru peka dengan masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memilih metode yang tepat, memotivasi siswa, mengelola siswa dan mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar.
Di samping guru berpengalaman dia harus berwibawa. Kewibawaan merupakan kelengkapan mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena dia berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan social. Ia sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang “perkataannya” memiliki kekuatan mengikat  terhadap orang lain. Kewibawaan ada pada orang dewasa ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan ia perlu dijaga dan dirawat. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhormat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat dan  menjadi suri tauladan. Ia mengayomi semua lapisan masyarakat, ibarat pepatah “ sebatang kayu besar di tengah padang, akar tempat orang duduk, batang tempat orang bersandar, daun yang rindang tampat orang bernaung di kala hari panas dan tempat berteduh di kala hujan.
Kewibawaan yang dimiliki guru terbagi dua yaitu:
1.      Kewibawaan kasih sayang seperti yang dimilki ayah dan ibu, ia menyanyangi anak-anaknya tanpa pilih kasih dan berharap anak-anaknya tumbuh dan berkembang berguna bagi agama, masyarakat, nusa dan bangsa
2.      Kewibawaan jabatan ia dapat memerintah, menganjur, menasehati siswa yang berguna bagi manajemen pembelajaran
B.     Metode- Metode Pembelajaran
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut ini akan disajikan berbagai metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas yang masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan.
1.      Metode Ceramah (Lecture)
Metode ceramah yang berasal dari lecture memiliki arti dosen atau metode dosen karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Namun pada Sekolah Tingkat Lanjutan metode ceramah dapat dipergunakan oleh guru dengan memvariasikan dengan metode lain.
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru:
a.       Untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran
b.      Waktu terbatas, sedangkan materi/informasi banyak yang akan disampaikan
c.       Lembaga pendidikan sedikit memilki staf pengajar sedangkan jumlah siswa banyak
Keterbatasan metode ceramah sebagai berikut:
a.       Keberhasilan siswa tidak terukur
b.      Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur
c.       Peran serta siswa dalam pembelajaran rendah
d.      Materi kurang terfokus
e.       Pembicaraan sering melantur
2.      Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memilki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan harus dimilki oleh guru. Setelah didemonstrasikan siswa diberi kesempatan melakukan latihan ketrampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru.
Metode Demonstrasi dapat dilaksanakan:
a.       Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal atau latihan kerja
b.      Bila materi pelajaran berbentuk  ketrampilan gerak
c.       Manakala guru bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang
d.      Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
e.       Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktek yang kita laksanakan
f.       Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan yang hanya mendengar ceramah atau membaca  buku
g.      Bila siswa turut aktif bereksperimen maka ia akan memperoleh pengalaman
Keterbatasan metode demonstrasi sebagai berikut:
a.       Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemontrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa
b.      Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen
c.       Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok
d.      Kadang-kadang bila suatu saat dibawa ke dalam kelas kemudia didemonstrasikan terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata
e.       Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banya dan membosankan bagi peserta yang lain
3.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat apabila pelaksanaannya ditujukan untuk:
a.       Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu agar siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajarannya
b.      Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa
c.       Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka
Metode Tanya jawab tidak wajar digunakan untuk:
a.       Menilai kemajuan peserta didik
b.      Mencari jawaban dari siswa tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima
c.       Memberi giliran pada siswa tertentu
Kebaikan metode Tanya jawab adalah:
a.       Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong
b.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga Nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti
c.       Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada yang dapat dibawa kearah situasi diskusi
4.      Metode Penampilan
Metode penampilan adalah berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa di bawah bimbingan dari dekat oleh pengajar. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan atau demontrasi yang diterima atau diamati siswa.
Metode ini dipergunakan pengajar harus:
a.       Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa praktik
b.      Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai
c.       Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan
d.      Kegiatan pembelajaran bersifat formal
e.       Siswa yang mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi sesungguhnya
f.       Membutuhkan waktu panjang
g.      Membutuhkan fasilitas  dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit diperoleh dan harus dipelihara terus menerus
h.      Membutuhkan pengajar yang lebih banyak
5.      Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topic atau masalah tertentu.
Metode diskusi ini digunakan oleh guru bila:
a.       Menyediakan bahan, topic atau masalah yang akan didiskusikan
b.      Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan studi kasus kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi
c.       Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas
d.      Membimbing diskusi tidak memberikan ceramah
e.       Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain
Metode ini tepat digunakan bila:
a.       Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar
b.      Pelajaran formal atau magang
c.       Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai siswa
d.      Belajar mengindentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan
e.       Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi dan kepribadian
f.       Menghadapi masalah secara berkelompok
g.      Membiasakan siswa untuk beragumentasi dan berfikir rasional
Metode diskusi memiliki keterbatasan sebagai berikut:
a.       Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit
b.      Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru dikenalkan pada bahan pembelajaran baru
c.       Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum
6.      Metode Studi Mandiri
Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
 Metode ini dilakukan dengan cara:
a.       Memberikan daftar hadir bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya
b.      Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri
c.       Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa
Metode ini tepat dilakukan manakala:
a.       Pada tahap akhir proses belajar
b.      Dapat digunakan pada semua mata pelajaran
c.       Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan mandiri
d.      Menunjang metode pembelajaran yang lain
e.       Meningkatkan kemampuan kerja siswa
f.       Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan
g.      Member kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri siswa lain
7.      Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah juga dikenal Metode Brainstorming. Ia merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula. Tetapi metode ini perlu diwaspadai karena akan menimbulkan prustasi di kalangan siswa lantaran masing-maing mereka belum dapat menemui solusinya dari proses yang kita lakukan. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang diminta adalah buah fikiran dengan alasan-alasan rasional.


8.      Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topic atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni dan mereka berinteraksi sesame mereka untuk melakukan peran terbuka.
9.      Metode Tutorial
Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri.
10.  Metode Deduktif
Metode deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran yang kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode ini menjelaskan teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.
11.  Metode Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini disebut metode discovery atau Socratic.
12.  Metode Computer Assisted learning (CAL)
Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur dimana computer diprogramkan dengan permasalahn-permasalahan. Siswa diminta untuk memecahkan masalah  tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan computer dan seketika itu jawaban siswa diproses secara elektronik.















TUGAS KELOMPOK:
            Tulis dalam kertas manila yang telah disediakan
            Kerjakan tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
            Presentasikan tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
            Buat kesimpulan tentang METODE PEMBELAJARAN

JELASKAN PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
JELASKAN JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN
JELASKAN METODE-METODE PEMBELAJARAN
URAIKAN PEMAHAMAN SAUDARA TENTANG PENTINGNYA METODE PEMBELAJARAN
 (tambahkan dan tuliskan referensi lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )











BAB VII
KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
Pada bagian ini disajikan tentang ketrampilan dasar mengajar. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang ketrampilan dasar mengajar dan penjelasannya.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu  menyebutkan jenis-jenis ketrampilan dasar mengajar dan penjelasannya dengan benar.
INDIKATOR
  1. Mampu menyebutkan jenis-jenis ketrampilan dasar mengajar
  2. Mampu  menjelaskan jenis-jenis ketrampilan dasar
  1. KETRAMPILAN BERTANYA
Dalam proses belajar mengajar bertanya memegang peranan penting karena pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa yaitu:
a.       Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
b.      Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan
c.       Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya
d.      Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik
e.       Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas
  1. Dasar-Dasar Pertanyaan yang baik
a.       Jelas dan sudah dimengerti oleh siswa
b.      Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
c.       Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
d.      Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan
e.       Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
f.       Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
g.      Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
  1. Jenis-Jenis Pertanyaan yang baik
1). Jenis pertanyaan menurut maksudnya
a. Pertanyaan permintaan (compliance question) yaitu pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan
b. Pertanyaan retoris (rhetorical question) yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban tetapi dijawab sendiri oleh guru
c. Pertanyaan mengarahkan/menuntun (prompting question) yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya.
d. Pertanyaan menggali (probing question) yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama.
2) Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
a. Pertanyaan pengetahuan (recoll question atau knowledge question) atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, siapa dan sebutkan
b. Pertanyaan pemahaman (comprehension question) yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan dan bandingkan
c. Pertanyaan penerapan (application question) yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atu informasi yang diterimanya
d. Pertanyaan sintesis (synthesis question) yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah dan mencari komunikasi
e. Pertanyaan evaluasi (evaluation question) yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian /pendapatnya terhadap suatu masalah
  1. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
1)      Kehangatan dan keantusiasan
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru: suara, ekspresi wajah, gerakan dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
2)      Kebiasaan yang perlu Dihindari
a.       Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawabnya
b.      Jangan mengulang-ulang jawaban siswa
c.       Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya
d.      Usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak karena guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab benar dan siap yang menjawab salah
e.       Menentukan siapa sisa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan akan menyebabkan siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan
f.       Pertanyaan ganda: guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda yang menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan siswa
  1. Komponen-Komponen Ketrampilan bertanya Dasar
1.      Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya
2.      Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan oleh siswa
3.      Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa karena jawaban siswa benar tapi belum tepat
4.      Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak. Cara pemindahan giliran beberapa siswa secara bergilir diminta menjawab pertanyaan yang sama sedangkan pada penyebaran disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang berbeda pula.
5.      Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa guru perlu member waktu beberapa detik untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya
6.      Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak dapat menjawab guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
  1. Komponen-Komponen Ketrampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan bertanya lanjutan dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Adapun komponen-komponennya adalah sebagai berikut:
1.      Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi.Oleh karena itu guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2.      Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks guru hendaknya dapat mengatur pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis.
3.      Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurn. Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Berikut ini adalah beberapa teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan:
a.       Klasifikasi: jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi baik
b.      Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab pertanyaan guru
c.       Meminta kesempatan pandangan: guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan disertai alasan terhadap jawaban rekannya agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak
d.      Meminta kesempatan jawaban: guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat
e.       Meminta jawaban yang lebih relevan: bila jawaban siswa kurang relevan guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari siswa tersebut
f.       Meminta contoh: bila siswa menjawab dengan samar-samar guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh kangkrit tentang apa yang dikemukakannya
g.      Meminta jawaban yang lebih kompleks: guru dapat meminta siswa tersebut untuk member penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks
4.      Peningkatan terjadinya interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Artinya jika siswa mengajukan pertanyaan guru tidak segera menjawab tetapi melontarkannya kembali kepada siswa lainnya.
  1. KETRAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan  informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi atau penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemunkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a.      Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut:
v  Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran
v  Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar siswa
v  Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif
b.      Jenis-Jenis Pertanyaan
v  Penguatan verbal
Biasanya diungkapkan/diutarakan dengan  menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Contoh: bagus sekali, betul, pintar, ya, seratus buat kamu!

v  Penguatan nonverbal
-          Penguatan gerak isyarat. Misalnya: anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah dan sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang
-          Penguatan pendekatan: guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku atau penampilan siswa.
-          Penguatan dengan sentuhan (contact): guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siuswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan.
-          Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan: guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan
-          Penguatan berupa simbol atau benda: penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai symbol berupa benda seperti: kartu bergambar, lencana atau komentar tertulis pada buku siswa
-          Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa
v  Prinsip Penggunaan Penguatan
-          Kehangatan dan keantusiasan
Sikap dan gaya guru termasuk suara, mimik dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
-          Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya.
-          Menghindari penggunaan respons yang negative
Walaupun teguran dan hukuman masih bias digunakan respons negative yang diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya.
v  Cara Menggunakan Penguatan
-          Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab bila tidak akan kurang efektif. Oleh karena itu sebelum memberikan penguatan guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap matanya
-          Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa
-          Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respons siswa yang diharapkan.
-          Variasi dalam penggunaan
Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi tidak terbatas pada satu jenis saja karena hal ini akan menimbulkan kebosanan.
  1. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
a.       Pengertian
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
b.      Tujuan dan manfaat
1.      Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan
2.      Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru
3.      Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara  mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
4.      Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya


c.       Prinsip Penggunaan
1.      Varasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai
2.      Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran
3.      Direncanakan secara baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran
d.      Komponen-Komponen Ketrampilan mengadakan Variasi
v  Variasi dalam cara mengajar guru
a.       Penggunaan variasi suara (teacher voice). Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata terentu
b.      Pemusatan perhatian siswa (focusing). Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru.
c.       Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence). Adanya kesenyapan , kebisuan atau “selingan diam”yang tiba-tiba dan sengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik  perhatian siswa  
d.      Mengadakan kontak pandang dan gerak ( eye contact and movement). Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya sebaiknya pandangan guru menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka.
e.       Gerakan badan mimic: variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhartian dan untuk meyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Ekspresi wajah misalnya: tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata untuk menunjukkan kagum, tercengang atau heran, Gerakan kepala dapat dilakukan dengan bermacam-macam misalnya: mengganggukkan, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya.
f.        Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement): pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-          Biasakan bergerak dengan bebas di dalam kelas
-          Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap ke papan tulis
-          Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandangan ke langit-langit atau ke luar tetapi arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas
-          Bila diinginkan untuk mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan dari belakang kea rah depan untuk mengetahui tingkah laku murid
v  Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Media dan alat pengajaran bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian yaitu dapat didengar, dilihat dan diraba. Penggunaan alat yang multimedia dan relevan dengan tujuan pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah:
-          Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Alat atau bahan yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : grafik, bagan, poster, gambar, film dan slide
-          Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids). Suara guru termasuk ke dalam media komunikasi yang utama ke dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama dan telepon
-          Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan (motorik). Penggunaan alat yang termasuk ke dalam jenis ini dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk dan memperagakan kegiatannya baik secara perseorangan ataupun kelompok. Misalnya: peragaan yang dilakukan  guru atau siswa: model, patung, toeng dan boneka yang dapat digunakan oleh anak untuk diraba dan diperagakan  
-          Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio aids). Penggunaan alat ini merupakan tingkat yang paling tinggi karena melibatkan semua indera yang kita miliki. Media yang termasuk AVA: film, televisi, radio dan slide projector
v  Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Hal ini tergantung pada ketrampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan dan untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan.
4.      KETERAMPILAN MENJELASKAN
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.Biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaru langsung. Misalnya: dalam memberikan fakta, ide maupun pendapat.
a.      Tujuan Memberikan Penjelasan
-          Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil, fakta, mdefinisi dan prinsip secara objektif dan bernalar
-          Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
-          Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kasalahpahaman mereka
-          Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah
b.      Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan dikuasai oleh guru
-          Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada siswa
-          Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi muridnya tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Oleh karena itu kemampuan mengelola tingkat pemahaman murid sangat penting dalam memberikan penjelasan
-          Tidak semua murid dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari sumber lainnya
-          Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh murid dalam belajar
c.       Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
v  Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan (materi) yang meliputi: penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang dikaitkan dengan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
v  Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-          Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, ‘aa”, “mm”, “kira-kira”, dan “biasanya”
-          Penggunaan contoh dan ilustrasi. Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari
-          Pemberian tekanan. Dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting
-          Penggunaan balikan. Guru hendaknya member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman. Keraguan atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan
  1. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Yang dimaksud dengan set induction adalah usaha atau kegiatn yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan sussana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.
    1. Tujuan Pokok Siasat Membuka Pelajaran
-          Menyiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan
-          Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar
    1. Siasat menutup pelajaran
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran dimakudkan untuk member gambaran menyeluruh tentang ap;a yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siwa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Bentuk usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah:
-          Menerangkan atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang makna esensi pokok persoalan yang baru saja diperbincangkan atau dipelajari
-          Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam pelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya
-          Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan suatu kebulatan yang berarti dalam memahami materi yang baru dipelajari
-          Memberikan tindak lanjut (follow up) berupa saran-saran serta ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali di rumah
    1. Komponen Ketrampilan Membuka dan menutup pelajaran
v  Membuka pelajaran
-          Menarik perhatian siswa dengan cara:
= gaya mengajar guru
= penggunaan alat bantu pelajaran
= pola interaksi yang bervariasi
-          Menimbulkan motivasi
= disertai kehangatan dan keantusiasan
= menimbulkan rasa ingin tahu
= mengemukakan ide yang bertentangan
= memperhatikan minat siswa
-          Memberi acuan
= mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
= menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
= mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
= mengajukan pertanyaan-pertanyaan
-          Membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa
v  Menutup Pelajaran
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran adalah:
-          Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan
-          Mengevaluasi
= mendemonstrasikan keterampilan
= mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
= mengeksplorasi pendapat siswa sendiri
= memberikan soal-soal tertulis
  1. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak setiap guru dan calon guru mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan.
    1. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
v  Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Caranya adalah:
-          Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal diskusi
-          Kemukakan masalah-masalah khusus
-          Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dan tujuan
-          Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
v  Memperluas masalah atau urunan pendapat
Tugas guru dalam memimpin diskusi adalah:
-          Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas
-          Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-ppertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
-          Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok memperoleh pengertian yang lebih jelas
v  Menganalisis pandangan siswa
Guru hendaknya mampu menganalisis alas an perbedaan dalam diskusi dengan cara:
-          Meneliti apakah alas an tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
-          Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati
v  Meningkatkan urunan siswa
Cara untuk meningkatkan urunan siswa adalah:
-          Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berfikir
-          Memberikan contoh-contoh verbal atau non verbal yang sesuai dan tepat
-          Memberikan waktu untuk berfikir
-          Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian
v  Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:
-          Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahklan pertanyaan langsung secara bijaksana
-          Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
-          Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
-          Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
v  Menutup diskusi
Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup diskusi yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-          Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa
-          Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
-          Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
  1. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.Misalnya: penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa atau penetapan norma kelompok yang produktif. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
    1. Prinsip penggunaan
-          Kehangatan dan keantusiasan
-          Tantangan
-          Bervariasi
-          Keluwesan
-          Penekanan pada hal-hal yang positif
-          Penanaman disiplin diri
    1. Komponen Keterampilan
v  Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterampilan ini berkaiatan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengenmdalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut meliputi keterampilan sebagai berikut:
-          Menunjukkan sikap tanggap. Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan dan keterlabatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa  bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1)      Memandang secara seksama
2)      Gerak mendekati
3)      Memberikan pernyataan
4)      Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa
-          Memberi perhatian. Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dengan dua cara: visual dan verbal
-          Memusatkan perhatian kelompok. Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahanklan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan.
-          Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
-          Menegur. Ababila terjadi tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau kelompok dalam kelas hendaklah guru menegurnya secara verbal
-          Memberi penguatan
= guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu yaitu dengan jalan “menangkap” siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar dan kemudian menegurnya
= guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar supaya dapat menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu
v  Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respons yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah atau orang tua siswa.
Bukanlah kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat menangani setaip problema siswa di dalam kelas. Namuan pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi tersebut adalah:
-          Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha mememodifikasi tingkah laku tersebut dengan menagaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis
-          Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
= mempelancar tugas-tugas
= memelihara kegiatan-kegiatan kelompok
-          Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
  1. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK DAN PERSEORANGAN
Secara fisik bentuk pengajaran ini adalah bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru terbatas yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil. Ini berarti bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja sepanjang waktu belajar.
Hakikat pengajaran ini adalah:
1.      Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa
2.      Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing
3.      Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya
4.      Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar
Peran guru dalam pengajaran ini adalah:
1.      Organisator kegiatan belajar mengajar
2.      Sumber informasi (nara sumber) bagi siswa
3.      Motivator bagi siswa untuk belajar
4.      Penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi siswa
5.      Pembimbing kegiatan belajar siswa (konselor)
6.      Peserta kegiatan belajar
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal




















BAB VIII
PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
Pada bagian ini disajikan tentang penilaian berbasis kompetensi. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang penilaian berbasis kompetensi dan penjelasannya.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu  mendefinisikan  pengertian penilaian dan  menjelaskan pola pengukuran dalam kompetensi dengan benar.
INDIKATOR
  1. Mampu mendefinisikan pengertian penilaian  
  2. Mampu  menjelaskan pola pengukuran dalam kompetensi
  1. Pengertian
Menguji merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru  untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal, kecakapan siswa dan program pengajaran. Ujian ini dapat dilakukan awal pelajaran untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan awal siswa dan uji akhir dari proses pembelajaran yaitu untuk mendapat gambaran kecakapan, penyerapan dari suatu penyajian yang telah dilaksanakan pada akhir pelajaran.                                                                          
Oemar Hamalik (1995:159) mengemukakan bahwa penilaian (evaluasi) merupakan keseluruhan kegiatan  pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ujian yang diberikan kepada siswa bukan hanya sekedar pelengkap dari suatu proses pembelajaran akan tetapi merupakan pengukuran dari suatu proses yang harus dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung. Ujian yang diberikan kepada siswa tidak terlepas dari pengembangan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator.
Penilaian (evaluasi) yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan kecakapan dalam tingkat pengetahuan, kemahiran dalam keterampilan serta perubahan dalam sikap dalam satu unit pembelajaran atau dalam program pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru melakukan penilaian berdasarkan pada indicator yang dikembangkan dari kemampuan dasar sesuai materi pelajaran yang telah diajarkan, indikator itu adalah menggunakan kata kerja operational khusus yang setiap indicator diuji kelayakannya. Apakah indikator tersebut dapat menimbulkan 3 sampai 5 butir soal ujian. Beberapa ahli menganjurkan agar setelah isi bahan ajar dan rincian tugas selesai ditulis, guru segera membuat soal ujian yang berhubungan dengan isi pelajaran yang telah diajarkan yang kemudian soal-soal tidak melenceng dari indikator yang telah ditetapkan.
Guru harus menilai kemampuan siswa dalam 3 aspek dan tidak hanya terfokus pada kognitif saja. Moekijat (1992:69) mengemukakan teknik penilaian (evaluasi) belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai berikut:
  1. Evaluasi belajar pengetahuan dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan dan daftar pertanyaan
  2. Evaluasi belajar ketrampilan dapat dilakukan dengan ujian praktik, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri
  3. Evaluasi belajar sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program
  1. Pola Pengukuran Dalam Kompetensi
Evaluasi merupakan istilah yang umum dikenal dalam lembaga pendidikan maksudnya tidak lebih adalah merupakan alat untuk mengukur seberapa jauhnya kemampuan/kompetensi yang dimiliki oleh siswa-siswa. Pengukuran yang dikembangkan ini adalah pengukuran yang baku dan meliputi berbagai aspek yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator yang ditetapkan guru. Pengujian dalam berbasis kompetensi merupakan pola pengujian yang berkelanjutan dalam semua indiator dibuat soalnya yang kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kemampuan dasar yang dimilki masing-masing siswa atau yang belum memiliki kemampuan dasar serta melihat kendala yang dihadapi masing-masing siswa.
Pengukuran ini dapat dilakukan dalam bentuk ujian lisan, kuis, ulangan harian, pekerjaan rumah, ulangan semester dan ujian akhir. Hasil ujian yang telah didapatkan selanjutnya dianalisi untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program remedial. Apabila nanti ditemui sebagian besar siswa diatas 75% belum menguasai suatu kemampuan dasar maka dilakukan lagi proses pembelajaran sedangkan yang telah menguasai diberi tugas pengayaan untuk masing-masing siswa.
Popham (dalam Suderajat, 2004:123) mengemukakan tujh criteria yang harus dipenuhi dalam menyusun tes berbasis kompetensi yang berkualitas yaitu:
  1. Generability apakah kompetensi peserta tes (student’s performance) dalam tugas yang diberikan tersebut dapat digeneralisasikan dalam arti dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya dalam sehari-hari. Semakin mudah tugas tersebut digeneralisasikan atau semakin mudah tugas itu dibandingkan dengan tugas sehari-hari tugas tersebut semakin baik
  2. Authentic. Apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan hal yang sering dihadapinya dalam praktik kehidupan sehari-hari
  3. Multiple fact. Apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari saru kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes)
  4. Teachability. Apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas. Yang artinya tugas yang diberikan dalam penilaian kompetensi harus relevan dengan materi atau kecakapan yang diajarkan guru di kelas
  5. Fairness. Apakah tugas-tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas yang diberikan harus dipikirkan agar tidak bias untuk semua jenis kelamin, suku bangs, agama atau status social ekonomi
  6. Scorability. Apakah tugas yang diberikan natinya dapat diskor dengan akurat dan reliable. 
Evaluasi pembelajaran dalam mengimplementasikan kurikulum 2004 menurut Mulyasa (2004: 177-178) dilakukan dalam bermacam-macam bentuk diantaranya: penilaian berbasis kelas, tes kemampuan dasar, ujian berbasis sekolah, bernchmarking, penilaian program dan portofolio.
  1. Penilaian  Berbasis kelas
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan informasi dan hasil belajar peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum. Penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
a.       Pertanyaan lisan di kelas
b.      Kuis
c.       Ulangan harian
d.      Tugas individu
e.       Tugas kelompok
f.       Ulangan semester
g.      Ulangan kenaikan kelas
h.      Laporan kerja praktik/laporan praktikum
i.        Respons /Ujian praktik
j.        Ujian akhir
  1. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar adalah untuk mengetahui komoetensi dasar peserta didik terutama dalam membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu tes kemampuan ini untuk mendeteksi peserta didik yang belum memiliki kemampuan dasar dan tes ini digunakan untuk perbaikan program pembelajarn (program remedial).
  1. Ujian berbasis Sekolah 
Ujian berbasis sekolah adalah ujian yang dilakukan pada akhir jenjang sekolah atau ujian untuk mendapatkan ijazah atau sertifikasi. Ujian berbasis sekolah ini untuk mendapat gambaran secara menyeluruh kecakapan dan kinerja peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada rentang waktu tertentu.
  1. Benchmarking
Benchmarking merupakan penilaian terhadap suatu pekerjaan, proses, performance dan untuk menentukan tingkat keunggulan dan keberhasilan. Penilaian ini dilakukan pada akhir satuan pendidikan serta untuk melihat peringkat kelas bukan memberikan nilai akhir peserta didik.
  1. Penilaian Program
Penilaian program dipergunakan untuk menilai program pembelajaran di sekolah yang barkaitan terlaksana/tercapai atau tidak kurikulum dan tujuan pembelajaran. Scriven (dalam Tayibnapis, 2000: 36) membedakan evaluasi formatif dan sumatif yang dipergunakan untuk penilaian program sekolah. Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk memberi informasi yang berguna kepada pimpinan program untuk perbaikan program sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program.
  1. Penilaian Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portofolio” yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan portofolio. Penilaian portofolio juga merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Penilaian portofolio tidak saja dapat dilakukan oleh guru di sekolah akan tetapi juga dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dalam memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Borton & Collins (dalam Sumarna Surapranata, dkk, 2006: 26) objek portofolio atau evidence dibedakan menjadi empat macam diantaranya:
1.       Hasil karya peserta didik ( artifacts) yaitu hasil karya peserta didik yang dihasilkan di kelas
2.      Reproduksi (reproductions) yaitu hasil kerja peserta didik yang dikerjakan di luar kelas
3.      Pengesahan (attestations) yaitu pernyataan dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pihak lainnya tentang peserta didik
4.      Produksi (productions) yaitu hasil kerja peserta didik yang dipersiapkan khusus untuk portofolio
TUGAS KELOMPOK:
            Tulis dalam kertas manila yang telah disediakan
            Kerjakan tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
            Presentasikan tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
            Buat kesimpulan tentang penilain
           
JELASKAN PENGERTIAN PENILAIAN
JELASKAN MANFAAT PENILAIAN
JELASKAN POLA PENGUKURAN DALAM KOMPETENSI
URAIKAN PEMAHAMAN SAUDARA TENTANG PORTOFOLIO
BUATLAH CONTOH FORMAT PENILAIN
(tambahkan dan tuliskan referensi lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )










 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar