DESAIN PEMBELAJARAN
BAB I
Pendahuluan
Berbagai
terobosan yang mendasar dilakukan oleh unsur-unsur pendidikan dalam rangka membenahi dan meningkatkan mutu
pendidikan. Banyak agenda reformasi yang telah ,
sedang dan akan dilaksanakan. Beragam inovatif ikut serta memeriahkan reformasi
pendidikan. Reformasi pendidikan adalah rekontrukturisasi pendidikan yaitu
memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah,
pola pengembangan dan perencanaan serta pola pengembangan perencanaan serta
pola pengembang menajerialnya dan pemberdayaan guru dan restrukturisasi
model-model pembelajaran.
Reformasi pendidikan
tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sector kurikulum baik struktur maupun
prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti
oleh perubahan praktek pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas. Indikator pembaharuan kurikulum ditunjukkan
dengan adanya perubahan pola kegiatan pembelajaran, pemilihan media pendidikan
dan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan.
Keberhasilan
implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan
menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut. Kemampuan guru tersebut
terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan serta tugas yang dibebankan
kepadanya. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan,ketrampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas
yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berfungsinya
kurikulum terletak bagaimana pelaksanaannya di sekolah khususnya di kelas dalam
kegiatan pembelajaran yang merupakan kunci keberhasilan tersebut.
Dalam
kurikulum 2004 guru diberikan untuk mengubah, memodifikasi bahkan membuat
sendiri silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah. Guru diberikan kewenangan
secara leluasa untuk menganalisis silabus tersebut sesuai dengan karakteristik
dan kondisi sekolah dengan menjabarkannya menjadi persiapan mengajar yang siap
dijadikan pedoman pembentukan kompetensi peserta didik.
BAB I
PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN
Para ahli dalam bidang perencanaan merumuskan desain dengan definisi, Desain adalah salah satu aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan berbagai bentuk atau aktifitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri dari enam karakteristik yang saling berhubungan ; Riset (analisis) Desain (sintesis)Produksi (formasi )Distribusi (penyebaran)Utilisasi (kinerja) Eliminasi (penghentian)
Pendapat lain lebih spesifik dikemukakan oleh
Genntry (dalam Sanjaya:2008;67) bahwa Desain Pembelajaran adalah strategi atau
tehnik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk
efektifitas pencapaian tujuan. Penerapan Desain pembelajaran memerlukan dukungan
dari lembaga yang menerapkan, pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan
yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
- Pengertian Desain Pembelajaran
Terdapat pengertian desain pembelajaran (instructional disaign) yang dikemukakan
oleh beberapa ahli:
- Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memacahkan masalah enggan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bias melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran desain instruksional
dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pelajaran beserta aktivitas yang harus
dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta
perencanaan evaluasi keberhasilan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam desain
pembelajaran adalah pendekatan sistem yang meliputi analisis tentang
perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi dan analisis
evaluasi.
- Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan
kondisi yang dibawa atau dating dari dalam diri individu siswa seperti,bakat
dan minat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah
faktor yang dating dari luar individu yaitu pengaturan lingkungan dan kondisi
yang memungkinkan siswa dapat belajar.
- Shambaugh(2006) menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct structures possibilities to responsively address those needs”.Yang artinya suatu desain pembelaqjaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
- Gentry (1994) yang berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Ia juga menguraikan penerapan suatu desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari pendapat para ahli diatas maka desain
instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa
untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan
tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi
yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media
yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan.Mendesain pembelajaran harus diawali dengan
studi kebutuhan (need assessment) sebab berkenaan dengan upaya untuk memecahkan
persoalan yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa dalam mempelajari
suatu bahan atau materi pembelajaran.
Desain pembelajaran terdiri dari 4 unsur yang saling
berkaitan yaitu sebagaimana dalam gambar di bawah ini:
![]() |
metodik
![]() |
Unsur
siswa, tujuan, metode dan evaluasi adalah kerangka acuan perencanaan
pembelajaran bersistem. Guru dan Dosen harus melihat, memperhatikan,
mempertimbangkan dan memprioritaskan tentang:
- Ciri siswa, mahasiswa dan peserta didik
- Tujuan yang akan dicapai
- Metode dan kegiatan pembelajaran
- Evaluasi
Menurut Jerrold E. Kemp (1985:45-46) menganjurkan
kepada guru dan dosen dalam mendesain pembelajaran untuk memperhatikan latar
belakang siswa dari segi akademis dan sosial. Kedua latar belakang akan menjadi
pertimbangan dalam mendesain pembelajaran karena siswa sebagai subjek belajar
selanjutnya akan dapat ditentukan sasaran,metode dan tingkat evaluasi
pembelajaran yang akan dilakukan.
Latar
belakang akademis meliputi:
1.
Nilai hasil belajar setiap mata
pelajaran
2.
Tingkat pelatihan yang pernah diikuti
3.
Mata pelajaran yang pernah diikuti
4.
Indeks prestasi akademik
5.
Tingkat ketrampilan membaca, menulis dan matematika
6.
Prestasi pengembangan diri
Latar
belakang sosial meliputi:
1.
Umur menurut Pendidikan hindu dari segi umur dalam
slokantara pada sloka 22(48) dinyatakan
“sampai umur lima tahun, orang harus memperlakukan anaknya sebagai raja,
dalam usia sepuluh tahun sebagai pelayan dan setelah umur enam belas tahun
keatas harus diperlakukan sebagai kawan.
2.
Minat terhadap mata pelajaran
3.
Harapan dan cita-cita
4.
Lapangan kerja yang diinginkan
5.
Bakat istimewa
6.
Ketrampilan yang dimiliki
7.
Semangat kerja
- Rambu-rambu Desain pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai
pelengkap administrasi namun disusun sebagai bagian integral dari proses
pekerjaan professional sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dengan
demikian penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena
didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kriteria penyusunan perencanaan
pembelajaran meliputi:
- Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah efisien. Oleh karena itulah perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi perencanaan pembelajaran bukan sebagai pelengkap saja tetapi hendaknya guru harus berpedoman pada perencanaan yang telah disusunnya.
- Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Karena sumber utama perencanaan pembelajaran adalah kurikulum itu sendiri. Dari kurikulum itulah kita menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan materi atau bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa dan sebagainya. Kesesuaian eksternal adalah perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena perencanaan pembelajaran pada hakekatnya disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan bakat dan minat siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan dasar siswa harus dijadikan pertimbangan pertama dilihat dari kesesuaian eksternal.
- Kepastian adalah Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah kita akan terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak terduga.
- Adaptabilitas : Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Misalnya: perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala memiliki syarat-syarat tertentu, manakala syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran demikian adalah perencanaan yang kaku karena memerlukan persyaratan khusus. Sebaiknya perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya.
- Kesederhanaan : Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Sebaliknya perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran.
- Prediktif: Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya…”. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.
C. Kinerja guru
dalam desain pembelajaran
Guru atau dosen adalah sebagai desainer dalam
pembelajaran. Desainer (perancang) pembelajaran adalah
orang-orang yang terlibat dalam perencanaan, pengembangan, penerapan dan evaluasi
pengajaran. Mereka tersebut adalah:
- Perancang Pengajaran yaitu orang yang bertanggung dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas perencanaan berkemampuan dalam semua segi proses dan perencanaan pengajaran.
- Pengajar yaitu orang (anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil dan juga ikut dalam perencanaan pengajaran, mengenal siswa dengan baik, menguasai cara pengajaran dan persyaratan program pengajaran dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua rincian dari hampir semua unsur perencanaan dan bertanggung jawab dalam mengujicobakan dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan.
- Ahli mata pelajaran yaitu orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek pokok bahasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengajaran, bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi dalam semua kegiatan, bahan dan ujian.
- Penilai yaitu orang yang berkualifikasi untuk mengembangkan instrument pengujian untuk uji awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa dan mahasiswa (Uji akhir), bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program dan untuk menentukan keefektifan dan keefisenannya ketika dilaksanakan secara lengkap. (Jerrold E. kemp, 1985:17-18).
D.
Pentingnya perencanaan dan desain
pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lessons Plans) berbeda dengan Desain Pembelajaran (Instructional Design) namun keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Dengan
demikian perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah ke
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan perencanaan dapat berupa
perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegitan mingguan bahkan rancangan untuk
untuk kegitan tahuan sesuai dengn tujun kurikukum yang hendak dicapai. Dengan
demikian isinya bisa terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur
kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran, waktu yang diperlukan sampai pada
bentuk evaluasi yang akan digunakan.
Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan
desain pembelajaran keduanya memiliki posisi yang yang berbeda. Perencanaan
lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum
sekolah. Sedangkan desain menekankan pada proses perancang program pembelajaran
untuk membantu poses belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Zook (2001) bahwa
desain instruksional adalah a systematic
thinking process to help learners learn. Dengan demikian pertimbangan dalam
menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum
yang berlaku di suatu lembaga. Sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan suatu desain pembelajaran
adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang
akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran. Artinya ketika kita akan
menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran maka kita perlu
bertanya terlebih dahulu bagaimana desain kurikulum yang ada di lembaga
pendidikan sedangkan kalau kita akan menyusun dan mengembangkan sebuah desain pembelajaran kita perlu
bertanya bagaimana agar siswa dapat mempelajari suatu bahan pelajaran dengan
mudah.
E. Manfaat Desain Pembelajaran PAH dan Fungsi perencanaan dan desain Pembelajaran
- Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
- Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan.
- Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar.
- Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
- Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Unsur
desain pembelajaran meliputi:
1.
Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan
pencapaiannya, kendala dan prioritas yang harus diketahui
2.
Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk
dilaksanakan berdasarkan tujuan umum yang akan dicapai
3.
Mengenali ciri siswa
4.
Menentukan isi pelajaran dan unsur tugas
berdasarkan tujuan
5.
Menentukan tujuan belajar yang akan
dicapai beserta tugas
6.
Desain kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan (pengembangan silabus)
7.
Memilihkan media yang akan dipergunakan
8.
Memilihkan pelayanan penunjang yang
diperlukan
9.
Memilihkan evaluasi hasil beajar siswa
10. Memilih
uji awal kepada siswa
1.
Fungsi
Perencanaan, pembelajaran mempunyai
fungsi diantaranya:
a.
Fungsi Kreatif Pembelajaran dengan
menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang
dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang
terjadi. Dengan umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b.
Fungsi Inovatif : Suatu inovasi akan
muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.Kesenjangan itu hanya mungkin bisa ditangkap manakala kita memahami
proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis
itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh.Dalam kaitan inilah
perencanaan memiliki fungsi inovasi.
c.
Fungsi Selektif:Adakalanya untuk
mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran kita dihadapkan kepada berbagai
pilihan strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi strategi
mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi
selektif berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai
dengan tujuan pembelajaran.Melalui proses perencanaan guru dapat menentukan
materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai.
d.
Fungsi Komunikatif: Suatu perencanaan yang
memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat baik kepada
guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak eksternal seperti kepada
orang tua dan masyarakat.
e.
Fungsi Predikdif : Perencanaan yang
disusun secara benar dan akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi
setelah dilakukan suatu treatment
sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya perencanaan
dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi dan dapat
menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f.
Fungsi Akurasi :Sering terjadi guru
merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka merasa waktu yang tersedia
tidak sesuai dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari siswa. Akibatnya
proses pembelajaran berjalan tidak normal sebab kriteria keberhasilan diukur
dari sejumlah materi pelajaran yang telah disampaikan pada siswa tidak peduli
materi itu dipahami atau tidak. Tapi dengan perencanaan yang matang dapat
dihindari hal tersebut. Melalui proses perencanaan guru dapat menakar setiap
waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu dengan
menghitung jam pelajaran yang efektif melalui program perencaaan.
g.
Fungsi Pencapaian
kontrol : Mengajar
bukanlah sekedar menyampaikan materi akan tetapi
membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan hanya berkembang dalam aspek
intelektual saja akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan
demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil
belajar dan sisi proses belajar.Melalui perencanaan itulah kedua sisi
pembelajaran dapat dilaksanakan secara seimbang.
h.
Fungsi Kontrol: Mengontrol keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu
proses pembelajaran teretntu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh
mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan materi mana yang sudah
atau belum dipahami oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai
kontrol yang dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program
pembelajaran selanjutnya.
F. Pendidikan Agama
Hindu dalam merancang desain pembelajaran
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan
umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama
amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui
pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual
tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan
ajaran agama Hindu.
Kurikulum
Pendidikan Agama Hindu yang berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar
mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi
secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
kerangka acuan dalam mengembangkan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu sesuai
dengan kebutuhan daerah atau pun sekolah.
Pendidikan agama adalah merupakan usaha untuk memperkuat
srada dan bhakti terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan
dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional. Pendidikan Agama
Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan
potensi spiritual sesuai dengan ajaran agama Hindu. Pendapat lain tentang Pendidikan agama
Hindu mempuyai
pengertian sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama hindu melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujutkan persatuan nasional.
1). Desain Pembelajaran pendidikan agama Hindu
Rencana pembelajaran yang baik
menurut Gagne dan Griggs (1974) hendaknya mengadung tiga komponen yang di sebut dengan
anchor point.
- Tujuan pengajaran
- Materi pengajaran/ bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar
- Evaluasi keberhasilan
Hal ini sesuai dengan pendapat
Kenneth D Moore; bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi bebrapa
komponen di antaranya adalah sebagai berikut:
- Topik bahasan
- Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi )
- Materi pelajaran
- Kegiatan pembelajaran
- Alat atau media yang dibutuhkan
- Evaluasi hasil belajar
Dari beberapa pandangan tersebut
diatas maka Desain Pembelajaran PAH
(Pendidikan Agama Hindu) adalah:
- Menentukan tujuan pengajaran pendidikan Hindu, adapun tujuan secara umum, pendidikan agama Hindu adalah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Hindu, sehingga menjadi manusia Hindu yang memiliki srada bhakti serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut juga perlu adanya suatu materi pengajaran tertentu .
- Menentukan materi pengajaran/ bahan ajar, bahan ajar atau materi pengajaran di dalam pendidikan agama Hindu adalah terdiri dari Dasar-dasar Agama Hindu, Weda, Darsana,Acara agama Hindu, Kepemimpinan Hindu, Teologi Hindu/Tatwa, tata Susila Sossiologi Hindu, Upanisad, Wariga, Upakara yadnya, Sejarah Agama atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
- Menentukan pendekatan dan metode mengajar dan strategi yang akan digunakan agar bisa menyesuaikan dengan keadaan peserta ajar., di dalam pendidikan agama Islam metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi.
- Media pengajaran dan pengalaman belajar ini di lakukan untuk mempermudah peserta ajar/murid untuk menerima pelajaran. Dalam hal ini bisa menngunakan media bacaaan, tape recorder.
- Evaluasi keberhasilan, hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah di berikan oleh pengajar pendidikan agama Hindu.
2). Manfaat Desain Pembelajaran PAH
- Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
- Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan.
- Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar.
- Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
- Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
3). Model Desain Pembelajaran PAH
a. Model ROPES. (
Review, Overview, Presentation, Exsercise, Summary) dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
- Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar denganmelihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite unuk memahami bahan yang disampaikan hari itu. Dalah hal ini diperlukan guru harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Dan jika guru mengetahui siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami terlebih dahulu.
- Overview, sebagai mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama yaitu berkisar antara 2 sampai 5 menit, guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategis yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pandangannya sehingga siswa merasasenang dan merasa dihargai keberadaannya.
- Presentation, tahap ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena disini guru sudah tidak memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling shoing dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan.
- Exsercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.
- Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami dalam proses pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat Summary ( kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan.
b. Model satuan
pelajaran adalah merupakan istilah yang dikenal sekarang dengan
rencana mengajar atau persiapan mengajar. Secra sistematis rencana pembelajaran
dalam bentuk satuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1). Identitas mata pelajaran.
2). Kompetensi dasar atau
indikator yang hendak dicapai.
3). Materi pokok.
4). Media yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
5). Strategi pembelajaran atau
tahapa-tahapan proses belajar-mengajar yaitu mengenai kegitan-kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan siswa dalam berintraksi. Dengan materi pembelajaran dan
sumber belajar untuk menguasai kompetensi.
4). Metode Pembelajaran yang baik
Dalam proses belajar
mengajar adalah merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta
didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yaang telah di rencanakan
dan ditetapkan. Ada beberapa pendekatan yang di gunakan dalam pembelajaran agama yang di gunakan sebagai metode
untuk penyampaian pembelajaran diantaranya adalah :
1)
Metode ceramah adalah merupakan metode
penyampaian materi ilmu pengetahuan kepada anak didik yang melalu proses
penyampaian secara lesan.
2)
Metode tanya Jawab adalah merupakan suatu metode mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik atau sebaliknya. Metode ini dimaksudkan untuk
merangsang, berpikir, dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.
3)
Metode tulisan Adalah merupakan metode
mendidik dengan menggunakan huruf simbol-simbol yang berbentuk tulisan, hal ini
merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui
segala sesuatu yang sebelumnya tidak di ketahui.
4)
Metode diskusi Adalah merupakan salah satu
cara mendidik yang berupaya memecahkan masyalah yang di hadapi, baik dilakukan
oleh dua orang atau lebih yang msing-msing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya.
5)
Metode Pemecahan masalah (Problem solving)
adalah merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik
untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang sesuatu masalah untuk
selanjutnya menganalisa masalah tersebut sebgai usaha untuk memcahkan masalah.
6)
Metode kisah yaitu merupakasn salah satu
metode pembelajaran yang digunakan dengan cara memberi cerita atau dongeng para
tokoh-tokoh yang disesuai dengan tujuan perencanaan pembelajaran yang
diinginkan, sehingga dapat menggugah hati nurani dan berusaha melakukan hal-hal
yang baik.
7)
Metode perumpamaan. Adalah merupakan metode yang
digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu.
8)
Metode pemahanan dan penalaran adalah merupakan metode
pembelajaran yang dilakukan dengan membangkitkan akal kemampuan berpikir anak
secara logis hal ini dilakukan untuk dapat membimbing anak didik untuk memahami
problematikan yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar.
9)
Metode perintah dan berbuat baik dan
saling menasehati.
Dengan metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling
menasehati agar berlaku benar dan memakan makanan yang halal dan diperintahkan
untuk saling menasehati agar meninggalkan yang salah atay yang jelek dan
sejenisnya.
10)
Metode Suri Tauladan. Adalah merupakan suatu metode
yang terbaik dari beberapa metode yang ada karena dengan suri tauladan anak
akan mudah meniru sehingga akhirnya akan dengan mudah pula untuk termotivasi
metode ini sangat bermanfaat sekaili terutama jika dia berikan pembentukan
sikap dan sifat anak didik.
EVALUASI
1.
Jelaskan Pengertian Desain
Pembelajaran ?
2.
Jelaskan Rambu rambu desain
Pembelajaran ?
3.
Bagaimana Kinerja guru dalam
mendesain pembelajaran ?
4.
Jelaskan pentingnya Mendesain
pembelajaran ?
5.
Jelaskan fungsi desain
pembelajaran ?
BAB
II
PERENCANAAN
PROGRAM PEMBELAJARAN
Pada
bagian ini disajikan tentang Perencanaan Pembelajaran. Bab ini difokuskan pada
pemahaman tentang hakikat perencanaan dan tahapan pengembangan program
pembelajaran.
KOMPETENSI
DASAR
Mahasiswa
mampu menjelaskan hakikat perencanaan
dan menguraikan tahapan pengembangan program pembelajaran.
INDIKATOR
1.
Mampu
Menjelaskan pengertian perencanaan
pembelajaran
2.
Mampu memahami dan menjelaskan pentingnya
perencanaan Pembelajaran
3.
Mampu menguraikan manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran
4.
Mampu menguraikan
langkah–langkah penyusunan perencanaan pembelajaran
5.
Memahami Hakekat perencanaan
6.
Mampu menyusun
rencana pengembangan program perencanaan.
A. PENGERTIAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
1.
PERENCANAAN
Pembelajaran
berasal dari dua kata, perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari
kata rencana yaitu pengambilan
keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan
dicapai melalui analisis kebutuhan yang kemudian menetapkan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
ELY (1979) mengatakan
bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah suatu proses dancara berfikir yang
dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.Kaufman (1972) perencanaan itu
adalah sebagai suatu proses untuk menetapkan “kemana harus pergi”dan bagaimana untuk untuk sampai ke suatu “tempat” itu dengan cara yang paling
efektif dan efisien.Menetapkan “ke mana
harus pergi” mengandung pengertian merumuskan
tujuan dan sasaran yang akan dituju sedangkan merumuskan “bagaimana agar
sampai ke tempat itu”yang berarti menyusun
langkah-langkah yang dianggap efektif dalam rangka pencapaian tujuan. Terry
(1993) mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah penetapan
pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Dari pendapat diatas
maka setiap setiap perencanaan memiliki
4 unsur sebagai berikut:
1. Adanya tujuan yang
harus dicapai
Tujuan merupakan arah yang harus dicapai agar
perencanaan dapat disusun dengan baik
maka tujuan perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran yang jelas dan terukur.
2. Adanya strategi untuk
mencapai tujuan
Strategi
berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana
seperti keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah waktu yang diperlukan
untuk mencapai tujuan , pembagian tugas dan wewenang setiap orang yang
terlibat,langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang terlibat
dan penetapan kriteria keberhasilan
3. Sumber daya yang dapat
mendukung
Penetapan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang didalamnya meliputi penetapan sarana dan prasarana yang
diperlukan, anggaran biaya dan sumber daya lainnya
4. Implementasi setiap
keputusan
Implementasi
adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya dan implementasi
merupakan unsur penting dalam proses perencanaan yang gunanya untuk menilai
efektifitas perencanaan yang dapat dilihat dari implementasinya.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli tersebut diatas maka dapat dikemukakan bahwa:
1.
Perencanaan bukan
harapan yang ada dalam angan-angan yang bersifat khayalan dan tersimpan dalam
benak seseorang akan tetapi harapan dan angan-angan serta bagaimana
langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapainya dideskripsikan secara
jelas dalam suatu dokumen tertulis sehingga dokumen itu dapat dijadikan pedoman
oleh setiap orang yang memerlukannya.
2.
Perencanaan merupakan
hasil proses berfikir yang mendalam
hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai alternatif
yang dianggap lebih memiliki nilai efektifitas dan efisiensi.
3.
Perencanaan adalah awal
dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.
2. PEMBELAJARAN
Pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan
segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari diri dalam
siswa itu sendiri (minat,bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya
belajar) maupun potensi yang ada di luar diri siswa (lingkungan,sarana dan
sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu). Sebagai
suatu proses kerjasama pembelajaran tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan
guru dan kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama
berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.Dengan demikian
kesadaran dan kepahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tak bisa ditawar sehingga
dalam prosesnya guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.
Sering terjadi dalam
suatu pristiwa mengajar dan belajar antara guru dan siswa tidak berhu8bungan.
Guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas sementara di bangku siswa
asyik dengan kegiatannya sendiri, melamun, mengobrol bahkan mengantuk. Siswa
tidak peduli apa yang dikatakan oleh guru dan guru juga tidak ambil pusing
dengan apa yang dikerjakan oleh siswa. Bagi guru materi sudah disampaikan tidak
perduli dipahami atau tidak. Dalam pristiwa ini tidak terjadi proses pembelajaran
karena dua komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak terjadi kerjasama.
Pembelajaran terjemahan
dari “instruction”
yang banyak dipakai di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
aliran Psikologi Kognitif-holistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari
kegiatan.Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat
berbagai macam media seperti: bahan-bahan cetak, program televise, gambar,
audio dan sebagainya sehingga semua mendorong terjadinya perubahan peranan guru
dalam mengelola proses belajar mengajar dari guru sebagai sumber belajar
menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.
Tujuan pembelajarn pada
hakekatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku kognitif(
intelektual),afektif( sikap siswa terhadap bahan dan proses pembelajaran maupun
sikap yang sesuai dengan norma-norma masyarakat) dan psikomotorik (Ketrampilan baik kemampuan motorik
kasar/ketramnpilan menggunakan otot dengan menggunakan alat tertentu dan
kemampuan motorik halus/ketrampilan memecahkan persoalan dengan otak.
Jadi perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional
tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu yaitu perubahan perilaku serta
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan
tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Dari konsep diatas maka
jelas perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Perencanaan
pembelajaran merupakan hasil dari proses berfikir yang artinya suatu
perencanaan pembelajaran disusun tidak asal-asalan akan tetapi disusun dengan
mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh, di samping dengan
mempertimbangkan segala sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung terhadap
keberhasilan proses pembelajaran
2.
Perencanaan
pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai yang mana fokusnya adalah ketercapaian tujuan
3.
Perencanaan
pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dimana perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman dalam
mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
B. PENTINGNYA PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
Seorang arsitek yang
profesional sebelum ia membangun sebuah gedung terlebih dahulu ia akan
merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur dan kodisi tanah,
selanjutnya ia akan menentukan berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya
yang diperlukan termasuk mentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.
Bagi seorang
professional merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab profesinya
merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Deshimer (1990) mengemukakan ada dua alasan perlunya perencanaan: pertama hakikat manusia yang memiliki kemampuan dan pilihan untuk
berkreasi dengan pandangannya.Jadi seorang profesional dapat menentukan waktu
dan cara bertindak yang dianggap sesuai. Kedua
setiap manusia hidup dalam kelompok yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnnya sehingga selamanya membutuhkan koordinasi dalam melaksanakan berbagai
aktivitas.
Kalau kita percaya
bahwa guru merupakan pekerjaan profesional tentu saja setiap guru yang akan
melaksanakan pekerjaannnya perlu
melakukan perencanaan karena:
1. Pembelajaran adalah
proses yang bertujuan
Sesederhana apa pun proses
pembelajaran yang dibangun oleh guru proses tersebut diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan. Guru yang
melaksanakan ceramah maupun Tanya jawab tentu diarahkan untuk mencapai tujuan.
Semakinm kompleks tujuan yang harus dicapai maka semakin kompleks pula
perencanaan yang harus disusun oleh guru.
2. Pembelajaran adalah
proses kerja sama
Proses
pembelajaran selalu melibatkan guru dan siswa tidak mungkin guru itu akan berjalan
sendiri tanpa adanya keterlibatan siswa. Siswa tanpa guru dalam proses
pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif apalagi untuk siswa yang masih memerlukan bimbingan
sepenuhnya. Dengan demikian daam proses pembelajaran guru dan siswa perlu
bekerjasama secara harmonis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal dan maksimal.
3. Proses pembelajaran
adalah proses yang kompleks
Pembelajaran
bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan
perilaku siswa. Siswa adalah organisme yang unik dan sedang berkembang yang
memiliki bakat, minat serta gaya belajar yang berbeda. Maka proses pembelajaran
itu adalah proses yang kompleks yang harus memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
4. Proses pembelajaran
akan efektif manakala memanfaatkan berbagaisarana dan prasarana yang tersedia
termasuk sumber belajar.
Salah
satu kelemahan guru sekarang ini
dalam pengelolaan pembelajaran adalah kurangnya pemanfaatan sarana dan
prasarana yang tersedia. Dibandingkan dengan profesi lain guru termasuk profesi
yang sangat lambat dalam memanfaatkan berbagai hasil-hasil teknologi. Banyak
sekali jenis-jenis hasil teknologi yang dapat digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran seperti: OHP dan LCD dengan bantuan program
komputer.Diharapkan untuk memberikan sumber belajar yaqng beragam dan mutakhir
guru hendaknya dapat memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat untuk
keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
C. MANFAAT DAN FUNGSI
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
2. Manfaat Perencanaan
Untuk mencapai hasil
yang optimal ketika kita mulai menyusun perencanaan kita akan mengambil
keputusan alternatif mana yang terbaik agar proses pencapaian tujuan berjalan
secara efektif. Manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses
pembelajaran adalah:
a.
Melalui
proses perencanaan yang matang maka kita akan terhindar dari keberhasilan
yang bersifat untung-untungan.
Yang
artinya dengan perencanaan yang matang dan akurat kita akan mampu memprediksi
seberapa besar keberhasilan yang akan dapat kita capai.Sebab perencanaan
disusun untuk memperoleh keberhasilan dengan demikian kemungkinan-kemungkinan
kegagalan dapat diantisipasi oleh setiap guru. Kita bisa membayangkan apa yang
akan terjadi manakala guru dalam proses pembelajaran tidak memahami dengan
jelas tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa, strategi apa yang harus
dilakukan, media dan sumber belajar apa yang harus digunakan yang tentu saja
dalam proses pembelajaran akan berlangsung dengan apa adanya dan hasilnya pun
tentu saja tidak akan optimal dibandingkan dengan guru yang pengelolaan
pembelajarannya direncanakan dengan matang.
b.
Sebagai
alat untuk memecahkan masalah.
Seorang
perencana yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi
oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Kita harus sadar bahwa
proses pembelajaran adalah proses yang kompleks dan sangat situasional,
Berbagai kemungkinan bias terjadi. Untuk itulah dengan perencanaan yan g matang
guru akan dengan mudah mengantisipasinya sebab berbagai kemungkinan sudah
diantisipasi sebelumnya.
c.
Untuk
memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak sekali
sumber-sumber belajar mengandung berbagai informasi.Disini siswa akan
dihadapkan pada kesulitan memilih sumber belajar yang cocok dengan tujuan
pembelajaran. Melalui perencanaan yang matang guru dapat menentukan
sumber-sumber belajar yang mana saja dianggap tepat untuk mempelajari suatu
bahan pelajaran.
d.
Perencanaan
akan dapat membuat pmbelajaran berlangsung secara sistematis.
Yang
artinya proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya akan tetapi akan
berlangsung secara terarah dan terorganisisr. Sebab melalui perencanaan yang
matang guru akan bekerja setahap demi setahap untuk menuju perubahan yang
diinginkan sesuai dengan tujuan.
D. LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
Berdasarkan
komponen-komponen dalam system pembelajaran kita dapat menentukan
langkah-langkah dalam penyususnan perncanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Merumuskan Tujuan
Khusus
Dalam
merancang pembelajaran tugas pertama guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran
khusus beserta materi pelajarannya. Sebab tujuan yang bersifat umum dirumuskan
oleh para pengembang kurikulum. Tugas guru adalah menerjemahkan tujuan umum
pembelajaran menjadi tujuan yang spesifik.Tujuan yang spesifik itu dirumuskan
sebagai indikator hasil belajar. Fungsi
rumusan pembelajaran khusus adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan
pembelajaran umum. Dengan demikian maka pencapaian tujuan-tujuan khusus dalam
proses pembelajaranmerupakan indikator pencapaian
Tujuan pembelajaran harus mencakup 3 aspek
yang dikemukakan oleh Bloom (1996) yaitu:
a.
Domain kognitif
Domain kognitif adalah tujuan
pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan aspek intelektual siswa melalui
penguasaan pengetahuan dan informasi seperti penguasaan mengenai data dan
fakta, konsep, generalisasi dan prinsip merupakan materi pelajaran yang akan
membantu bahkan merupakan hal yang penting untuk proses pembelajaran.Semakin
kuat seseorang dalam menguasai pengetahuan dan informasi maka semakin mudah
orang tersebut dalam melaksanakan aktivitas belajar.
b.
Domain afektif/sikap
dan apresiasi
Domain sikap (afektif) adalah
domain yang berhubungan dengan penerimaan dan apresiasi seseorang terhadap
suatu hal. Domain afektif bersentuhan dengan aspek psikologios yang sulit untuk
didefinisikan pada bentuk tingkah laku yang dapat diukur (spesifik). Hal ini
disebabkan aspek sikap dan apresiasi berhubungan dengan perkembangan mental
yang ada dalam diri seseorang sehingga yang muncul dalam aspek prilaku belum
tentu menggambarkan sikap seseorang.
c.
Domain keterampilan dan penampilan
Domain keterampilan adalah domain
yang menggambarkan kemampuan atau ketrampilan (skill) seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau performance. Keterampilan merupakan
tujuan pembelajaran khusus yang berhubungan dengan kemampuan motorik (domain
psikomotorik), Keterampilan
bisa berupa keterampilan
fisik (keterampilan seseorang
untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan otot) dan ketrampilan non fsik (keterampilan seseorang
dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan
persoalan).
2. Pengalaman Belajar
Langkah
yang kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memilih pengalaman belajar
yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya
sekedar mencatat dan menghapal akan tetapi proses pengalaman. Oleh sebab itu
siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan kegiatan tertentu. Walaupun tujuan pembelajaran hanya sebatas memahami
data atau fakta akan tetapi sebaiknya hal itu tidak cukup hanya diberikan oleh
guru saja akan tetapi siswa didorong uintuk mencari dan menemulkn sendiri fakta
tersebut dengan wawancara, observasi dan sebagainya atau dengan simulasi atau
dramatisasi yang bertujuan menghayati suatu peran tertentu bukan hanya sekedar
mengingat. Juga melaui gambaratau foto kita dapat melatih siswa untuk
mengambangkan imajinasi yang dapat merangsang perkembangan mental dan kecerdasan
siswa.Kita juga dapat memfasilitasi untuk belajar secara kelompok untuk
memberikan pengalaman pada siswa agar mampu bersosialisasi atau mampu
berhubungan sosial dengan orang lain.
3.
Kegiatan
Belajar Mengajar
Langkah
ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan system adalah
menentukan kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang
sesuai pada dasarnya kita da[pat merancang melalui pendekatan kelompok (
pembelajaran yang dirancang dengan mewnggunakan pendekatan klasikal yaitu
pembelajaran dimana setiap siswa belajar secara kelompok baik kelompok besar n
ataupun kelompok kecil) dan pendekatan individual (pembelajaran dimana siswa
belajar secara mandiri melalui bahan belajar yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing.Ketiga
jenis tujuan pembelajaran seperti tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik
pada dasarnya dapat menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal, pembelajaran
melalui kelompok atau pembelajaran secara individual. Hal ini sangat tergantung
pada tujuan khusus yang ingin dicapai.
4.
Orang-Orang
Yang Terlibat
Perencanaan
pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam menentukan
orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran seperti instrukutur atau
guru juga tenaga professional. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah
sebagai pengelola pembelajaran. Dalam pelaksanaan peran tersebut diantaranya
guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Agar dapat melaksanakan fungsi dan
dan tugasnya guru harus memiliki kemampuan untuk berbicara serta berkomunikasi
dengan menggunakan media seperti: OHP, LCD, papan tulis dan sebagainya. Peran
lain sebagai guru adalah mengatur lingkungan belajar untuk memnberikan
pengalaman belajar yang memadai bagi setiap siswa. Di samping itu guru dituntut
untuk dapat mendesain dan mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar dengan
penuh semangat dengan gaya belajarnya masing-masing.
5.
Bahan
dan Alat
Penyeleksian
bahan dan alat juga merupakan bagian dari fungsi sistem perencanaan
pembelajaran. Penentuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Keberagaman kemampuan
intelektual siswa
b.
Jumlah dan keberagaman
tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa
c.
Tipe-tipe media yang
diproduksi dan digunakan secara khusus
d.
Berbagai alternatif
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e.
Bahan dan alat yang
dapat dimanfaatkan
f.
Fasilitas fisik yang
tersedia
6.
Fasilitas
fisik
Fasilitas
fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Fasilitas fisik meliputi: ruangan kelas, pusat media, laboratorium/ruangan
untuk kelas yang berukuran besar. Guru dan siswa akan dapat bekerja sama
menggunakan bahan pelajaran, memanfaatkan alat dan berdiskusi.
7. Perencanaan Evaluasi
dan Pengembangan
Melalui
evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil
belajar siswa akan memberikan informasi tentang:
a.
Kelemahan dalam
perencanaan pembelajaran yaitu mengenai isi pelajaran, prosedur pembelajaran
dan bahan-bahan pelajaran yang digunakan
b.
Kekeliruan mendiagnosis
siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar
c.
Kelengkapan tujuan
pembelajaran khusus
d.
Kelemahan-kelemahan
instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa mencapai tujuan
pembelajaran
E. HAKIKAT PERENCANAAN
Perencanaan
pembelajaran merupakan proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi
program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Sebab kurikulum yang disusun oleh
para pengembang pada dasarnya hanya berupa rambu-rambu secara umum. Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalamnya berisi tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi setiap mata pelajaran yang terdiri atas
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai. Selanjutnya cara
untuk mencapai kompetensi dasar, strategi apa yang harus dilakukan, media apa
yang dapat dimanfaatkan, berapa jam alokasi untuk mencapai setiap kompetensi
termasuk bagaimana cara mengukurnya semuanya diserahkan kepada guru. Dengan
demikian kurikulum sebagai alat pendidikan tidak hanya sebagai dokumen yang
siap pakai akan tetapi bagaimana dokumen tersebut dikembangkan pada program
perencanaan dan diimplementasikan dalam kegiatan yang lebih praktis oleh guru.
Menurut
Yinger memandang empat bentuk perencanaan yang masing-masing membentuk sebuah
siklus (cycles) yaitu perencanaan
tahunan (school year), perencanaan
term (term/grading cycle),
perencanaan unit (unit plan development)
dan perencanaan harian (daily lessons).
Selanjutnya
keempat siklus perencanaan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Siklus
pertama adalah program tahunan (school year). Program tahunan merupakan
acuan dalam menyusun program-program selanjutnya seperti program semesteran dan
program mingguan bahkan program harian. Pada program tahunan disusun waktu
pembelajaran efektif, hari-hari libur termasuk perencanaan unit-unit materi dan
buku-buku pelajaran. Siklus kedua grading
cycle. Pada siklus ini ditentukan set pelajaran beserta aktivitas siswa
sebagai tujuan terminal atau tujuan antara. Siklus ketiga adalah pengembangan perencanaan unit pelajaran.
Perencanaan unit pelajaran didasarkan kepada tujuan umum yang harus ditempuh
seperti yang dirumuskan dalam program tahunan. Banyaknya unit pelajaran yang
dibutuhkan sangat tergantung kepada organisasi kegiatan pembelajaran dalam
upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Siklus keempat adalah perencanaan untuk kegiatan harian. Pada perencanaan
kegiatan harian belajar beserta tujuan pembelajaran disusun secara spesifik
sehingga keberhasilan pembelajaran dapat dilihat seketika.
F. PENGEMBANGAN PROGRAM PERENCANAAN
Ada
beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan
kurikulum yaitu program menyusun alokasi waktu, program tahunan, program
semesteran, silabus dan program harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
1. Menentukan Alokasi
waktu dan Kalender Akademis
Menetapkan
alokasi waktu merupakan langkah pertama dalam menerjemahkan kurikulum.
Menentukan alakasi waktu pada dasarnya adalah menentukan minggu efektif dan
hari efektif dalam setiap semester pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi
waktu berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran daam satu tahun ajaran. Hal ini
diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
minimal yang harus dicapai sesuai dengan rumusan Standar Isi yang ditetapkan.
Langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam menentukan alokasi waktu pembelajaran dijelaskan di
bawah ini:
a.
Tentukan pada bulan apa
kegiatan belajar dimulai dan bulan apa berakhir pada semester pertama dan kedua
b.
Tentukan jumlah minggu
efektif pada setiap bulan setelah diambil minggu-minggu ujian dan hari libur.
c.
Tentukan hari belajar
efektif dalam setiap minggu. Misalnya: bagi sekolah yang menetukan belajar dimulai dari
hari senin sampai jumat berarti hari efektif adalah 5 hari kerja sedangkan
sekolah yang menen tukan hari belajar dari senin sampai sabtu berarti jumlah
hari efektif adalah 6 hari.
Berikut ini diberikan contoh
penentuan waktu belajar efektif:
berdasarkan kalender akademik ;(lampiran kalender akademik)
RINCIAN
MINGGU EFEKTIF
Sekolah :
Mata Pelajaran :Agama
Hindu
Kelas/Program :
Tahun
Ajaran : 2015/2016
Banyaknya
Minggu Efektif Semester 1
|
|||
No
|
Bulan
|
Jumlah
|
|
|
|
Minggu
|
Hari
|
1.
|
JULI
|
|
1
|
2.
|
AGUSTUS
|
4
|
4
|
3.
|
SEPTEMBER
|
4
|
4
|
4.
|
OKTOBER
|
4
|
4
|
5.
|
NOVEMBER
|
4
|
4
|
6.
|
DESEMBER
|
|
1
|
|
Jumlah
|
|
18
|
RINCIAN
MINGGU EFEKTIF
Sekolah
: …………………………
Mata Pelajaran :
Kelas/Program :
Tahun Ajaran :
Banyaknya
Minggu Efektif Semester 2
|
|||
No
|
Bulan
|
Jumlah
|
|
|
|
Minggu
|
Hari
|
1.
|
JANUARI
|
|
|
2.
|
PEBRUARI
|
|
|
3.
|
MARET
|
|
|
4.
|
APRIL
|
|
|
5.
|
MEI
|
|
|
6.
|
JUNI
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
Mengetahui
dan menyetujui
Kepala
Sekolah ……………….. Guru Mata
Pelajaran
........................................
NIP………………………………….
2.
Perencanaan
Program Tahunan
Program
tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai
tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan.
Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Sering guru mengeluh karena
materi pelajaran yang harus disampaikan tidak sesuai dengan waktu pembelajaran
yang tersedia. Artinya materi pelajaran atau jumlah kompetensi dasar yang harus
dicapai terlalu banyak tidak sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang disediakan
daam kurikulum. Akibatnya pada akhir pelajaran menjelang semesteran guru
menjadi kalang kabut sehingga guru ngebut menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa. Bagi guru Kriteria keberhasilan mengajar hanya ditentukan oleh sejauh
mana materi pelajaran telah disampaikan apakah dipahami atau tidak materi
pelajaran telah disampaikan apakah dipahami atau tidak materi itu oleh siswa
tidak menjadi masalah. Akibatnya ketika siswa gagal mnguasai materi pelajaran
dengan nilai ujian yang diperoleh rendah yang disalahkan adalah
siswa itu sendiri. Dalam program perencanaan menetapkan alakasi waktu untuk
setiap kompetensi dasar yang harus dicapai disusun dengan program tahunan.
Dengan demikian penyusunan program tahunan pada dasarnya adalah menetapkan
jumlah waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi dasar.
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program tahunan adalah:
a.
Lihat berapa jam alokasi
waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dalam
struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah
b.
Analisis berapa minggu efektif dalam
setiap semester seperti yang telah diterapkan dalam gambaran alokasi waktu
efektif. Melalui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa minggu waktu
yang tersedia untuk pelaksanaan proses pembelajaran.
Penentuan
alakasi waktu didasarkan kepada jumlah
jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan
materi yang harus dikuasai oleh siswa.
PROGRAM TAHUNAN
Sekolah :………………………….
Mata
pelajaran :
Kelas/Program :
Tahun
Ajaran : 2015/2016
No
|
No. SK/KD
|
STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR
|
ALOKASI WAKTU
|
KET
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
RENCANA
PROGRAM SEMESTER
Rencana
program semester merupakan penjabaran
dari program tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam
yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar maka dalam program semester
diarhkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar itu dilakukan. Format untuk program semesteran dapat dilihat
dibawah ini:
PROGRAM SEMESTER
Nama
Sekolah :
Mata
pelajaran :
Kelas :
Semester :
No
|
SK/KD
|
Alokasi Waktu
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari format program semesteran di atas
maka tampak jelas bahwa program ini pada dasarnya sebagai penjabaran dari
program tahunan. Cara pengisian format di atas adalah sebagai berikut:
a.
Tentukan Standar kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar(KD) yang ingin dicapai. Dalam hal ini guru tidak perlu
merumuskan SK dan KD sebab semuanya sudah ditentukan dalam
Standar Isi (SI) yaitu pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
sudah kita kenal kecuali kalau kita memang diharuskan merumuskan SK dan KD
sendiri misalnya merumuskan kurikulum Muatan Lokal(Mulok)
b.
Lihat program tahunan yang telah kit
susun untuk menentukan alokasi wktu atau jumlah jam
pelajaran setiap SK dan KD itu.
c.
Tentukan pada bulan dan minggu keberapa
proses pembelajaran KD iti akan dilaksanakan
4.
SILABUS
Silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Format
silabus sebagai suatu model dapat dilihat di bawah ini:
SILABUS
Nama
Sekolah :
Mata
pelajaran :
Kelas/Program :
Semester :
Standar
Kompetensi :
Kompetensi
Dasar
|
Kegiatan
pembelajaran
|
Materi
Pembelajaran
|
Indikator
|
penilaian
|
Alokasi
waktu/Mng
|
Sumber bahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setiap
komponen yang harus disusun dalam sebuah silabus dijelaskan sebagai berikut:
a. Menentukan Identitas Silabus
Identitas silabus terdiri dari dari nama sekolah,
mata pelajaran, kelas dan semester
Contoh:
Nama
Sekolah :
Mata
pelajaran : Agama Hindu
Kelas : XI
Semester : II (Genap)
Penentuan identitas ini berfungsi
untuk memberikan informasi kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penggunaan silabus, misalnya tentang karakteristik siswa, kemampuan awal dan
kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa.
b. Rumusan Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran
adalah deskripsi pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai setelah
siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu
pula. Pada setiap materi pelajaran standar kompetensi sudah ditentukan oleh
pengembang kurikulum yang dapat kita lihat pada Standar Isi (SI). Jika sekolah
memandang perlu mengembangkan mata pelajaran muatan lokal maka perlu dirumuskan standar kompetensinya
sesuai dengan mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut.
c. Menentukan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah
pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk
menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
Oleh karena itulah maka
kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Dengan demikian
dalam perumusan kompetensi dasar sebaiknya kita bertanya”kemampuan apa saja
yang harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai”? Dalam standar
kompetensi untuk setiap mata pelajaran rumusan standar kompetensi sudah ada
dalam standar isi. Jadi dengan demikian pengembang silabus adalah menganalisis
standar tersebut. Penetapan kompetensi dasar tidak harus selalu sesuai dengan
urutan yang ada dalam standar isi.
d. Merumuskan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah
segala aktivitas belajar siswa baik kegiatan fisik maupun kegiatan non fisik
termasuk kegiatan mental yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas
untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tertentu. Pembelajaran
di kelas meliputi: kegiatan diskusi, menyimak penjelasan guru, melakukan
demonstrasi, melakukan eksperimen di laboratorium dan sebagainya. Sedangkan
kegiatan belajar di luar kelas meliputi: melakukan observasi ke suatu objek,
mengamati kegiatan tertentu, melakukan wawancara dengan narasumber dan
sebagainya.
e. Megindentifikasi Materi Pokok/Materi
Pembelajaran
Materi pokok disusun untuk
pencapaian tujuan. Oleh karenanya materi pokok dipilih sesuai dengan kompetensi
dasar yang harus dicapai. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
menentukan materi pokok adalah:
1.
Potensi peserta didik
2.
Relevan dengan karakteristik daerah
3.
Tingkat perkembangan
fisik,intelektual,emosional,sosial dan spiritual peserta didik
4.
Kebermanfaatan bagi peserta didik
5.
Struktur keilmuan
6.
Aktualitas,kedalaman dan keluasan materi
pembelajaran
7.
Relevan dengan kebutuhan peserta didik
dan tuntutan lingkungan
8.
Sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia
f. Merumuskan indikator Pencapaian
Kompetensi
Indikator pencapaian disusun
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Dengan demikian indikator
dirumuskan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Petunjuk dalam
merumuskan indikator adalah”
1.
Indikator dirumuskan dalam bentuk
perubahan perilaku yang dapat diukur keberhasilannya
2.
Perilaku yang dapat diukur itu
berorientasi pada hasil belajar bukan pada proses belajar
3.
Sebaiknya setiap indikator hanya
mengandung satu bentuk perilaku
g. Menentukan Penilaian
Penilaian adalah suatu proses
atau serangkaian kegiatan yaitu kegiatan memperoleh, menganalisis dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didikyang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjdi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.Dengan demikian penilaian tidak hanya dilakukan
dengan tes baik lisan maupun tulisan akan tetapi bisa juga melalui nontes
sperti: melakukan wawancara dan observasi termasuk pengukuran sikap dan hasil
karya.
h. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada
setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah efektif dan alokasi waktu mata
pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan
dan kedalaman dan tingkat kesulitan
serta tingkat kepentingan kompetensi dasar.
i.
Menentukan
Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan
bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan
elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, social dan budaya. Sumber
belajar ditentukan berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi.
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pengertian dan fungsi RPP
Rencana pelaksanaaan pembelajaran
(RPP) adalah program perencanaan yang disussun sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan
berdasarkan silabus. Ada guru yang beranggapan mengajar bagi seorang guru
adalah tugas rutin atau pekerjaan
keseharian, dengan demikian guru yang berpengalaman tidak perlu membuat
perencanaan sebab ia telah tahu apa yang harus dikerjakannya di dalam
kelas.Pendapat itu mungkin ada benarnya seandainya mengajar hanya dianggap
sebagai proses menyampaikan materi pelajaran bila kita lihat dalam arti sempitnya.Tetapi
mengajar adalah proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar yang kemudian
diistilahkan dengan pembelajaran. Dengan demikian maka setiap proses
pembelajaran selamanya akan berbeda tergantung pada tujuan, materi pelajaran
serta karakteristik siswa sebagai subjek belajar. Oleh sebab itu guru perlu
merencanakan pembelajaran dengan matang sebagai bagian dari tugas
profesionalnya.
b. Komponen-komponen RPP
Pembelajaran merupakan suatu
system yang terdiri dari komponen-komponen yang satu dengan yang lain saling
berkaitan. Dengan demikian maka merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah
merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. Dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran minimal ada 5 komponen pokok yaitu:
1.
Tujuan pembelajaran
2.
Materi pelajaran
3.
Metode
4.
Media dan sumber pembelajaran
5.
Evaluasi
Hal ini seperti
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 yang menyatakan bahwa perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Semuanya akan dijelaskan dibawah
ini:
1.
Tujuan pembelajaran
Dalam Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan, tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk komponen yang
harus dicapai atau dikuasai oleh siswa. Melalui perumusan tujuan guru dapat
memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses
pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran tugas guru adalah
menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD) menjadi indicator
hasil belajar. Karena SK/KD itu sendiri telah ada dalam standar isi kecuali
seandainya guru ingin mengembangkan Muatan Lokal (mulok) sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik daerah.Indikator hasil belajar pada dasarnya adalah
pernyataan perilaku yang memiliki dua syarat utama yaitu bersifat observable dan berorientasi pada hasil
belajar.
2.
Materi/Isi
Materi/isi pelajaran berkenaan
dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa bisa berbeda antar daerah. Hal ini karena setiap
daerah memiliki karakteristik yang tidak sama.
3.
Strategi dan Metode Pembelajaran
Strategi adalah rancangan
serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan terentu. Sedangkan metode adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan demikian
strategi dan metode pembelajarn harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan yang berhubungan dengan bidang kognitif berbeda strategi dan
metodenya dengan tujuan dalam bidang afektif dan psikomotorik. Yang perlu
diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran adalah bahwa
strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk beraktivitas sesuai
dengan gaya belajarnya. PP No. 19 Tahun 2005 adalah bahwa proses pembelajaran
harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan
ruang yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
4.
Media dan Sumber Belajar
Media dalam proses pembelajaran
dapat diartikan sebagai alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatru yang mengandung
pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi materi pelajaran.
5.
Evaluasi
Evaluasi dalam KTSP diarahkan
bukan hanya sekedar untuk mengukur keberhasilan
setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar tetapi juga untuk
mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa.
Oleh sebab itu dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiap guru tidak
hanya menentukan tes sebagai lat evaluasi akan tetapi juga menggunakan non tes
dalam bentuk tugas, wawancara dan sebagainya.
Contoh Format Rencana Pembelajaran
Perencanaan
pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya adalah pengembangan dari silabus.
Dengan demikian maka apa yang telah dirumuskan dalam silabus menjadi dasar
dalam penyusunan RPP.
Format
RPP
Mata
Pelajaran
(Tuliskan
mata pelajaran yang akan dipelajari siswa)
Materi
Pokok
(Tuliskan
topic atau pokok bahasan yang harus dipelajari)
Kelas/Semester
(Tuliskan
untuk kelas berapa dan semester berapa perencanaan itu disusun)
Waktu
(Tuliskan
waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari topik pelajaran, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK/KD) dan Tuliskan SK/KD sesuai dengan Standar Isi.
I.
Indikator
Hasil Belajar
(Rumuskan
Indikator Hasil Belajar yang hendak dicapai sesuai dengan SK/KD)
II.
Materi
Pelajaran
(Tuliskan dan uraikan secara singkat tentang materi/isi pelajaran yang
harus dipelajari siswa sesuai dengan Indikator hasil belajar)
III.
Kegiatan
Pembelajaran
(Tuliskan apa yang harus dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran yaitu menguasai kompetensi/indikator hasil belajar yang diharapkan
a. Alat, Media dan Sumber Belajar
(Tuliskan alat bantu apa saja yang harus digunakan agar kompetensi dasar
dapat dicapai. Tentukan pula dari mana siswa dapat memperoleh pengalaman
belajar)
b. Evaluasi
(Tuliskan
porosedur, jenis dan bentuk evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi ketercapaian siswa menguasai indikator hasil belajar)
BAB
III
DIDAKTIK
DAN DESAIN DALAM SISTEM INSTRUKSIONAL
Pada
bagian ini disajikan tentang Pengertian didaktik dan desain dalam sistem
instruksional. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang pengertian didaktik,
didaktik dan proses belajar mengajar, manfaat didaktik, pengertian desain
pembelajaran, kriteria desain instruksional,
hubungan perencanaan dan desain pembelajaran, desainer pembelajaran
serta didaktik dan desain dalam sistem instruksional.
KOMPETENSI
DASAR
Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian didaktik, didaktik dan proses belajar mengajar,
manfaat didaktik, pengertian desain pembelajaran, kriteria desain
instruksional, hubungan perencanaan dan desain pembelajaran, desainer
pembelajaran serta didaktik dan desain dalam sistem instruksional.
INDIKATOR
1. Mampu
menjelaskan pengertian didaktik
2. Mampu
menjelaskan pengertian didaktik dan proses belajar mengajar
3. Mampu
menguraikan manfaat didaktik
4. Mampu
menjelaskan pengertian desain pembelajaran
5. Mampu
menguraikan kriteria desain instruksional
6. Mampu
menjelaskan hubungan perencanaan dan desain pembelajaran
7. Mampu
menjelaskan desainer pembelajaran
8. Mampu
menguraikan didaktik dan desain dalam sistem instruksional
C.
Pengertian
Didaktik
Istilah secara
etimologis berasal dari bahasa yunani yaitu didaskein
yang artinya mengajar. Sedangkan
pengertian didaktik dari segi terminologi memiliki arti yaitu ilmu untuk
menanamkan pengetahuan kepada siswa dan mahasiswa dengan cara yang cepat dan
tepat sehingga siswa dan mahasiswa mudah memahami dan mengetahuinya.Istilah
didaktik telah muncul pada abad ke 17 oleh seseorang yang bernama Johan Amos Comenius (1592) dan
meninggal di Amsterdam (1671). Ia
juga dijuluki didaktikus. Dilahirkan di Moravia (1592) dan meninggal di Amsterdam (1671). Comenius sangat
berjasa dalam mengembangkan ilmu mengajar di dunia pendidikan dan di kala
hidupnya ia diundang ke Inggris dan Swedia untuk membuat buku dan metode
pembelajaran di sekolah-sekolah.
Didaktik
menguraikan tentang masalah belajar dan mengajar seperti membicarakan tentang
tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dengan mempergunakan azas-azas
didaktik terutama yang berkaian dengan komunikasi pembelajaran, peran
komunikator (penyampai pesan), bahan (materi pelajaran), media (alat
pengajaran), penerima pesan (siswa dan mahasiswa) serta umpan balik (evaluasi).
Didaktik terbagi
atas didaktik umum dan didaktis khusus, Didaktik umum membicarakan garis-garis
umum atau prinsip-prinsip umum dalam proses pembelajaran. Sedangkan didaktik
khusus yang pada umumnya disebut Methodik yang merupakan bagaian dari didaktik
yang membicarakan tentang pelaksanaan cara mengajar dan cara guru menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa. Untuk lebih lengkapnya dibawah ini dapat dilihat
gambarnya:

Methodik Umum dan Methodik Khusus
dapat dibedakan pada pelaksanaan cara mengajar, cara menyajikan materi/bahan
kepada siswa dan mahasiswa yang bersifat umum dan khusus.Contoh Umum:
pelaksanaan cara mengajar untuk semua mata pelajaran dan berlaku untuk semua
sekolah. Sedangkan Khusus: pelaksanaan cara mengajar yang dikhususkan untuk
satu mata pelajaran saja seperti mata pelajaran matematika, akutansi dsb.
Methodik Umum dan Khusus pada
dasarnya membicarakan tentang desain pembelajaran, perencanaan pembelajaran,
media (alat pembelajaran), evaluasi pembelajaran dll.
Menurut
Soegarda Poerbakawatja, 1982:79-80 yaitu:
Didaktik
membicarakan:
- Tujuan pembelajaran
- Materi pembelajaran
- Metode pembelajaran (methodik)
Methodik
membicarakan:
- Aturan-aturan umum untuk mengajar (methodik umum)
- Aturan-aturan mengajar untuk tiap-tiap mata pelajaran (methodik Khusus)
Kaidah-kaidah
pokok dalam didaktik adalah:
- Motivasi
- Pengajaran
- Penyusunan pengalaman
- Kerja sendiri jasmani dan rohani
- Sesuai dengan bakat dan tingkat kemajuan
- Konsolidasi dengan memperhatikan prinsip totalitas sintesa formal dan material, masyarakat, koneksi/hubungan, syarat0syata hidup dan berangsur-angsur
- Ulangan yang mendalam
- Konsentrasi
- Didaktik dan Proses belajar Mengajar
Didaktik
diartikan ilmu proses belajar mengajar yaitu ilmu yang mengkondisikan peserta
didik untuk belajar secara kondusif dan mandiri, pembelajaran yang dilakukan
secara tradisional berbeda dengan pembelajaran modern. Pembelajaran modern
menekankan pada proses dan guru sebagai fasilitator dan peserta didik yang
lebih aktif untuk belajar. Apabila dikaitkan dengan Kurikulum KTSP sekarang
penekanannya lebih memperdayakan aktivitas siswa. Pandangan belajar tradisional mengatakan bahwa belajar adalah usaha
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Pengetahuan yang dijadikan penekanan penting yaitu bagaimanapun seseorang itu
belajar atau dimanapun seseorang belajar yang penting “berpengetahuan”. Sebab pengetahuan target utama dan merupakan modal
ungtuk hidup, oleh sebab itu siswa betul-betul belajar dan mempelajari berbagai
mata pelajaran di sekolah.Sehingga orang berpandangan bahwa buku bacaan adalah
sumber ilmu pengetahuan yang utama dab siswa diminta harus menghafal buku
bacaan yang telah dipelajarinya. Pandangan
belajar modern belajar adalah proses perubahan perilaku yang diakibatkan
oleh interaksi dengan lingkungan. Seseorang dapat saja belajar melalui
pengalaman di berbagai tempat, sarana, sumber yang memungkinkan untuk mengubah
perilakunya yang kemarin tidak tahu sekarang sudah tahu atau yang kemarin tidak
mengerti sekarang sudah mengerti karena ada interaksi dengan lingkungan.
Belajar tidak hanya menanamkan pengetahuan dalam otak (kognisi) akan tetapi mendapatkan ketrampilan (psikomotorik) dan menumbuhkan nilai dan sikap (afeksi).
Bentuk
belajar melalui pengalaman yang telah dikemukakan oleh Edgar Dale adalah
seseorang itu dapat saja belajar melalui pengalaman sebagai berikut:

Berikut ini beberapa pendapat para ahli :
1. Johan Amos Comenius (1592-1671) yang menyatakan betapa besar fungsi
pengalaman untuk mengubah perilaku manusia, pengetahuan yang didapat oleh anak
yang diperoleh dari pengalaman-pengalamannya di dalam lingkungan. Pengetahuan
itu diperoleh berdasarkan pengalaman melalui alat indria.
2.
John
Locke (1632-1704)
yang menyatakan bahwa pengalaman melalui alat dria merupakan
jalan satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan. Ia mengatakan bahwa tidak ada
bukti bahwa anak-anak dilahirkan dengan innate ideas. Karena itu dianggapnya
bahwa mind anak yang lahir merupakan tabula rasa dan hanya
pengalamanlah yang menulisi mind itu berkat kontak dengan
lingkungan.
3.
Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) yang menyatakan bahwa segala sesuatu
yang datang dari tangan Tuhan semuanya baik, akan tetapi menjadi rusak dalam
tangan manusia. Anak-anak yang datang juga
dari Tuhan harus pula dihormati dan diperlakukan ramah.
4.
Johan
Friedrich Herbart (1776-1852) yang menyatakan bahwa tujuan
pengalaman langsung hendaknya tidak semata-mata diberikan sekedar untuk
memperoleh pengalaman saja akan tetapi anak-anak harus pula diberi bimbingan
untuk mengubah pengalaman langsung itu menjadi pengetahuan.
Pengalaman
merupakan sesuatu informasi yang didapatkan melalui empiric
(penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan perabaan) yang akan menjadi
pengetahuan seseorang.Demikian juga ulama besar yang pernah dimiliki bangsa
Indonesia Prof. Hamka yang menyatakan bahwa alam yang terkembang dapat
menjadi guru. Alam merupakan lingkungan manusia tempat seseorang
mendapat pengalaman. Pengalaman dari lingkungan seperti: buku, guru,
masyarakat, binatang, tumbuhan, peristiwa dan masa yang akan merubah cakrawala
manusia.
E. Manfaat Didaktik
Oemar
Hamalik (dalam Proses Belajar Mengajar, 2003:12) menyatakan bahwa manfaat
didaktik bagi guru di sekolah-sekolah adalah sebagai berikut:
- Didaktik memberikan petunjuk tentang membuat perencanaan
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat tujuan-tujuan uang diinginkan
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan pengalaman dan pengetahuan dengan cara efektif
- Didaktik memberikan petunjuk tentang cara mempelajari sesuatu dengan berhasil
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana mengadakan penilaian secara efektif
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat suatu program yang sistematis
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang diperlukan
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyelenggarakan peragaan atau cara menggunakan audio visual aids
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara masyarakat memanfaatkan lingkungan social,ekonomi,budaya dan sebagainya
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyelenggarakan pertunjukkan budaya
- Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara berkomunikasi dalam berinteraksi dengan lingkungan
- Didaktik memberikan petunjuk tentang apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat dan orang tua guna membantu berhasilnya pekerjaan sekolah
Manfaat
didaktik tidak hanya berlaku dalam proses pembelajaran di sekolah akan tetapi
didaktik ini sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, dipergunakan
dalam komunikasi umum, massa, organisasi,interpersonal dan kelompok kecil agar
audiens dapat memahami, mendengar, mengetahui dan mengerti tentang topik yang
dibicarakan. Demikian juga dalam memberikan penyuluhan dan sosialisasi terhadap
masyarakat, berceramah, berdiskusi dan tanya jawab dilakukan secara didaktik.
Seorang manager membimbing, melatih, mengajar bawahannya agar terlatih dan
terdidik juga dengan didaktik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa didaktik
bermanfaat bagi kehidupan dan pekerjaan manusia sehari-hari.
- Pengertian Desain Pembelajaran
Terdapat
pengertian desain pembelajaran (instructional
disaign) yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
- Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memacahkan masalah enggan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bias melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam
konteks pembelajaran desain instruksional dapat diartikan sebagai proses yang
sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan
bahan-bahan pelajaran beserta aktivitas yang
harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan
serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam
desain pembelajaran adalah pendekatan sistem yang meliputi analisis tentang
perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi dan analisis
evaluasi.
- Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Faktor
internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau dating
dari dalam diri individu siswa seperti,bakat dan minat serta kesiapan setiap
individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang dating dari luar
individu yaitu pengaturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat
belajar.
- Shambaugh(2006) menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct structures possibilities to responsively address those needs”.Yang artinya suatu desain pembelaqjaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
- Gentry (1994) yang berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Ia juga menguraikan penerapan suatu desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari
pendapat para ahli diatas maka desain instruksional berkenaan dengan proses
pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi
pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau
hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk
mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang dapat dimanfaatkan serta
teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan.Mendesain pembelajaran harus diawali dengan studi kebutuhan (need
assessment) sebab berkenaan dengan upaya untuk memecahkan persoalan yang
berkaitan dengan proses pembelajaran siswa dalam mempelajari suatu bahan atau
materi pembelajaran.
Desain
pembelajaran terdiri dari 4 unsur yang saling berkaitan yaitu sebagaimana dalam
gambar di bawah ini:
![]() |
metodik
![]() |
Unsur
siswa, tujuan, metode dan evaluasi adalah kerangka acuan perencanaan
pembelajaran bersistem. Guru dan Dosen harus melihat, memperhatikan,
mempertimbangkan dan memprioritaskan tentang:
- Ciri siswa, mahasiswa dan peserta didik
- Tujuan yang akan dicapai
- Metode dan kegiatan pembelajaran
- Evaluasi
Menurut
Jerrold E. Kemp (1985:45-46) menganjurkan kepada guru dan dosen dalam mendesain
pembelajaran untuk memperhatikan latar belakang siswa dari segi akademis dan sosial.
Kedua latar belakang akan menjadi pertimbangan dalam mendesain pembelajaran
karena siswa sebagai subjek belajar selanjutnya akan dapat ditentukan
sasaran,metode dan tingkat evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan.
Latar
belakang akadademis meliputi:
- Nilai hasil belajar setiap mata pelajaran
- Tingkat pelatihan yang pernah diikuti
- Mata pelajaran yang pernah diikuti
- Indeks prestasi akademik
- Tingkat ketrampilan membaca, menulis dan matematika
- Prestasi pengembangan diri
Latar
belakang sosial meliputi:
- Umur menurut Pendidikan hindu dari segi umur dalam slokantara pada sloka 22(48) dinyatakan “sampai umur lima tahun, orang harus memperlakukan anaknya sebagai raja, dalam usia sepuluh tahun sebagai pelayan dan setelah umur enam belas tahun keatas harus diperlakukan sebagai kawan.
- Minat terhadap mata pelajaran
- Harapan dan cita-cita
- Lapangan kerja yang diinginkan
- Bakat istimewa
- Ketrampilan yang dimiliki
- Semangat kerja
- Kriteria Desain pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi namun disusun
sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional sehingga berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.Dengan demikian penyusunan
perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh
kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai.
Kriteria
penyusunan perencanaan pembelajaran meliputi:
- Signifikansi
Signifikan
dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah efisien. Oleh
karena itulah perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi perencanaan pembelajaran bukan
sebagai pelengkap saja tetapi hendaknya guru harus berpedoman pada perencanaan
yang telah disusunnya.
- Relevan
Relevan
artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah perencanaan yang kita
susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian
internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Karena sumber utama perencanaan pembelajaran adalah kurikulum itu
sendiri. Dari kurikulum itulah kita menentukan tujuan yang harus dicapai,
menentukan materi atau bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa dan
sebagainya. Kesesuaian eksternal adalah perencanaan pembelajaran yang disusun
harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena perencanaan pembelajaran pada
hakekatnya disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan bakat dan minat siswa, gaya
belajar siswa dan kemampuan dasar siswa harus dijadikan pertimbangan pertama
dilihat dari kesesuaian eksternal.
- Kepastian
Nilai
kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tidak lagi memuat
alternatif-alternatif yang bisa dipilih akan tetapi berisi langkah-langkah
pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah kita akan
terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak terduga.
- Adaptabilitas
Perencanaan
pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Misalnya:
perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala memiliki syarat-syarat
tertentu, manakala syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka perencanaan
pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran demikian adalah
perencanaan yang kaku karena memerlukan persyaratan khusus. Sebaiknya
perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai
keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan
oleh setiap orang yang akan menggunakannya.
- Kesederhanaan
Perencanaan
pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah
diimplementasikan. Sebaliknya perencanaan yang rumit dan sulit untuk
diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam
pengelolaan pembelajaran.
- Prediktif
Perencanaan
pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat artinya perencanaan
dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya…”. Daya ramal ini sangat
penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan
demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.
F. Hubungan perencanaan dan Desain
Pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran (Lessons Plans) berbeda
dengan Desain Pembelajaran (Instructional
Design) namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program
pembelajaran. Dengan demikian perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan
kurikulum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan
perencanaan dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegitan
mingguan bahkan rancangan untuk untuk kegitan tahuan sesuai dengn tujun
kurikukum yang hendak dicapai. Dengan demikian isinya bisa terdiri dari tujuan
khusus yang spesifik, prosedur kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran,
waktu yang diperlukan sampai pada bentuk evaluasi yang akan digunakan.
Walaupun
perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran keduanya memiliki
posisi yang yang berbeda. Perencanaan lebih
menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah.
Sedangkan desain menekankan pada proses perancang
program pembelajaran untuk membantu poses belajar siswa seperti yang
dikemukakan oleh Zook (2001) bahwa desain instruksional adalah a systematic thinking process to help
learners learn. Dengan demikian pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di
suatu lembaga. Sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu
desain pembelajaran adalah siswa itu
sendiri sebagai individu yang akan belajar
dan mempelajari bahan pelajaran. Artinya ketika kita akan menyusun dan
mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran maka kita perlu bertanya terlebih
dahulu bagaimana desain kurikulum yang ada di lembaga pendidikan sedangkan kalau
kita akan menyusun dan mengembangkan
sebuah desain pembelajaran kita perlu bertanya bagaimana agar siswa
dapat mempelajari suatu bahan pelajaran dengan mudah.
G. Desainer Pembelajaran
Desainer
(perancang) pembelajaran adalah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan, pengembangan,
penerapan dan evaluasi pengajaran. Mereka tersebut adalah:
- Perancang Pengajaran yaitu orang yang bertanggung dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas perencanaan berkemampuan dalam semua segi proses dan perencanaan pengajaran.
- Pengajar yaitu orang (anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil dan juga ikut dalam perencanaan pengajaran, mengenal siswa dengan baik, menguasai cara pengajaran dan persyaratan program pengajaran dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua rincian dari hampir semua unsur perencanaan dan bertanggung jawab dalam mengujicobakan dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan.
- Ahli mata pelajaran yaitu orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek pokok bahasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengajaran, bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi dalam semua kegiatan, bahan dan ujian.
- Penilai yaitu orang yang berkualifikasi untuk mengembangkan instrument pengujian untuk uji awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa dan mahasiswa (Uji akhir), bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program dan untuk menentukan keefektifan dan keefisenannya ketika dilaksanakan secara lengkap. (Jerrold E. kemp, 1985:17-18).
H. Unsur Desain pembelajaran
Unsur
desain pembelajaran meliputi:
- Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala dan prioritas yang harus diketahui
- Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan tujuan umum yang akan dicapai
- Mengenali ciri siswa
- Menentukan isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan
- Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas
- Desain kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan (pengembangan silabus)
- Memilihkan media yang akan dipergunakan
- Memilihkan pelayanan penunjang yang diperlukan
- Memilihkan evaluasi hasil beajar siswa
- Memilih uji awal kepada siswa
I. Didaktik dan Desain dalam Sistem
Instruksional
Didaktik
dan desain merupakan sub-sub sistem dalam instruksional. Kedua sub ini memegang
peranan masing-masing dalam pembelajaran. Guru dan dosen adaah pengguna dan
pemakai sub-sub tersebut maka mereka dituntut untuk menguasai dan memahaminya.
Didaktik adalah ilmu yang berbicara bagaimana melaksanakan pembelajaran dan
cara mengkomunikasikan materi kepada peserta didik dan komunikatif. Demikian
pula kurikulum yang tersedia tidak akan dapat diberikan kepada peserta didik
tanpa dirancang terlebih dahulu . Merancang kegiatan pembelajaran harus
berkaitan dengan kebutuhan belajar, tujuan pembelajaran, pokok
bahasan, ciri siswa, isi materi, kegiatan pembelajaran, media, evaluasi dan uji
awal siswa.
Gagne
(dalam Atwi Suparman, 1991:8) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah
suatu set pristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar
mengajar. Suatu set peristiwa itu mungkin digerakkan oleh
pengajar sehingga disebut pengajaran, mungkin pula digerakkan oleh siswa
sendiri dengan menggunakan buku, gambar, program televisi atau kombinasi
berbagai media. Baik digerakkan oleh guru maupun digerakkan oleh siswa itu
sendiri, kegiatan itu tetap haruslah terencana secara sistematik untuk dapat
disebut kegiatan instruksional. Jadi pengajaran adalah salah satu bentuk
kegiatan instruksional.
TUGAS KELOMPOK:
Tulis
dalam kertas manila yang telah disediakan
Kerjakan
tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
Presentasikan
tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
Buat
kesimpulan tentang DIDAKTIK DAN DESAIN
DALAM SISTEM INSTRUKSIONAL
Intrumen :
JELASKAN PENGERTIAN DIDAKTIK
PAPARKAN PENGERTIAN DIDAKTIK DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR
URAIKAN MANFAAT DIDAKTIK
JELASKAN PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN
JELASKAN BAGAIMANA KRITERIA DESAIN INSTRUKSIONAL
PAPARKAN BAGAIMANA HUBUNGAN PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN
PAPARKAN BAGAIMANA HUBUNGAN PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN
JELASKAN TENTANG DESAINER PEMBELAJARAN
URAIKAN DIDAKTIK DAN DESAIN DALAM SISTEM INSTRUKSIONAL
(tambahkan dan tuliskan referensi buku hindu /lain yang
saudara gunakan dalam pemaparan tugas )
BAB IV
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Pada
bagian ini disajikan tentang tujuan instruksional. Bab ini difokuskan pada
pemahaman tentang pengertian tujuan intruksional, fungsi tujuan instruksional,
taksonomi tujuan instruksional, cara penulisan tujuan instruksional dan pola
penulisan tujuan instruksional
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian pengertian tujuan intruksional, fungsi tujuan
instruksional, taksonomi tujuan instruksional, cara penulisan tujuan
instruksional dan pola penulisan tujuan instruksional dengan benar.
INDIKATOR
1.
Mampu menjelaskan
pengertian tujuan instruksionl
2.
Mampu menyebutkan
fungsi tujuan instruksional
3.
Mampu menyebutkan taksonomi
tujuan instruksional
4.
Mampu menjelaskan cara
penulisan tujuan instruksional
5.
Mampu menjelaskan pola
penulisan tujuan instruksional
A. Pengertian Tujuan
Instruksional
Seseorang guru yang
mengajar tanpa menetapkan tujuan instruksional terlebih dahulu dan mengajar
tanpa berpedoman pada tujuan instruksional ibaratkan nakhoda berlayar
tanpa mempergunakan kompas yang mengakibatkan meraba-raba menentukan tujuan
yang hendak dicapai.Memang aneh
kedengarannya tetapi dalam kenyataan di lapangan para guru masih ada yang
mengabaikan hal ini walaupun kepala sekolah menginstruksikan untuk pembuatan
pengembangan KTSP 2006 sebelum masuk ke dalam kelas. Akibatnya akan besar
sekali terhadap mutu output sekolah, tidak memenuhi standar kualitas sekolah
dan kita akan menanggung semua akibatnya kelak tentang kualitas sumber daya
manusia hanya gara-gara guru melalaikan menetapkan tujuan
instruksional/kompetensi dasar dan indikator secara tepat dan benar.
Berikut ini kita
membicarakan tentang definisi tujuan instruksional yang telah dikembangkan oleh
para ahli:
1.
Robert
F. Mager (1962).
Tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang
dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu.
2.
Eduart
L Dejnozka dan David E. Kapel (1981). Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spesifik yang
dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3.
Fred
Percival dan Henry Ellington (1984).
Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan
atau ketrampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar.
Ketiga definisi yang
telah disebutkan di atas pada prinsipnya memiliki maksud yang sama karena
unsur-unsur yang dipakai untuk merumuskan definisi dan cara perumusannya sama. Beberpa ahli pendidikan menyarankan bahwa
sebaiknya perilaku itu dapat dikategorikan ke dalam bentuk “covert” atau dalam bentuk fakta yang
dapat dikuantifikasikan agar mudah dalam mengukurnya. Tujuan instruksional
sangat erat hubungannya dengan pre-assessment,
desain program, strategi mengajar, spesifikasi dari pemilihan media proses
mengajar dan penilaian.
Manfaat tujuan
instruksional dan indikator adalah sebagai dasar dalam:
a) Menyusun
instrument tes (pre-tes dan pos-tes)
b)
Merancang strategi
instruksional
c)
Menyusun spesifikasi
dan memilih media yang cocok
d)
Melaksanakan proses
belajar
Dengan dilakukannya
rincian tujuan instruksional secara tepat dan jelas maka akan dapat dirumuskan
suatu strategi belajar mengajar yang lebih
cocok. Kemudian akan dapat dirumuskan cara-cara penilaian yang tepat yang
artinya penilaian tersebut betul-betul akan mengukur isi dari tujuan
instruksional.
B. Fungsi Tujuan
Instruksional
Kata-kata tujuan
instruksional kedengarannya memang tidak banyak bermakna bagi perbaikan mutu
pengajaran dan latihan, karena itu sekarang masih banyak menerapkan tujuan
instruksional secara utuh dan menganggapnya sepele. Pada sisi lain banyak juga
pengajar yang sangat tertarik untuk menerapkan tujuan instruksional akan tetapi
belum banyak mengetahui apakah tujuan instruksional itu? Hanya sebatas
kewajiban dan kepatuhan terhadap perintah dari kepala sekolah. Kata-kata
operasional yang dibuat di dalam
pengembangan silabus dan rencana pembelajaran tidak diaplikasikan atau
kata-kata operasional tersebut tidak memiliki muatan dan relevansinya terhadap
pokok bahasan.
Bila kita simak sejarah
lahirnya tujuan instruksional yang diawali oleh usaha B.F. Skinner pada tahun 1950. Ia mencoba menerapkan ilmu perilaku
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Kemudian atas teori-teorinya Robert Marger menyusun buku dengan
judul:”Preparing Instruksional Objektive (1962) yang pada tahun 1970an
telah diterapkan secara meluas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Teori
tersebut sebaiknya mulai diterapkan pada saat pengajar merumuskan atau
merancangkan satuan pelajaran dan bahan pelajaran. Dengan menggunakan tujuan
yang jelas dan benar maka ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh antara
lain:
a)
Waktu mengajar dapat
dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
b)
Pokok bahasan dapat
dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu
mendalam atau terlalu sedikit
c)
Guru dapat menetapkan
berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaliknya disajikan dalam jam
pelajaran
d)
Guru dapat menetapkan
urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya peletakan masing-masing
materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran
e)
Guru dapat dengan mudah
menetapkan dan mempersiapkan strategi pembelajaran yang cocok dan menarik
f)
Guru dapat dengan
mudah, tepat dan cukup waktu untuk mempersiapkan berbagai keperluan peralatan
maupun bahan yang diperlukan dalam belajar
g)
Guru dapat dengan mudah
mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
h)
Guru dapat menjamin
bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa
tujuan instruksional
C. Taksonomi Tujuan
Instruksional
Taksonomi Bloom sangat dikenal di Indonesia dibanding
taksonomi Gagne dan Merill. Taksonomi Bloom menyusun
kategori enam level. Keenam level tersebut diurut dari tingkat intelektual yang
rendah (tingkat pengetahuan) ke tingkat yang paling komplek (tingkat evaluasi).
Keenam level ini
bersifat hirarkis dari tingkat level yang tertinggi dapat dicapai melalui level
sebelumnya, yang masing-masing level diurut secara procedural dan apabila level
terbawah terkuasai maka dilanjut pada level berikut.
Taksonomi disini
diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara
berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi.
Taksonomi ini disusun oleh satu tim yang diketuai oleh Benyamin S. Bloom dan Krathwool (1964). Disini tujuan instruksional
diklasifikasi menjadi tiga kelompok atau kawasan dipecah lagi menjadi beberapa
tingkat yang lebih khusus. Berdasarkan tingkat yang khusus itulah dikembangkan
tujuan instruksional secara umum dan khusus atau kompetensi dasar menjadi
indicator-indikator sehingga memudahkan dalam mengukur tingkat keberhasilan
atau prestasi belajar seseorang.Ini berarti setiap kawasan membahas berbagai
pendidikan yang berbeda-beda. Sampai saat ini taksonomi tersebut banyak dipakai
sebagai dasar pengembangan tujuan instruksional di berbagai kegiatan latihan
dan pendidikan. Secara singkat masing-masing isi kawasan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Kawasan Kognitif
(pemahaman)
Kawasan kognitif dan
afektif adalah dua dari tiga kawasan tujuan instruksional yang memiliki
klasifikasi atau rincian yang paling detail sehingga seolah-olah merupakan
suatu system tersendiri.
Tujuan kognitif
berorientasi kepada kemampuan “berfikir”
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu: mengingat
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan
dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan
kognitif adalah sutaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering
berawal dari tingkat “pengetahuan”
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”.
Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut adalah:
a.
Tingkat pengetahuan
(knowledge)
Tujuan
instruksional pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall)
informasi yang telah diterima sebelumnya seperti, fakta, rumus, strategi
pemecahan dan sebagainya.
Contoh:
v Siswa dapat menggambarkan
struktur kelembagaan Negara Indonesia
v Siswa
dapat mengurutkan nama-nama Presiden Indonesia dari pertama sampai sekarang
b.
Tingkat pemahaman
(comprehension)
Kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan informasi
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan
menterjemahkan/menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata
sendiri.
Contoh:
v Siswa
dapat menjelaskan tentang cara menanggulangi bahaya banjir
v Siswa
dapat menggambarkan tentang akibat banjir yang telah mereka lihat
c.
Tingkat penerapan
(application)
Penerapan
merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelaj ari
kedalam situasi yang baru serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
Contoh:
v Siswa
dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan benar
v Siwa
dapat mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang telah diajarkan guru di sekolah
d.
Tingkat analisis
(analysis)
Analisis
merupakan kemampuan untuk mengindentifikasi, memisahkan dan membedakan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa
atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari.
Contoh:
v Siswa
dapat menganalisis sejauhmana hasil diskusi mereka tentang kewajiban dan hak
sebagai warganegara Indonesia
e.
Tingkat sintesis
(synthesis)
Sintesis
disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan meyatukan
berbagai elemen dan unsure pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru
yang lebih menyeluruh.
Contoh:
v Siswa
dapat menyiapkan bahan pelajaran yang akan didiskusikan
v Siswa
dapat merancang kegiatan kegiatan-kegiatan bakti sosial mereka ditengah-tengah
masyarakat
f.
Tingkat evaluasi (
evaluation)
Evakuasi
merupakan level tertinggi ysng mengharapkan siswa
mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,
produk atau benda dengan menggunakan criteria tertentu. Jadi evaluasi di sini
lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada system evaluasi.
Contoh:
v Siswa
dapat memilih kegiatan sesuai dengan bakatnya dari kegiatan pilihan yang telah
ditetapkan sekolah
Kalau kita melihat ke
belakang yaitu pada sistem pendidikan dan penataran yang biasa kita
selenggarakan selaman ini dapat ditarik kesimpulan bahwa umumnya baru
menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah (seperti; tingkat
pengetahuan, pemahaman dan penerapan) jarang sekali
menerapkan analisis, sintesis dan evaluasi.
Guru dituntut agar
mendesain program satuan pembelajaran, rencana pembelajaran yang sesuai dengn
tujuan instruksional/kompetensi dasar dan harus banyak melakukan latihan
terlebih dahulu.
2.
Kawasan
Afektif (sikap dan perilaku)
Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan
dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang
paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang kompleks
yang merupakan factor internak seseorang seperti kepribadian dan hati nurani.
Perumusan tujuan
instruksional pada kawasn afektif tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan
kawasan kognitif tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena
mnyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Di samping itu kawasan afektif juga
sulit dicapai pada pendidikan formal karena pada pendidikan formal perilaku
yang Nampak dapat diasumsikan timbul sebagai akibat dari kekakuan aturan,
disiplin belajar, waktu belajar, tempat belajar dan norma-norma lainnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seperti itu timbul bukan karena siswa
telah sadar dan menghayati betul tentang kebutuhan akan sikap dan perilaku
tersebut tetap dilakukan karena sekedar untuk memenuhi turan dan disiplin saja
agar tidak mendapat hukuman.
Contohnya: Setiap belajar bidang studi matematika hampir seluruh siswa kelas
XI SMA selalu masuk ruangan kelas lebih awal dan mereka umumnya begitu
sungguh-sungguh mendengar dan mencatat uraian dan keterangan guru di depan
kelas.
Sikap dan perilaku
seperti ini mungkin sekali timbul karena gurunya killer dan proses belajar yang
kaku juga tegang. Jadi bukan karena para siswa sadar dan tertarik pada
pelajaran tersebut tau karena factor lain yang tidak memperkuat tujuan
instruksional kawasan afektif ini.
Untuk memperoleh gambaran tentang
kawasan tujuan instruksional afektif secara utuh berikut ini akan dijelaskan
setiap tingkat secara berurutn beberapa contoh kongkrit berikut ini:
1) Tingkat menerima (receiving)
Menerima
disini adalah diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan
cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus0 tertentu yang mengandung
estetika.
Contoh:
·
Kesadaran para siswa
bahwa kesulitan-kesulitan yang ditemui selama belajar adalah tantangan bagi
masa depannya
·
Kesediaan para siswa
untuk menerima peraturan dan tata tertib belajar Selama kegiatan belajar
berlangsung
2) Tingkat tanggapan (responding)
Tanggapan
atau jawaban (responding) mempunyai beberapa pengertian antara lain :
a.
Tanggapan dilihat dari
segi pendidikan diartikan sebagai perilaku bar dari sasaran didik (siswa)
sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada
saat ia belajar
b.
Tanggapan dilihat dari
segi psikologi perilaku (behavior
psychology) adalah segala perubahan perilaku organism yang terjadi atau
yang timbul karena adanya perangsang dn perubahan tersebut dapat diamati
c.
Tanggapan dilihat dari
segi adanya kemampuan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian
(stimulus) dengan cara berpartisipasi
dalam berbagai bentuk
Contoh:
·
Para siswa aktif
memperdebatkan masalah yang dilontarkan gurunya
·
Seorang pengemudi
dengan sukarela sedang mencoba mengatasi kemacetan lalu lintas yang tiba-tiba
terjadi
3) Tingkat menilai
Menilai
dapat diartikan sebagai :
a.
Pengakuan secara
objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, system atau benda tertentu yang
mempunyai kadar manfaat
b.
Kemauan untuk menerima
suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut
mempnyai nilai atau kekuatan dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau
perilaku positif atau negative
Contoh:
·
Setelah beberapa kali
seorang siswa gagal memahami rumus-rumus
tertentu maka ia memutuskan untuk belajar sungguh-sungguh
4) Tingkat organisasi (organization)
Organisasi
dapat diartikan sebagai:
a.
Proses konseptuslisasi
nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut kemudian memilih
nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan
b.
Kemungkinn untuk
mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima
bahwa suatu nilai itu lebih dominan disbanding nilai yang lain apabila
kepadanya diberikan berbagai nilai
Contoh:
·
Seorang siswa
memutuskan untuk hadir pada pertemuan kelompok walaupun pada jam yang sama di
televise ada program
film horror yang menarik. Padahal ia seorang penggemr film tersebut.
5) Tingkat karakterisasi (characterization)
Karakterisasi
adalah sikap dan perbuatan secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras
dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya sehingga sikap dan perbuatan
seolah-olah telah terjadi ciri-ciri perilakunya.
Contoh:
·
Sejak di Sekolah
Lanjutan Atas hingga tamat Perguruan Tinggi. Siti selalu belajar siang dan
malam karena ia percaya bahwa hanya dengan belajar keras cita-citanya akan tercapai.
3. Kawasan psikomotor
(psychomotor
domain)
Kawasan psikomotor
adalah kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara
syaraf dan otot.
Dengan demikian maka
kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang
terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh
tingkat ketrampilan fisik tertentu.
Kalau dilihat dari segi
taxonomi keempat urutannya tidak bertingkat seperti pada kawasan kognitif dan
afektif. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Gerakan
seluruh tubuh (gross body movement)
Gerakan
seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan
gerakan fisik secara menyeluruh.
Contoh:
o Siswa sedang melantunkan
sloka dengan gerak tubuh
o Siswa sedang berlatih yoga
2. Gerakan terkoordinasi (coordination movements)
Gerakan
yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antar fungsi
salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.
Contoh:
o Seorang yang sedang
berlatih menyetir
o Seorang yang sedang
berenang
3. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
Komunikasi
nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan
symbol-simbol atau isyarat.Misalnya: isyarat dengan tangan, anggota kepala dan
ekspresi wajah.
Contoh:
o Perilaku seseorang yang
sedang mengirim kode-kode dengan jari tangan
o Perilaku sekelompok
orang yang sedang melakukan pantomin di pentas pertunjukkan
4.
Kebolehan
dalam berbicara (speech behavior)
Kebolehan
dalam berbicara adalah hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan
tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.
Contoh:
o Perilaku seseorang guru
di depan kelas
o Perilaku seseorang yang
sedang membaca deklamasi atau sajak
D. Cara Penulisan Tujuan
Instruksional
Setelah dibahas secara
singkat tentang latar belakang, pengertian dan kawasan tujuan instruksional
maka selanjutnya akan diberikan penjelasan tentang cara-cara menulis tujuan
instruksional.
Secara umum tujuan
instruksional dibedakan menjadi dua yang sampai sekarang masih dipakai oleh
sebagian besar pendidik. Kata instruksionak dapat juga diganti dengan kata
pembelajaran sebagai berikut:
1.
Tujuan instruksional
umum atau kompetensi dasar yang sering disingkat menjadi KD. Dalam bahasa asing
disebut dengan goal, terminal objective
dan target objective. Tujuan terminal melkiskan hasil belajar utama dalam
istilah perlaku yang semula disebut dengan tujuan umum. Lebih dari satu tujuan
terminal diperlukan untuk mencapai satu tujuan umum
2.
Tujuan instruksional
khusus atau indikator yang dalam istilah asing dikenal dengan enabling objectives, subording objective dan
supportive (tujuan yang memungkinkan , tujuan bawahan, tujuan penyangga).
Tujuan penyangga melukiskan perilaku khusus (kegiatan tunggal atau langkah
tunggal) yang harus dipelajari atau ditampilkan supaya tercapainya tujuan
terminal
Tujuan instruksional
juga dapat disebut dengan tujuan kurikulum atau tujuan pembelajaran. Arti
tujuan instruksional adalah perilaku akhir yang diharapkan dapat diperoleh dari
hasil proses belajar, latihan atau proses pendidikan lainnya yang dinyatakan
dalam kalimat aktif yang operasional dan mempunyai kandungan maksud yang
relatif luas dibandingkan tujuan instruksional khusus.
Dengan demikian berarti
cakupan masalah atau materi bahsasannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan
yang sedang dilakukan sebagai informasi biasanya dalam masalah atau
tulisan-tulisan sering digunakan kata-kata maksud dan tujuan. Ini berarti bahwa
maksud adalah menjelaskan tentang tujuan umum/kompetensi dasar sedangkan tujuan
adalah menjelaskan tentang tujuan khusus/indikator.
Arti indikator adalah
perilaku yang ingin dicapai oleh anak didik pada waktu proses belajar mengajar
yang sedang dilakukan. Apabila dari kandungan dan kedudukan antara kedua tujuan
yaitu tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan umum. Berarti
kompetensi dasar dan hasil penjabarannya harus seluas cakupan kompetensi dasar.
Contoh kedua tujuan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan
instruksional/kompetensi dasar adalah agar pada akhir kuliah mahasiswa dapat
merumuskan tujuan instruksional/kompetensi dasar dan indicator untuk suatu
topic tertentu
2.
Tujuan
instruksional/kompetensi dasar/indicator adalah agar selama proses belajar
tentang KD mahasiswa dapat:
a.
Membuat definisi tujuan
instruksional umum, kompetensi dasar dan indicator
b.
Menyebutkan isi
masing-masing kawasan taxonomi tujuan instruksional Bloom dan Krathwool
c.
Menjelaskan makna
tujuan pembelajaran /kompetensi dasar dari setiap tingkat pada kawasan kognitif lengkap dengan
contohnya
d.
Menjelaskan makna
tujuan instruksional/kompetensi dasar dari setiap kawasan afektif lengkap
dengan contohnya
e.
Menjelaskan makna
tujuan instruksional/kompetensi dasar dari setiap kawasan psikomotor lengkap
dengan contohnya
f.
Menyebutkan beberapa
kata kerja aktif yang dapat dipakai untuk masing-masing tingkat pada kawasan
kognitif, afektif dan psikomotor
g.
Menjelaskan baik
tulisan maupun lisan hubungan antara tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus
h.
Menjelaskan keuntungan
dan kelemahan diterapkannya tujuan instruksional/kompetensi dasar dalam
kegiatan belajar mengajar
i.
Membuat contoh tujuan
instruksional umum, kompetensi dasar dan indicator untuk suatu topic bahasan
dengan tepat
j.
Memberikan alasan
mengapa tujuan instruksional model Mager kurang popular
Dari contoh kompetensi
dasar dan indicator tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Merupakan pernyataan
yang lebih umum dibandingkan indicator
2.
Cakupan luas tapi cukup
menggunakan kata kerja operasional yang dalam kalimat tersebut digunakan “merumuskan”
Sedangkan
kompetensi dasar/indikator adalah:
1.
Merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar sehingga indikator menjadi banyak
2.
Juga selalu menggunakan
kata kerja operasional seperti: menyusun, menjelaskan, menyebutkan, membuat
contoh dan sebagainya
3.
Isi indikator harus
selaras dengan cakupan pada kompetensi dasar
Tujuan dilakukannya rincian
kompetensi dasar dalam indicator adalah:
1)
Untuk mengungkapkan
kemampuan atau ketrampilan apa yang perlu dikuasai oleh sasaran didik selama
dan sesudah proses belajar
2)
Agar proses belajar
mengajar dapat dimulai dari materi belajar yang mudah ke materi yang sulit dan
seterusnya sehingga materi belajar yang tersulit (hirarki belajar)
3)
Agar diperoleh gambaran
tentang luas cakupan materi yang akan diajarkan
E. Pola Penulisan Tujuan
Instruksional
Tata bahasa merupakan
unsur yang paling diperhatikan dalam menulis tujuan. Sebab dari unsur tersebut
dapat dilihat konsep atau proses berfikir seseorang dalam mengungkapkan
ide-idenya. Bahasa yang dipergunakan mudah dimengertikan oleh orang, singkat
dan padat.
Sehubungan dengan
teknis penulisan tersebut Robert F.
Mager (1962) menyatakan cara penulisan tujuan instruksional harus dibuat
dalam bahasa yang jelas maksudnya tanpa diberi penjelasan tambahan apapun
pembaca ( guru, siswa atau sasaran anak didik sudah dapat menangkap maksudnya.
Menurut
Mager tujuan instruksional mencakup tiga elemen yaitu:
1)
Menyatukan apa yang
seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang
sebaiknya dikuasainya pada akhir atau sesudah pelatihan
2)
Perlu dinyatakan
kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut
3)
Perlu ada petunjuk yang
jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima
Berdasarkan uraian dan
elemen tersebut maka tujuan instuksional sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD
yang artinya:
A
= Audience (petatar, siswa, sasaran anak didiknya)
B
= Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai
hasil belajar)
C
= Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi
agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai)
D
= Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima
sebagai ukuran hasil belajar siswa)
TUGAS KELOMPOK:
Tulis
dalam kertas manila yang telah disediakan
Kerjakan
tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
Presentasikan
tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
Buat
kesimpulan tentang TUJUAN INSTRUKSIONAL
JELASKAN PENGERTIAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
TULISKAN FUNGSI TUJUAN INSTRUKSIONAL
PAPARKAN TENTANG TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
JELASKAN BAGAIMANA CARA PENULISAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
PAPARKAN BAGAIMANA
POLA PENULISAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
(tambahkan dan tuliskan referensi buku hindu /lain yang
saudara gunakan dalam pemaparan tugas )
BAB V
PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
Pada
bagian ini disajikan tentang pengembangan pengalaman belajar. Bab ini
difokuskan pada pemahaman tentang
hakikat pengalaman belajar,
pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar, pentingnya
pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa,
mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar
siswa dan mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang hakikat pengalaman belajar, pertimbangan dan prinsip
pengorganisasian pengalaman belajar, pentingnya pengembangan pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa, mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam
pengembangan pengalaman belajar siswa dan mengembangkan ragam strategi dan
metode pembelajaran dengan benar.
INDIKATOR
1.
Mampu mendeskripsikan
hakikat pengalaman belajar
2.
Mampu menjelaskan
pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar
3.
Mampu mengindentifikasi
tahapan pengembangan pengalaman belajar
4.
Mampu menguraikan
pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
5.
Mampu mengindentifikasi
peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa
6.
Mampu mengembangkan
ragam strategi dan metode pembelajaran
A. HAKIKAT PENGALAMAN
BELAJAR
Merancang pengalaman
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan aspek penting baik
dalam perencanaan maupun desain pembelajaran. Merancang pengalaman belajar pada
hakikatnya adalah menyusun scenario pembelajaran sebagai pedoman untuk guru dan
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
mandiri, scenario pembelajaran dituangkan dalam prosedur pembelajaran yang
harus ditempuh oleh setipa siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini
berarti tugas guru lebih banyak sebagai perancang/desainer dan sekaligus
sebagai penyusun program pembelajaran. Sedangkan manakala proses pembelajaran
dalam bentuk klasikal yang menuntut peran guru sebagai pelaksana atau manajer
proses pembelajaran maka scenario pembelajaran dapat dijadikan pedoman bagi
guru dalam mengatur jalannya proses pembelajaran. Oleh sebab itu dalam
pengembangan pengalaman belajar perlu tergambarkan kegiatan guru dan kegiatan
siswa dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengalaman belajar (learning experiences) adalah sejumlah aktivitas
siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan
seperti apa yang harus dimiliki oleh siswa maka pada itu juga kita semestinya
berfikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus disesain agar tujuan dan
kompetensi itu dapat diperoleh oleh setiap siswa.
1. Pengalaman Belajar
Menurut Gagne
Menurut Gagne (1991)
ada delapan tipe pengalaman belajar dari pengalaman belajar yang sederhana
sampa pada pengalaman belajar yang kompleks. Kedelapan tipe belajar itu
dijelaskan sebagai berikut:
a. Belajar signal adalah
belajar melalui isyarat/tanda. Pengalaman belajar ini merupakan pengalaman
belajar yang paling sederhana yaitu belajar bagaimana setiap individu mereaksi
terhadap setiap perangsang yang muncul. Misalnya: seseorang menjadi senang, sedih, gembira dan sebagainya
itu disebabkan karena munculnya tanda atau signal tertentu.
b. Belajar mereaksi
perangsang melalui penguatan adalah pengalaman
belajar yang terarah. Setiap individu merespon terhadap perangsang yang
diberikan selalu diberi penguatan misalnya dengan reward.
c. Pengalaman belajar
membentuk rangkaian (chaining) adalah belajar
merangkaikan atau menhubungkan gejala/faktor sehingga menjadi satu kesatuan
rangkaian yang utuh dan fungsional. Misalnya: individu mereaksi setelah ia
mendengar bel tanda sudah waktunya pulang, ia segera mengemasi barang-barangnya
lalu pulang, ganti pakaian, baca Koran dan lain sebagainya
d.
Belajar
asosiasi verbal adalah pengalaman belajar dengan
kata-kata manakala ia menerima perangsang. Misalnya: diberikan stimulus tentang
gambar segitiga kemudian anak-anak mengatakan bahwa itu adalah gambar segitiga
sama sisi.
e.
Belajar
membedakan/diskriminasi adalah pengalaman belajar mengenal sesuatu karena
ciri-ciri yang memiliki kekhasan tertentu walaupun seseorang menghadapi objek
yang sama tetap saja orang tersebut dapat membedakannya. Misalnya: seseorang
dating membedakan mana itik dan mana
ayam walaupun keduanya sama-sama unggas.
f.
Belajar
konsep adalah pengalaman belajar dengan
menentukan cirri atai atribut dari objek yang dipelajarinya sehingga objek
tersebut ditempatkan dalam klasifikasi tertentu. Misalnya: pengalaman belajar
dengan melihat sesuai dari ukurannya, dari warnanya dan lain sebagainya.
Seseorang dapat mempelajari manusia
dilihat dari keturunannya, dari warna kulitnya, dari suku bangsanya dan
lain sebagainya.
g.
Belajar
aturan dan hukum adalah pengalaman
belajar dengan menghubungkan konsep-konsep. Pada pengalaman belajar ini siswa
dirangsang untuk menemukan sejumlah prinsip atau kaidah melalui pengamatan dari
setiap gejala. Misalnya: bila logam dipanaskan maka logam tersebut dapat
menghantarkan panas, air akan berbentuk sesuai dengan tempatnya dan sebagainya.
h.
Belajar
problem solving adalah pengalaman belajar untuk memecahkan suatu
persoalan melalui penggabungan beberapa kaidah atau aturan. Pengalaman belajar
pemecahan masalah ini merupakan pengalamn belajar yang paling kompleks karena
memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan/hukum yang berkenaan
dengan masalah yang ingin dipecahkan sedangkan setiap hukum itu akan dapat
dipahami manakala disusunnya sejumlah informasi yang diperlukan
Dari berbagai jenis
pengalaman belajar yang telah dikemukakan di atas maka tampak bahwa setiap
pengalaman belajar sifatnya bertingkat. Artinya kemampuan seseorang untuk
belajar memecahkan masalah sangat tergantung pada belajar tentang hukum/aturan
dan pengalaman belajar aturan akan dapat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang
dalam belajar konsep dan seterusnya.
Dari kedelapan tipe
pengalaman belajar tersebut menurut Gagne akan menghasilkan kemampuan-kemampuan
tertentu. Selanjutnya dalam sumber yang sama Gagne mengindentifikasi lima jenis
hasil sebagai berikut:
1. Belajar ketrampilan
intelektual (Intelectual skill) yaitu belajar
diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi adalah
belajar untuk membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Misalnya: melihat objek dari bentuknya, ukurannya dan warnanya. Belajar konsep
adalah kesanggupan untuk menempatkan objek yang memiliki cirri yang sama
menjadi satu kelompok (klasifikasi) tertentu. Misalnya: konsep tentang
keluarga, masyarakat, pendidikan dan sebagainya. Belajar kaidah adalah belajar
bagian dari konsep tertentu. Misalnya: belajar tentang konsep keluarga pada
dasarnya belajar konsep ayah, ibu dan anak.
2.
Belajar
informasi verbal yaitu belajar melalui
symbol-simbol tertentu. Yang termasuk belajar ini adalah belajar membaca,
menulis cerita dan sebagainya
3. Belajar mengatur
kegiatan intelektual yaitu belajar mengatur
kegiatan intelektual berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan ketrampilan
tertentu (kemampuan berfikir memecahkan masalah secara ilmiah melalui
langkah-langkah yang sistematis
4. Belajar sikap yaitu
belajar menentukan tindakan tertentu. Sikap adalah kecendrungan individu untuk
berprilaku sesuai dengan nilai yang dianggp baik oleh individu yang
bersangkutan. Dengan kata lain kesediaan seseorang untuk menerima/menolak
sesuatu dengan pandangannya terhadap sesuatu itu.
5. Belajar ketrampilan
motorik yaitu belajar melakukan gerakan-gerakan
tertentu baik gerakan yang sangat sederhana seperti gerakan menirukan, gerakan
refkeks dan sebagainya.
2. Pengalaman Belajar Menurut Piaget
Pandangan-pandangan
Jean Piaget seorang psikolog kelahiran Swiss (1896-1980) percaya bahwa anak
belajar sesuai dengan tahapannya. Pengalaman belajar menurut Piaget berlangsung
dalam diri setiap individu melalui proses konstruksi pengetahuan. Oleh sebab
itu teori belajar Piaget terkenal dengan teori konstruktivistik.
Belajar menurut teori
kontruktivistik bukanlah sekedar menghafal akan tetapi proses mengkontruksi
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru
akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Piaget berpendapat
bahwa anak kecil setiap anak sudah memiliki strukstur kognitif yang kemudian
dinamakan skema (schema). Skema
terbentuk karena pengalaman. Misalnya: anak senang bermain dengan kucing dan
kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya ia dapat
menangkap perbedaaan keduanya yaitu bahwa kucing berkaki empat dan
kelinci berkaki dua. Pada akhirnya berkat pengalaman itulah dalam struktur
kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki dua dan binatang berkaki
empat. Semakin dewasa anak maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya.
Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan
skema sedangkan akomodasi adalah
proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru.
Pada suatu hari anak
merasa sakit karena terpercik api maka berdasarkan pengalamannya terbentuk
skema pada struktur kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang
membahayakan oleh karena itu haru dihindari. Dengan demikian ketika ia melihat
api secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa anak pengalaman anak
tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak pakai api,
ketika anka melihat bapaknya merokok menggunakan api maka skema yang telah
terbentuk itu disempurnakan bahwa api bukan harus dihindari akan tetapi dapat
dimanfaatkan. Proses penyempurnaan skema tentang api yang dilakukan oleh anak
itu dinamakan asimilasi. Semakin anak
dewasa pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika anak melihat pabrik-pabrik
memerlukan api, setiap kendaraan memerlukan api maka terbentuklah skema baru
tentang api bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat
dimanfaatkan akan tetapi sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Proses
penyempurnaan skema itu dinamakan proses akomodasi.
Sebelum ia mampu
menyusun skema baru ia akan dihadapkan pada posisi ketidakseimbangan (disqualibrium) yang akan mengganggu
psikologis anak. Manakala skema telah disempurnakan atau anak telah berhasil
membentuk skema baru anak akan kembali pada posisi seimbang (equilibrium) untuk kemudian ia akan
dihadapkan pada perolehan pengalaman baru.
Uraian mengenai hakikat
pengalaman belajar seperti yang telah dikemukakan di atas diperlukan untuk
memahami bagaimana sebenarnya individu memperoleh pengetahuan. Melalui
pemahaman tersebut selanjutnya kita dapat menentukan strategi apa yang dapat
digunakan untuk merancang pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dan sesuai dengann tahapan perkembangan individu itu sendiri.
B. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN
MENENTUKAN PENGALAMAN BELAJAR
Terdapat beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan manakala kita akan merancang dan
mengembangkan pengalaman belajar siswa.
1. Sesuai dengan Tujuan
atau Kompetensi Yang Akan Dicapai
Dalam
sistem perencanaan dan desain pembelajaran tujuan merupakan komponen utama dan
pertama yang harus dipikirkan oleh seorang desainer pembelajaran sehingga apa
yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu.Dilihat
dari domainnya tujuan itu terdiri dari tujuan kognitif, afektif dan
pskomotorik.
2. Sesuai dengan Jenis
Bahan atau materi Pelajaran
Di
samping tujuan, materi pelajaran juga merupakan salah satu komponen penting
dalam sistem pembelajaran. Pengalaman belajar yang direncanakan atau didesain
harus memperhatikan karakteristik materi pelajaran baik dilihat dari
kompleksitas materi maupun pengemasannya.
3. Ketersediaan Sumber
Belajar
Selain
pertimbangan tujuan dan isi bahan pelajaran seorang desainer dalam menentukan
pengalaman belajar juga harus memperhatikan ketersediaan sumber belajar yang
dapat digunakan.
4. Pengalaman Belajar
Harus Sesuai dengan Karakteristik Siswa
Kondisi
dan karakteristik siswa merupakan salah satu pertimbangan yang harus
diperhatikan baik menyangkut minat dan bakat siswa, kecendrungan gaya belajar
maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
Di
samping beberapa pertimbangan di atas ada sejumlah prinsip yang harus
diperhatikan manakala kita akan mengembangkan pengalaman belajar.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada
tujuan
Dalam sistem
pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan
siswa mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini
sangat penting sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya
efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran
dapat menentukan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa. Hal ini sering
dilupakan guru. Guru yang senang berceramah hampir setiap tujuan menggunakan
strategi penyampaian dan siswa dipaksa untuk mendengarkan penjelasan guru seakan-akan
dia berfikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi demikian.
2. Aktivitas
Belajar bukanlah hanya
sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siwa
beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas psikis
(mental) bukan fisik. Misal: guru berceramah, sebenarnya dalam proses
berceramah guru harus mendorong agar siswa memiliki pengalaman untuk menghayati
materi pelajaran yang dituturkan melalui proses menyimak dan meragukan tentang
segala sesuatu yang dituturkan sehingga dari keraguan itu memunculkan keinginan
siswa untuk memperdalam materi pelajaran.
3. Individualitas
Mengajar adalah usaha
mengembangkan setiap individu siswa. Oleh sebab itu pengalaman belajar
dirancang untuk setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok
siswa namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap
siswa.
4. Integritas
Mengajar harus
dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan
hanya mengembangkan kemampuan saja akan tetapi meliputi pengembangan afektif
dan psikomotorik. Oleh karena itu merancang pengalaman belajar siswa harus
dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Contoh: penggunaan dengan metode diskusi guru harus dapat merancang pengalaman
belajar yang tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja akan
tetapi harus mendorong siswa agar mereka dapat berkembang secara keseluruhan
seperti mendorong agar siswa berani menghargai pendapat orang lain, mendorong
siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide-ide yang orisinal dan mendorong
siswa untuk bersikap jujur serta tenggang rasa.
Bab IV pasal 19
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpasipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Sesuai isi peraturan
pemerintah diatas maka ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman
belajar yaitu:
1.
Interaktif
Interaktif
mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari
guru ke siswa akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mngatur lingkungan
yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian pengalaman
pembelajaran harus dapat mendorong agar siswa dapat berinteraksi baik antara
guru dn siswa, anatar siswa dan siswa maupun anatar siswa dengan lingkungannya.
2.
Inspiratif
Proses
pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan siswa untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah
dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak akan tetapi merupakan
hipotesis yang merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan mengujinya.
Biarkan sswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya. Biarkan siswa
berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subyektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
3.
Menyenangkan
Proses
pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.
Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari
rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar pengalaman
belajar merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful
learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan:
a. Dengan
menata ruangan yang apik dan menarik yaitu yang memenuhi unsur kesehatan.
Seperti: pengaturan cahaya, ventilasi dan keindahan (cat tembok yang segar dan
bersih, bebas dari debu, lukisan dan karya-karya siswa yang tertata dan vas
bunga)
b. Melalui
pengelolaan pembeljaran yang hidup dan bervaiasi yaitu dengan menggunakan pola
dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yng relevan serta
gerakan-gerakan guru yang mmpu membangkitkan motivasi belajar siswa
4.
Menantang
Proses
pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemmpuan berfikir
yaitu merngsang kerja otak secara
maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa
ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berfikir secara intuitif atau
bereksplorasi.Apapun yang diberikan dan dilakukan guru hrus dapat siswa untuk
berfikir (learning to learn) dan
melakukan (learning how to do). Apabila
guru akan memberikan informasi hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah
jadi yang siap “ditelan” siswa akan tetapi informasi yang mampu membangkitkn
siswa utuk mau “mengunyahnya” untuk memikirkannya sebelum I ambil kesimpulan.
Untuk itu dalam hl-hal tertentu sebaikya guru memberikan informasi yang
“mergukan” kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk
membuktikannya.
5.
Motivasi
Motivasi
adalah aspek yang sangat penting utuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya
motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Motivasi dapat
diartikan sebagai doongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau
melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya
mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Oleh sebab itu dalam rangka
membangkitkan motivasi guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan
materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya
sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan
untuk memenuhi kebutuhannya.
C. TAHAPAN PENGEMBANGAN
PENGALAMAN BELAJAR
Proses
memberikan pengalaman belajar pada siswa secara umum terdiri dari tiga tahap
yaitu: tahap permulaan
(prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional) dan tahap penilaian/tindak
lanjut.
1 2 3
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
- Tahap Prainstruksional
Tahap
prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses
belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
oleh siswa pada tahapan ini:
- Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran dapat dijadikan salah satu tolak ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas,bolos dan sebagainya) tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa ( penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustrasi, rendah diri dan lain-lain).
- Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri.
- Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas atau siswa trtentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya
- Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu ( bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya).
Tujuan
tahapan ini pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa
terhadap bahan yang telah diterimnya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam
hubungannya dengan pelajaran hari itu.
- Tahap Instruksional
Tahap
kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yaitu tahapan memberikan
pengalaman belajar pada siswa. Manakala tujuan dan bahan pelajaran yang harus
dicapai bukan merupakan tujuan yang komplks ditambah dengan jumlah siswa yang
besar sehingga dalam tahapan instruksional guru memandang pengalaman belajar
dirancang agar siswa menyimak materi pelajaran secara utuh maka secara umum
dapat diindentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a.
Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran
yang harus dicapai siswa
b.
Menuliskan pokok materi yang akan
dibahas hari itu
c.
Membahas pokok materi yang telah
dituliskan tadi yaitu pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran
menuju kepada topik secara lebih khusus
dan dimulai dari topik khusus menuju topik umum
d.
Pada setiap pokok materi yang dibahas
sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit
e.
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk
memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan
f.
Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok
materi
- Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan
yang ketiga atau yang trakhir dari
strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi/penilaian dan tindak
lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).
Ketiga
tahap yang telah dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu
tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur
waktu dan kegiatan secara fleksibel sehingga ketiga rangkain tersebut diterima
oleh siswa secara utuh.
- PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS)
Pengembangan
pengalaman pembelajaran pada hakikatnya didesain untuk membelajarkan siswa.
Dengan demikian dalam mendesain pembelajaran siswa harus ditempatkan sebagai
faktor utama. Dengan kata lain dalam proses mendesain pembelajaran sebaiknya
menempatkan siswa sebagai subjek belajar atau pembelajaran
ditekankan/berorientasi pada aktivitas siswa.
Pendidikan
merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan baik dewasa
intelektual, social maupun dewasa moral. Oleh karena itu proses pendidikan
bukan hanya mengembangkan intelektual saja akan tetapi mencakup seluruh potensi
yang dimiliki anak didik. Dengan demikian pendidikan pada dasarnya memberikan
pengalaman belajar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
siswa melalui proses interaksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan
guru dan siswa dengan lingkungannya.
Siswa
bukanlah benda mati akan tetapi makhluk hidup yang sedang dalam tahap
perkembangan yang memiliki kemampuan yang berbeda. Ia adalah insan yang aktif,
kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya. Hal ini menggambarkan bahwa
anak didik bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi akan tetapi
mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya
diarahkan untuk memberikan pengalaman belajar agar siswa dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya.
Dalam
pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta
atau informasi akan tetapi pristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena
itu setiap pristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual emosional
siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan
dan tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (
motorik, kognitif dan social, penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap (Raka Joni, 1980:2).
- Konsep dan Tujuan PBAS
PBAS
dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan
kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Dari
konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami:
- Dipandang dari sisi proses pembelajaran PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu kadar PBAS tidak hanya dapat dilihat dari aktivitas fisik saja akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar PBAS yang rndah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif seperti: menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan.
- Dipandang dari sisi hasil belajar PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap ( afektif) dan ketrampilan (psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan ketrampilan. Akan tetapi PBAS intelektual bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil misalnya: kemampuan untuk menmukan, menganalisis, mengkomunikasikan dan hasil penenemuan.
Dari uraian diatas maka PBAS sebagai salah satu
bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar mandiri dan kreatif sehingga ia
dapat memperoleh pengetahuan , ketrampilan dan sikap yang dapat menunjang
terbentuknya kepribadian yang mandiri.
- Penerapan PBAS dalam Proses pembelajaran
Untuk memperoleh pengalaman belajar bagi siswa PBAS
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti: mendengarkan, berdiskusi,
memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan sebagainya. Akan
tetapi juga ada yang tidak bisa diamati seperti: mendengarkan dan
menyimak.
Namun demikian salah satu hal yang dapat kita
lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBAS
yang tinggi, sedang atau lemah dapat kita lihat dari kritera penerapan PBAS
dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana
keterlibatan siswa dalam pmbeljaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
1).
Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan:
Ø Adanya
keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan dan pengalaman serta motivasi yang dimiliki sebagai bahan
pertimbangan dalam mennentukan kegitan pembelajaran
Ø Adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran
Ø Adanya
keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan
Ø Adanya
keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan
digunakan
2)
Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran:
Ø Adanya
keterlibatan siswa baik fisik, mental dan emosional maupun intelektual dalam
setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilhat dari tingginya perhatian serta
motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Ø Siswa
belajar secara langsung (experiental
learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip
diberikan melalui pengalaman nyata seperti : merasakan, meraba, mengoperasikan,
melakukan sendiri.
Ø Adanya
keinginsn siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif
Ø Keterlibatan
siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang
dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran
Ø Adanya
keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan
pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajarkan atau yang timbul selama
proses pembelajaran berlangsung
Ø Terjadinya
interaksi yang multi arah baik antara siswa dengan siswa antara guru dan siswa
3 ) Kadar PBAS ditinjau
dari kegiatan evaluasi pembelajaran:
Ø Adanya
keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah
dilakukannya
Ø Keterlibatan
siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas
yang harus dikerjakannya
Ø Kemauan
siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil
belajar yang diperolehnya
- GURU DALAM PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
Dalam
pengembangan pengalaman belajar guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber
belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa akan tetapi yang
lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena
itu pengembangan belajar menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga
mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar
siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru diantaranya
adalah:
- Mengemukakan berbagai alternative tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru akan tetapi diharapkan siswapun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya
- Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. Artinya tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untu mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya ditentukan guru akan tetapi melibatkan siswa.
- Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana pembelajaran maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan
- Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya
- Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar dan membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Dalam memberikan pengalaman belajar pertanyaan tidak semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan siswa akan tetapi lebih dari itu
- Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam proses memberikan pengalaman belajar guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya
- STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN
- Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran
Dalam
dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
educational goal (J.R. David, 1976). Jadi dengan demikian strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada
dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas:
- Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran
- Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Yang artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalaah pencapaian tujuan.
Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas Dick
and Carrey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Sekarang
bagaimana upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal ini yang dinamakan
metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demikian bisa terjadi sat strategi pembelajaran digunakan
beberapa metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai
sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi.
- Jenis-jenis strategi Pembelajaran
Pengembangan pengalaman akan sangat ditentukan oleh
pengemasan materi pelajaran. Pengemasan materi pelajaran secara individual
seperti pengemasan dalam bentuk pengajaran terprogram dan pengemasan dalam
bentuk modul maka pengalaman belajar harus didesain secara individual juga
artinya pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Mengorganisasi pengalaman belajar meliputi empat hal
pokok yaitu:
- Pengindetifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran setiap usaha pembelajaran
- Pertimbangan dan pemilihan strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai sasaran.
- Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir
- Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Strategi
pembelajaran sebagai upaya memberikan pengalaman belajar kepada siswa sebagai
berikut:
- Strategi pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan strategi
ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Oleh karena strategi
ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur kata sering juga dinamakan
istilah strategi “chalk and talk”.
Fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademis (academic
achievement) siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk mengaplikasikan
strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah.
- Strategi pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dan
suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristic yang berasal dari bahasa yunani yang artinya
heuriskein yang berarti saya menemukan.
- Strategi pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sstem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward) jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Setiap individu akan saling
membantu dan mereka akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok sehingga
setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok.
TUGAS KELOMPOK:
Tulis
dalam kertas manila yang telah disediakan
Kerjakan
tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
Presentasikan
tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
Buat
kesimpulan tentang METODE PEMBELAJARAN
JELASKAN HAKEKAT PENGALAMAN BELAJAR
JELASKAN PERTIMBANGAN DAN PRINSIP PENGORGANIASASIAN
PENGALAMAN BELAJAR
BAGAIMANANA TAHAPAN PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR
URAIKAN PEMAHAMAN SAUDARA TENTANG PENTINGNYAPENGEMBANGANPEMBELAJARANYANG
BERORIENTASI PADA SISWA
IDENTIFIKASIKAN PERAN DAN TUGAS GURU DALAM PENGEMBANGAN
PENGALAMAN BELAJAR SISWA
CONTOH RAGAM STRATEGI dan METODE PEMBELAJARAN DALAM AGAMA
HINDU
(tambahkan dan
tuliskan referensi lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )
BAB VI
METODE PEMBELAJARAN
Pada
bagian ini disajikan tentang metode pembelajaran. Bab ini difokuskan pada
pemahaman tentang metode pembelajaran dan penjelasannya.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian metode pembelajaran, menyebutkan jenis-jenis
metode pembelajaran dan menjelaskan metode-metode pembelajaran dengan benar.
INDIKATOR
Mampu
menjelaskan pengertian metode pembelajaran: Mampu menyebutkan jenis-jenis metode
pembelajaran
a.
Mampu menjelaskan
pengertian metode pembelajaran
- Mampu menyebutkan jenis-jenis metode pembelajaran
- Mampu menjelaskan metode-metode pembelajaran
A. Pengertian Metode
Pembelajaran
Metode pembelajaran
merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan dan memberi
contoh pelajaran kepada siswa. Metode pembelajaran merupakan bagian dari
strategi instruksional dan metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran
yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa seperti
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi
mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama teman, simulasi, karyawisata,
induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar,
bermain peran, proyek dan praktikum dan lain-lain serta masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dalam proses belajar
mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode
yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa pertimbangan
yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pembelajaran secara
tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan:
1. Tujuan Pembelajaran
Penetapan
tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang
akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran serta kemampuan
yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan
metode-metode pembelajaran.
2. Pengetahuan Awal Siswa
Pada
awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa,
ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk menetahui pengetahuan
awal siswa. Sewktu memberi materi pengajran kelak guru tidak kecewa dengan
hasil yng dicapai siswa untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan
tes pretes tertulis, Tanya jawab di awal pelajaran.
Pengetahuan
awal dapat dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan jika siswa
tidak memiliki prinsip, konsep dan fakta
atau memiliki pengalaman maka kemungkinan besar mereka belum dpt dipergunakan
metode yang bersifat belajar mandiri hnya metode yang dapat diterapkan ceramah,
demontrasi, penampialn, latihan dengan teman, sumbang saran, praktikum dan bermain
peran.
3. Bidang Studi
Pada
sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah program studi diatur
dalam tiga kelompok yaitu: pertama Program
pendidikan umum, kedua program
pendidikan akademik dan ketiga
program pendidikan ketrampilan.
4. Alokasi waktu dan
sarana penunjang
Waktu
yang tersedia dalam pemberian materi
pelajaran satu jam pelajaran 45 menit maka metode yang dipergunakan telah
dirancang sebelumnya termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran.
Perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang
seperti: transparan, video dan film.
5. Jumlah siswa
Idealnya
metode yang kita terapkan di dalam kelas melalui pertimbangan jumlah siswa yang
hadirkarena ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan
penyampaian materi.
Mutu
pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas. Sebaliknya
pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung
tingginya biaya dan latihan.
Ukuran
besar dan jumlah siswa yang banyak metode ceramah yang lebih efektif akan
tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibanding
metode lainnya terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa.
6. Pengalaman dan
Kewibawaan Pengajar
Guru
yang baik adalah guru yang berpengalaman. Peribahasa mengatakan Pengalaman adalah guru yang baik.
Kriteria guru berpengalaman dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun.
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal
38 kriteria untuk dapat diangkat menduduki jabatan kepala sekolah bila telah
mengajar minimal 3 tahun untuk kepala Taman kanak-kanak sedangkan 5 tahun untuk
kepala sekolah SD, SMP dan SMA. Guru yang memahami seluk beluk persekolahn,
strata pendidikan bukan jaminan utama dalam keberhasilan mengajar akan tetapi
pengalaman yang menentukan seperti: guru peka dengan masalah, memecahkan
masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memilih
metode yang tepat, memotivasi siswa, mengelola siswa dan mendapat umpan balik dalam
proses belajar mengajar.
Di
samping guru berpengalaman dia harus berwibawa. Kewibawaan merupakan
kelengkapan mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena dia berhadapan dan
mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan social. Ia sosok tokoh
yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan berasal dari
kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang “perkataannya” memiliki kekuatan mengikat
terhadap orang lain. Kewibawaan ada pada
orang dewasa ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan ia perlu dijaga dan
dirawat. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhormat, tempat orang-orang
bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat dan
menjadi suri tauladan. Ia mengayomi semua lapisan masyarakat, ibarat
pepatah “ sebatang kayu besar di tengah
padang, akar tempat orang duduk, batang tempat orang bersandar, daun yang
rindang tampat orang bernaung di kala hari panas dan tempat berteduh di kala
hujan.
Kewibawaan
yang dimiliki guru terbagi dua yaitu:
1.
Kewibawaan kasih sayang seperti yang dimilki
ayah dan ibu, ia menyanyangi anak-anaknya tanpa pilih kasih dan berharap
anak-anaknya tumbuh dan berkembang berguna bagi agama, masyarakat, nusa dan
bangsa
2.
Kewibawaan jabatan ia
dapat memerintah, menganjur, menasehati siswa yang berguna bagi manajemen
pembelajaran
B. Metode- Metode
Pembelajaran
Sebagaimana yang telah
diuraikan diatas bahwa metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau
menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut ini akan disajikan
berbagai metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas yang
masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan.
1.
Metode Ceramah
(Lecture)
Metode
ceramah yang berasal dari lecture memiliki arti dosen atau metode dosen karena
dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan
pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan. Namun pada Sekolah Tingkat Lanjutan metode ceramah dapat
dipergunakan oleh guru dengan memvariasikan dengan metode lain.
Metode ceramah dapat
dilakukan oleh guru:
a.
Untuk memberikan
pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran
b.
Waktu terbatas,
sedangkan materi/informasi banyak yang akan disampaikan
c.
Lembaga pendidikan
sedikit memilki staf pengajar sedangkan jumlah siswa banyak
Keterbatasan metode
ceramah sebagai berikut:
a.
Keberhasilan siswa
tidak terukur
b.
Perhatian dan motivasi
siswa sulit diukur
c.
Peran serta siswa dalam
pembelajaran rendah
d.
Materi kurang terfokus
e.
Pembicaraan sering
melantur
2.
Metode Demonstrasi dan
Eksperimen
Penggunaan
metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memilki keahlian untuk
mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti
kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan harus dimilki oleh guru.
Setelah didemonstrasikan siswa diberi kesempatan melakukan latihan ketrampilan
seperti yang telah diperagakan oleh guru.
Metode Demonstrasi
dapat dilaksanakan:
a.
Manakala kegiatan
pembelajaran bersifat formal atau latihan kerja
b.
Bila materi pelajaran
berbentuk ketrampilan gerak
c.
Manakala guru bermaksud
menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang
d.
Pengajar bermaksud
menunjukkan suatu standar penampilan
e.
Untuk menumbuhkan
motivasi siswa tentang latihan/praktek yang kita laksanakan
f.
Untuk dapat mengurangi
kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan yang hanya mendengar
ceramah atau membaca buku
g.
Bila siswa turut aktif
bereksperimen maka ia akan memperoleh pengalaman
Keterbatasan metode
demonstrasi sebagai berikut:
a.
Demonstrasi akan
merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemontrasikan tidak dapat
diamati dengan seksama oleh siswa
b.
Demonstrasi menjadi
kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana para siswa
sendiri dapat ikut bereksperimen
c.
Tidak semua hal dapat
didemonstrasikan di dalam kelompok
d.
Kadang-kadang bila
suatu saat dibawa ke dalam kelas kemudia didemonstrasikan terjadi proses yang
berlainan dengan proses dalam situasi nyata
e.
Manakala setiap orang
diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banya dan membosankan bagi
peserta yang lain
3.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab
dapat dinilai sebagai metode yang tepat apabila pelaksanaannya
ditujukan untuk:
a.
Meninjau ulang
pelajaran atau ceramah yang lalu agar siswa memusatkan lagi perhatian pada
jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan
pelajarannya
b.
Menyelingi pembicaraan
agar tetap mendapatkan perhatian siswa
c.
Mengarahkan pengamatan
dan pemikiran mereka
Metode
Tanya jawab tidak wajar digunakan untuk:
a.
Menilai kemajuan
peserta didik
b.
Mencari jawaban dari
siswa tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima
c.
Memberi giliran pada
siswa tertentu
Kebaikan metode Tanya
jawab adalah:
a.
Tanya jawab dapat
memperoleh sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan dengan metode ceramah
yang bersifat menolong
b.
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga Nampak mana yang belum jelas
atau belum dimengerti
c.
Mengetahui
perbedaan-perbedaan pendapat yang ada yang dapat dibawa kearah situasi diskusi
4.
Metode Penampilan
Metode
penampilan adalah berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa di bawah bimbingan
dari dekat oleh pengajar. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan
atau demontrasi yang diterima atau diamati siswa.
Metode ini dipergunakan
pengajar harus:
a.
Memberikan penjelasan
yang cukup kepada siswa selama siswa praktik
b.
Melakukan tindakan
pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai
c.
Pelajaran telah
mencapai tingkat lanjutan
d.
Kegiatan pembelajaran
bersifat formal
e.
Siswa yang mendapat
kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi
sesungguhnya
f.
Membutuhkan waktu
panjang
g.
Membutuhkan
fasilitas dan alat khusus yang mungkin
mahal, sulit diperoleh dan harus dipelihara terus menerus
h.
Membutuhkan pengajar
yang lebih banyak
5.
Metode Diskusi
Metode
diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa dengan guru untuk
menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topic atau
masalah tertentu.
Metode diskusi ini
digunakan oleh guru bila:
a.
Menyediakan bahan,
topic atau masalah yang akan didiskusikan
b.
Menyebutkan pokok-pokok
masalah yang akan dibahas atau memberikan studi kasus kepada siswa sebelum
menyelenggarakan diskusi
c.
Menugaskan siswa untuk
menjelaskan, menganalisis dan meringkas
d.
Membimbing diskusi tidak
memberikan ceramah
e.
Melatih siswa dalam
menghargai pendapat orang lain
Metode ini tepat
digunakan bila:
a.
Siswa berada di tahap
menengah atau tahap akhir proses belajar
b.
Pelajaran formal atau
magang
c.
Perluasan pengetahuan
yang telah dikuasai siswa
d.
Belajar
mengindentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan
e.
Membiasakan siswa
berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi dan kepribadian
f.
Menghadapi masalah
secara berkelompok
g.
Membiasakan siswa untuk
beragumentasi dan berfikir rasional
Metode diskusi memiliki
keterbatasan sebagai berikut:
a.
Menyita waktu lama dan
jumlah siswa harus sedikit
b.
Metode ini tidak tepat
digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru dikenalkan pada bahan
pembelajaran baru
c.
Apatis bagi siswa yang
tidak terbiasa berbicara dalam forum
6.
Metode Studi Mandiri
Metode
studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa
tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
Metode
ini dilakukan dengan cara:
a.
Memberikan daftar hadir
bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya
b.
Menjelaskan hasil yang
diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri
c.
Mempersiapkan tes untuk
menilai keberhasilan siswa
Metode ini tepat
dilakukan manakala:
a.
Pada tahap akhir proses
belajar
b.
Dapat digunakan pada
semua mata pelajaran
c.
Menjelaskan hasil yang
diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan mandiri
d.
Menunjang metode
pembelajaran yang lain
e.
Meningkatkan kemampuan
kerja siswa
f.
Mempersiapkan siswa
untuk kenaikan tingkat atau jabatan
g.
Member kesempatan
kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri siswa lain
7.
Metode Pemecahan
Masalah
Metode
pemecahan masalah juga dikenal Metode Brainstorming. Ia merupakan metode yang
merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat
yang disampaikan oleh siswa. Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah
berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula. Tetapi
metode ini perlu diwaspadai karena akan menimbulkan prustasi di kalangan siswa
lantaran masing-maing mereka belum dapat menemui solusinya dari proses yang
kita lakukan. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang diminta adalah
buah fikiran dengan alasan-alasan rasional.
8.
Metode Bermain Peran
Metode
bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau
lebih tentang suatu topic atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan tokoh yang ia lakoni dan mereka berinteraksi sesame mereka untuk
melakukan peran terbuka.
9.
Metode Tutorial
Metode
tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan
dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri.
10. Metode
Deduktif
Metode
deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran
yang kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam
situasi tertentu. Metode ini menjelaskan teoritis ke bentuk realitas atau
menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.
11. Metode
Induktif
Metode
induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha
keras menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode
ini disebut metode discovery atau
Socratic.
12. Metode
Computer Assisted learning (CAL)
Metode
ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur dimana computer
diprogramkan dengan permasalahn-permasalahan. Siswa diminta untuk memecahkan
masalah tersebut atau mencari jawaban
dengan mempergunakan computer dan seketika itu jawaban siswa diproses secara
elektronik.
TUGAS KELOMPOK:
Tulis
dalam kertas manila yang telah disediakan
Kerjakan
tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
Presentasikan
tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
Buat
kesimpulan tentang METODE PEMBELAJARAN
JELASKAN PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
JELASKAN JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN
JELASKAN METODE-METODE PEMBELAJARAN
URAIKAN PEMAHAMAN SAUDARA TENTANG PENTINGNYA METODE
PEMBELAJARAN
(tambahkan dan
tuliskan referensi lain yang saudara gunakan dalam pemaparan tugas )
BAB VII
KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
Pada
bagian ini disajikan tentang ketrampilan dasar mengajar. Bab ini difokuskan
pada pemahaman tentang ketrampilan dasar mengajar dan penjelasannya.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa
mampu menyebutkan jenis-jenis ketrampilan
dasar mengajar dan penjelasannya dengan benar.
INDIKATOR
- Mampu menyebutkan jenis-jenis ketrampilan dasar mengajar
- Mampu menjelaskan jenis-jenis ketrampilan dasar
- KETRAMPILAN BERTANYA
Dalam
proses belajar mengajar bertanya memegang peranan penting karena pertanyaan
yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan
dampak positif terhadap siswa yaitu:
a.
Meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar
b.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu
siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan
c.
Mengembangkan pola dan cara belajar
aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya
d.
Menuntun proses berfikir siswa sebab
pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang
baik
e.
Memusatkan perhatian siswa terhadap
masalah yang sedang dibahas
- Dasar-Dasar Pertanyaan yang baik
a.
Jelas dan sudah
dimengerti oleh siswa
b.
Berikan informasi yang cukup untuk
menjawab pertanyaan
c.
Difokuskan pada suatu masalah atau tugas
tertentu
d.
Berikan waktu yang cukup kepada anak
untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan
e.
Bagikanlah semua pertanyaan kepada
seluruh murid secara merata
f.
Berikan respons yang ramah dan
menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
g.
Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka
dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
- Jenis-Jenis Pertanyaan yang baik
1).
Jenis pertanyaan menurut maksudnya
a. Pertanyaan permintaan (compliance question) yaitu pertanyaan
yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk
pertanyaan
b. Pertanyaan retoris (rhetorical question) yaitu pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban tetapi dijawab sendiri oleh guru
c. Pertanyaan mengarahkan/menuntun (prompting question) yaitu pertanyaan
yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya.
d. Pertanyaan menggali (probing question) yaitu pertanyaan
lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap
pertanyaan pertama.
2) Pertanyaan
menurut Taksonomi Bloom
a. Pertanyaan pengetahuan (recoll question atau knowledge question)
atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, siapa dan sebutkan
b. Pertanyaan pemahaman (comprehension question) yaitu pertanyaan
yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri.
Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan dan bandingkan
c. Pertanyaan penerapan (application question) yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atu informasi yang diterimanya
d. Pertanyaan sintesis (synthesis question) yaitu pertanyaan
yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal tetapi lebih dari satu dan
menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah dan mencari
komunikasi
e. Pertanyaan evaluasi (evaluation
question) yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan
penilaian /pendapatnya terhadap suatu masalah
- Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
1)
Kehangatan
dan keantusiasan
Untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar guru perlu
menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima
jawaban siswa. Sikap dan cara guru: suara, ekspresi wajah, gerakan dan posisi
badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
2) Kebiasaan yang perlu Dihindari
a.
Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila
siswa tidak mampu menjawabnya
b.
Jangan mengulang-ulang jawaban siswa
c.
Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang
diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya
d.
Usahakan agar siswa tidak menjawab
pertanyaan secara serempak karena guru tidak dapat mengetahui dengan pasti
siapa yang menjawab benar dan siap yang menjawab salah
e.
Menentukan siapa sisa yang harus
menjawab sebelum mengajukan pertanyaan akan menyebabkan siswa yang tidak
ditunjuk untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan
f.
Pertanyaan ganda: guru kadang-kadang
mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda yang menghendaki beberapa jawaban
atau kegiatan yang harus dilakukan siswa
- Komponen-Komponen Ketrampilan bertanya Dasar
1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan
singkat
Pertanyaan
guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang
dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya
2. Pemberian acuan
Sebelum
memberikan pertanyaan kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa
pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan
oleh siswa
3. Pemindahan giliran
Adakalanya
satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa karena jawaban
siswa benar tapi belum tepat
4. Penyebaran
Untuk
melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran guru perlu menyebarkan
giliran menjawab pertanyaan secara acak. Cara pemindahan giliran beberapa siswa
secara bergilir diminta menjawab pertanyaan yang sama sedangkan pada penyebaran
disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang berbeda pula.
5. Pemberian waktu berfikir
Setelah
mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa guru perlu member waktu beberapa
detik untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya
6. Pemberian tuntunan
Bila
siswa itu menjawab salah atau tidak dapat menjawab guru hendaknya memberikan
tuntunan kepada siswa agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
- Komponen-Komponen Ketrampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan
bertanya lanjutan dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen bertanya
dasar. Adapun komponen-komponennya adalah sebagai berikut:
1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan
yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda dari
proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi.Oleh karena itu guru
dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat
kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke
berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk
mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi
dan kompleks guru hendaknya dapat mengatur pertanyaan yang diajukan kepada
siswa dari tingkat mengingat kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis
dan sintesis.
3. Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika
jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru tetapi masih dapat
ditingkatkan menjadi lebih sempurn. Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pelacak kepada siswa tersebut. Berikut ini adalah beberapa teknik pertanyaan
pelacak yang dapat digunakan:
a.
Klasifikasi: jika siswa menjawab dengan
kalimat yang kurang tepat guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta
siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa
menjadi baik
b.
Meminta siswa memberikan alasan
(argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab
pertanyaan guru
c.
Meminta kesempatan pandangan: guru dapat
memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau
penolakan disertai alasan terhadap jawaban rekannya agar diperoleh pandangan
yang dapat diterima oleh semua pihak
d.
Meminta kesempatan jawaban: guru dapat
meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap
kurang tepat
e.
Meminta jawaban yang lebih relevan: bila
jawaban siswa kurang relevan guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan
dari siswa tersebut
f.
Meminta contoh: bila siswa menjawab
dengan samar-samar guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau
contoh kangkrit tentang apa yang dikemukakannya
g.
Meminta jawaban yang lebih kompleks:
guru dapat meminta siswa tersebut untuk member penjelasan atau ide-ide penting
lainnya sehingga jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks
4. Peningkatan terjadinya interaksi
Agar
siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan
dan hasil diskusi guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya
sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang
siswa. Artinya jika siswa mengajukan pertanyaan guru tidak segera menjawab
tetapi melontarkannya kembali kepada siswa lainnya.
- KETRAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk
respons apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi atau penguatan
adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemunkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a.
Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan
mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan sebagai berikut:
v Meningkatkan
perhatian siswa terhadap pelajaran
v Merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar siswa
v Meningkatkan
kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif
b.
Jenis-Jenis Pertanyaan
v Penguatan
verbal
Biasanya
diungkapkan/diutarakan dengan
menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
Contoh: bagus sekali, betul, pintar, ya, seratus buat kamu!
v Penguatan
nonverbal
-
Penguatan gerak isyarat. Misalnya:
anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah
mendung, wajah cerah dan sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang
-
Penguatan pendekatan: guru mendekati
siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah
laku atau penampilan siswa.
-
Penguatan dengan sentuhan (contact):
guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan
siuswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan,
mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan.
-
Penguatan dengan kegiatan yang
menyenangkan: guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang
disenangi oleh siswa sebagai penguatan
-
Penguatan berupa simbol atau benda:
penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai symbol berupa benda seperti:
kartu bergambar, lencana atau komentar tertulis pada buku siswa
-
Jika siswa memberikan jawaban yang hanya
sebagian saja benar guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa
v Prinsip
Penggunaan Penguatan
-
Kehangatan dan keantusiasan
Sikap
dan gaya guru termasuk suara, mimik dan gerak badan akan menunjukkan adanya
kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
-
Kebermaknaan
Penguatan
hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia
mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan
itu bermakna baginya.
-
Menghindari penggunaan respons yang
negative
Walaupun
teguran dan hukuman masih bias digunakan respons negative yang diberikan guru
berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena
akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya.
v Cara
Menggunakan Penguatan
-
Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan
harus jelas kepada siapa ditujukan sebab bila tidak akan kurang efektif. Oleh
karena itu sebelum memberikan penguatan guru terlebih dahulu menyebut nama
siswa yang bersangkutan sambil menatap matanya
-
Penguatan kepada kelompok
Penguatan
dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa
-
Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan
seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respons siswa yang
diharapkan.
-
Variasi dalam penggunaan
Jenis
atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi tidak terbatas pada
satu jenis saja karena hal ini akan menimbulkan kebosanan.
- KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
a.
Pengertian
Variasi
stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi
belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh
partisipasi.
b.
Tujuan dan manfaat
1.
Untuk menimbulkan dan meningkatkan
perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan
2.
Untuk memberikan kesempatan bagi
berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal
yang baru
3.
Untuk memupuk tingkah laku yang positif
terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara
mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
4.
Guna member kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya
c.
Prinsip Penggunaan
1.
Varasi hendaknya digunakan dengan suatu
maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai
2.
Variasi harus digunakan secara lancer
dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak
mengganggu pelajaran
3.
Direncanakan secara baik dan secara
eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran
d.
Komponen-Komponen Ketrampilan mengadakan
Variasi
v Variasi
dalam cara mengajar guru
a.
Penggunaan variasi suara (teacher
voice). Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari
tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi
sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata terentu
b.
Pemusatan perhatian siswa (focusing).
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan
oleh guru.
c.
Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence). Adanya kesenyapan ,
kebisuan atau “selingan diam”yang tiba-tiba dan sengaja selagi guru menerangkan
sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa
d. Mengadakan
kontak pandang dan gerak ( eye contact
and movement). Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya
sebaiknya pandangan guru menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata
murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka.
e. Gerakan
badan mimic: variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan
badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk
menarik perhartian dan untuk meyampaikan arti dari pesan lisan yang
dimaksudkan. Ekspresi wajah misalnya: tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut,
menaikkan alis mata untuk menunjukkan kagum, tercengang atau heran, Gerakan
kepala dapat dilakukan dengan bermacam-macam misalnya: mengganggukkan,
menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala untuk menunjukkan setuju atau
sebaliknya.
f.
Pergantian posisi guru di dalam kelas
dan gerak guru (teachers movement):
pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan
perhatian siswa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-
Biasakan bergerak dengan bebas di dalam
kelas
-
Jangan membiasakan menerangkan sambil
menulis menghadap ke papan tulis
-
Jangan membiasakan menerangkan dengan
arah pandangan ke langit-langit atau ke luar tetapi arahkan pandangan
menjelajahi seluruh kelas
-
Bila diinginkan untuk mengobservasi
seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan dari belakang kea rah depan untuk
mengetahui tingkah laku murid
v Variasi
dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Media
dan alat pengajaran bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan
ke dalam tiga bagian yaitu dapat didengar, dilihat dan diraba. Penggunaan alat
yang multimedia dan relevan dengan tujuan pengajaran dapat meningkatkan hasil
belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama. Adapun variasi penggunaan alat
antara lain adalah:
-
Variasi alat atau bahan yang dapat
dilihat (visual aids). Alat atau
bahan yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : grafik, bagan, poster, gambar,
film dan slide
-
Variasi alat atau bahan yang dapat
didengar (auditif aids). Suara guru
termasuk ke dalam media komunikasi yang utama ke dalam kelas. Rekaman suara,
suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama dan telepon
-
Variasi alat atau bahan yang dapat
diraba, dimanipulasi dan digerakkan (motorik).
Penggunaan alat yang termasuk ke dalam jenis ini dapat menarik perhatian siswa
dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk dan memperagakan kegiatannya baik
secara perseorangan ataupun kelompok. Misalnya: peragaan yang dilakukan guru atau siswa: model, patung, toeng dan
boneka yang dapat digunakan oleh anak untuk diraba dan diperagakan
-
Variasi alat atau bahan yang dapat
didengar, dilihat dan diraba (audio aids).
Penggunaan alat ini merupakan tingkat yang paling tinggi karena melibatkan
semua indera yang kita miliki. Media yang termasuk AVA: film, televisi, radio
dan slide projector
v Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola
interaksi dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam
coraknya mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri
yang dilakukan anak. Hal ini tergantung pada ketrampilan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan
agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan dan untuk menghidupkan suasana kelas
demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan.
4. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Keterampilan
menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu
dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.Biasanya guru cenderung
lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaru langsung. Misalnya: dalam
memberikan fakta, ide maupun pendapat.
a. Tujuan Memberikan Penjelasan
-
Membimbing murid untuk mendapat dan
memahami hokum, dalil, fakta, mdefinisi dan prinsip secara objektif dan
bernalar
-
Melibatkan murid untuk berfikir dengan
memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
-
Untuk mendapat balikan dari murid
mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kasalahpahaman mereka
-
Membimbing murid untuk menghayati dan
mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah
b. Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan
dikuasai oleh guru
-
Meningkatkan keefektifan pembicaraan
agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa pada umumnya
pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada siswa
-
Penjelasan yang diberikan oleh guru
kadang-kadang tidak jelas bagi muridnya tetapi hanya jelas bagi guru itu
sendiri. Oleh karena itu kemampuan mengelola tingkat pemahaman murid sangat
penting dalam memberikan penjelasan
-
Tidak semua murid dapat menggali sendiri
pengetahuan dari buku atau dari sumber lainnya
-
Kurangnya sumber yang tersedia yang
dapat dimanfaatkan oleh murid dalam belajar
c. Komponen-Komponen Keterampilan
Menjelaskan
v Merencanakan
Penjelasan
yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan
dengan isi pesan (materi) yang meliputi: penganalisaan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang
dikaitkan dengan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan
yang telah ditentukan.
v Penyajian
suatu penjelasan
Penyajian
suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
-
Kejelasan. Penjelasan hendaknya
diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan
menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, ‘aa”, “mm”, “kira-kira”, dan
“biasanya”
-
Penggunaan contoh dan ilustrasi. Dalam
memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya
dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari
-
Pemberian tekanan. Dalam memberikan
penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan
mengurangi informasi yang tidak begitu penting
-
Penggunaan balikan. Guru hendaknya
member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman. Keraguan atau
ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan
- KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Yang
dimaksud dengan set induction adalah
usaha atau kegiatn yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat
pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek
yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan sussana siap mental dan menimbulkan
perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.
- Tujuan Pokok Siasat Membuka Pelajaran
-
Menyiapkan mental siswa agar siap memasuki
persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan
-
Menimbulkan minat serta pemusatan
perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar
mengajar
- Siasat menutup pelajaran
Menutup
pelajaran (closure) adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar
mengajar. Usaha menutup pelajaran dimakudkan untuk member gambaran menyeluruh
tentang ap;a yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian
siwa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Bentuk usaha
guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah:
-
Menerangkan atau membuat garis-garis
besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh
gambaran yang jelas tentang makna esensi pokok persoalan yang baru saja
diperbincangkan atau dipelajari
-
Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap
hal-hal yang pokok dalam pelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah
diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran
selanjutnya
-
Mengorganisasi semua kegiatan atau
pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan suatu kebulatan yang
berarti dalam memahami materi yang baru dipelajari
-
Memberikan tindak lanjut (follow up) berupa saran-saran serta
ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari
kembali di rumah
- Komponen Ketrampilan Membuka dan menutup pelajaran
v Membuka
pelajaran
-
Menarik perhatian siswa dengan cara:
=
gaya mengajar guru
=
penggunaan alat bantu pelajaran
=
pola interaksi yang bervariasi
-
Menimbulkan motivasi
=
disertai kehangatan dan keantusiasan
=
menimbulkan rasa ingin tahu
=
mengemukakan ide yang bertentangan
=
memperhatikan minat siswa
-
Memberi acuan
=
mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
=
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
=
mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
=
mengajukan pertanyaan-pertanyaan
-
Membuat kaitan atau hubungan di antara
materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah
dikuasai siswa
v Menutup
Pelajaran
Cara
yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran adalah:
-
Meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan
-
Mengevaluasi
=
mendemonstrasikan keterampilan
=
mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
=
mengeksplorasi pendapat siswa sendiri
=
memberikan soal-soal tertulis
- KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan suatu
kegiatan yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak setiap
guru dan calon guru mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa
mengalami latihan.
- Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
v Memusatkan
perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Caranya
adalah:
-
Rumuskan tujuan dan topic yang akan
dibahas pada awal diskusi
-
Kemukakan masalah-masalah khusus
-
Catat perubahan atau penyimpangan
diskusi dan tujuan
-
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
v Memperluas
masalah atau urunan pendapat
Tugas
guru dalam memimpin diskusi adalah:
-
Menguraikan kembali atau merangkum
urunan tersebut hingga menjadi jelas
-
Meminta komentar siswa dengan mengajukan
pertanyaan-ppertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide
tersebut
-
Menguraikan gagasan siswa dengan
memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai hingga kelompok
memperoleh pengertian yang lebih jelas
v Menganalisis
pandangan siswa
Guru
hendaknya mampu menganalisis alas an perbedaan dalam diskusi dengan cara:
-
Meneliti apakah alas an tersebut memang
mempunyai dasar yang kuat
-
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan
yang tidak disepakati
v Meningkatkan
urunan siswa
Cara
untuk meningkatkan urunan siswa adalah:
-
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menantang siswa untuk berfikir
-
Memberikan contoh-contoh verbal atau non
verbal yang sesuai dan tepat
-
Memberikan waktu untuk berfikir
-
Memberikan dukungan terhadap pendapat
siswa dengan penuh perhatian
v Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
Penyebaran
kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:
-
Mencoba memancing urunan siswa yang
enggan berpartisipasi dengan mengarahklan pertanyaan langsung secara bijaksana
-
Mencegah terjadinya pembicaraan serentak
dengan member giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
-
Mencegah secara bijaksana siswa yang
suka memonopoli pembicaraan
-
Mendorong siswa untuk mengomentari
urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
v Menutup
diskusi
Keterampilan
akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup diskusi yang dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
-
Membuat rangkuman hasil diskusi dengan
bantuan para siswa
-
Memberi gambaran tentang tindak lanjut
hasil diskusi
-
Mengajak siswa untuk menilai proses
maupun hasil diskusi yang telah dicapai
- KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.Misalnya:
penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian
ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa atau penetapan
norma kelompok yang produktif. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
- Prinsip penggunaan
-
Kehangatan dan keantusiasan
-
Tantangan
-
Bervariasi
-
Keluwesan
-
Penekanan pada hal-hal yang positif
-
Penanaman disiplin diri
- Komponen Keterampilan
v Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif)
Keterampilan
ini berkaiatan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengenmdalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
hal-hal tersebut meliputi keterampilan sebagai berikut:
-
Menunjukkan sikap tanggap. Tanggap
terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan dan keterlabatan siswa dalam
tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa
guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Kesan ketanggapan
ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1)
Memandang secara seksama
2)
Gerak mendekati
3)
Memberikan pernyataan
4)
Memberi reaksi terhadap gangguan dan
ketidakacuhan siswa
-
Memberi perhatian. Pengelolaan kelas
yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan
yang berlangsung dengan dua cara: visual dan verbal
-
Memusatkan perhatian kelompok. Kegiatan
siswa dalam belajar dapat dipertahanklan apabila dari waktu ke waktu guru mampu
memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan.
-
Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
-
Menegur. Ababila terjadi tingkah laku
siswa yang mengganggu kelas atau kelompok dalam kelas hendaklah guru menegurnya
secara verbal
-
Memberi penguatan
= guru dapat memberikan penguatan kepada
siswa yang mengganggu yaitu dengan jalan “menangkap” siswa tersebut ketika ia
sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar dan kemudian menegurnya
= guru dapat memberikan penguatan kepada
siswa yang bertingkah laku wajar supaya dapat menjadi contoh atau teladan
tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu
v Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan
ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan
yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respons
yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah
atau orang tua siswa.
Bukanlah
kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat menangani setaip problema
siswa di dalam kelas. Namuan pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan
seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang
terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di
kelas. Strategi tersebut adalah:
-
Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya
menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan
berusaha mememodifikasi tingkah laku tersebut dengan menagaplikasikan pemberian
penguatan secara sistematis
-
Guru dapat menggunakan pendekatan
pemecahan masalah kelompok dengan cara:
=
mempelancar tugas-tugas
=
memelihara kegiatan-kegiatan kelompok
-
Menemukan dan memecahkan tingkah laku
yang menimbulkan masalah
- KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK DAN PERSEORANGAN
Secara
fisik bentuk pengajaran ini adalah bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru
terbatas yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil. Ini berarti
bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja sepanjang
waktu belajar.
Hakikat
pengajaran ini adalah:
1.
Terjadinya hubungan interpersonal antara
guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa
2.
Siswa belajar sesuai dengan kecepatan
dan kemampuan masing-masing
3.
Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai
dengan kebutuhannya
4.
Siswa dilibatkan dalam perencanaan
kegiatan belajar mengajar
Peran
guru dalam pengajaran ini adalah:
1.
Organisator kegiatan belajar mengajar
2.
Sumber informasi (nara sumber) bagi
siswa
3.
Motivator bagi siswa untuk belajar
4.
Penyedia materi dan kesempatan belajar
(fasilitator) bagi siswa
5.
Pembimbing kegiatan belajar siswa
(konselor)
6.
Peserta kegiatan belajar
Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap
setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar
lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya
daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan
siswa secara optimal
BAB VIII
PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
Pada
bagian ini disajikan tentang penilaian berbasis kompetensi. Bab ini difokuskan
pada pemahaman tentang penilaian berbasis kompetensi dan penjelasannya.
KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa
mampu mendefinisikan pengertian penilaian dan menjelaskan pola pengukuran dalam kompetensi
dengan benar.
INDIKATOR
- Mampu mendefinisikan pengertian penilaian
- Mampu menjelaskan pola pengukuran dalam kompetensi
- Pengertian
Menguji
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
guru untuk mengetahui tingkat
pengetahuan awal, kecakapan siswa dan program pengajaran. Ujian ini dapat
dilakukan awal pelajaran untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan awal
siswa dan uji akhir dari proses pembelajaran yaitu untuk mendapat gambaran
kecakapan, penyerapan dari suatu penyajian yang telah dilaksanakan pada akhir
pelajaran.
Oemar
Hamalik (1995:159) mengemukakan bahwa penilaian (evaluasi) merupakan
keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk
membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik
setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Ujian
yang diberikan kepada siswa bukan hanya sekedar pelengkap dari suatu proses
pembelajaran akan tetapi merupakan pengukuran dari suatu proses yang harus
dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung. Ujian yang diberikan
kepada siswa tidak terlepas dari pengembangan kompetensi dasar yang dijabarkan
dalam bentuk indikator-indikator.
Penilaian
(evaluasi) yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan kecakapan dalam
tingkat pengetahuan, kemahiran dalam keterampilan serta perubahan dalam sikap
dalam satu unit pembelajaran atau dalam program pembelajaran yang telah
dilakukan.
Guru
melakukan penilaian berdasarkan pada indicator yang dikembangkan dari kemampuan
dasar sesuai materi pelajaran yang telah diajarkan, indikator itu adalah
menggunakan kata kerja operational khusus yang setiap indicator diuji
kelayakannya. Apakah indikator tersebut dapat menimbulkan 3 sampai 5 butir soal
ujian. Beberapa ahli menganjurkan agar setelah isi bahan ajar dan rincian tugas
selesai ditulis, guru segera membuat soal ujian yang berhubungan dengan isi
pelajaran yang telah diajarkan yang kemudian soal-soal tidak melenceng dari
indikator yang telah ditetapkan.
Guru
harus menilai kemampuan siswa dalam 3 aspek dan tidak hanya terfokus pada
kognitif saja. Moekijat (1992:69) mengemukakan teknik penilaian (evaluasi)
belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai berikut:
- Evaluasi belajar pengetahuan dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan dan daftar pertanyaan
- Evaluasi belajar ketrampilan dapat dilakukan dengan ujian praktik, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri
- Evaluasi belajar sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program
- Pola Pengukuran Dalam Kompetensi
Evaluasi
merupakan istilah yang umum dikenal dalam lembaga pendidikan maksudnya tidak
lebih adalah merupakan alat untuk mengukur seberapa jauhnya
kemampuan/kompetensi yang dimiliki oleh siswa-siswa. Pengukuran yang
dikembangkan ini adalah pengukuran yang baku dan meliputi berbagai aspek yaitu:
kognitif, afektif dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator
yang ditetapkan guru. Pengujian dalam berbasis kompetensi merupakan pola
pengujian yang berkelanjutan dalam semua indiator dibuat soalnya yang kemudian
hasilnya dianalisis untuk menentukan kemampuan dasar yang dimilki masing-masing
siswa atau yang belum memiliki kemampuan dasar serta melihat kendala yang
dihadapi masing-masing siswa.
Pengukuran
ini dapat dilakukan dalam bentuk ujian lisan, kuis, ulangan harian, pekerjaan
rumah, ulangan semester dan ujian akhir. Hasil ujian yang telah didapatkan
selanjutnya dianalisi untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program
remedial. Apabila nanti ditemui sebagian besar siswa diatas 75% belum menguasai
suatu kemampuan dasar maka dilakukan lagi proses pembelajaran sedangkan yang
telah menguasai diberi tugas pengayaan untuk masing-masing siswa.
Popham
(dalam Suderajat, 2004:123) mengemukakan tujh criteria yang harus dipenuhi
dalam menyusun tes berbasis kompetensi yang berkualitas yaitu:
- Generability apakah kompetensi peserta tes (student’s performance) dalam tugas yang diberikan tersebut dapat digeneralisasikan dalam arti dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya dalam sehari-hari. Semakin mudah tugas tersebut digeneralisasikan atau semakin mudah tugas itu dibandingkan dengan tugas sehari-hari tugas tersebut semakin baik
- Authentic. Apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan hal yang sering dihadapinya dalam praktik kehidupan sehari-hari
- Multiple fact. Apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari saru kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes)
- Teachability. Apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas. Yang artinya tugas yang diberikan dalam penilaian kompetensi harus relevan dengan materi atau kecakapan yang diajarkan guru di kelas
- Fairness. Apakah tugas-tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes. Jadi tugas yang diberikan harus dipikirkan agar tidak bias untuk semua jenis kelamin, suku bangs, agama atau status social ekonomi
- Scorability. Apakah tugas yang diberikan natinya dapat diskor dengan akurat dan reliable.
Evaluasi
pembelajaran dalam mengimplementasikan kurikulum 2004 menurut Mulyasa (2004:
177-178) dilakukan dalam bermacam-macam bentuk diantaranya: penilaian berbasis
kelas, tes kemampuan dasar, ujian berbasis sekolah, bernchmarking, penilaian program dan portofolio.
- Penilaian Berbasis kelas
Penilaian
berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses
pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan informasi
dan hasil belajar peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian
belajar yang terdapat dalam kurikulum. Penilaian dapat dilakukan sebagai
berikut:
a.
Pertanyaan lisan di kelas
b.
Kuis
c.
Ulangan harian
d.
Tugas individu
e.
Tugas kelompok
f.
Ulangan semester
g.
Ulangan kenaikan kelas
h.
Laporan kerja praktik/laporan praktikum
i.
Respons /Ujian praktik
j.
Ujian akhir
- Tes Kemampuan Dasar
Tes
kemampuan dasar adalah untuk mengetahui komoetensi dasar peserta didik terutama
dalam membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu tes kemampuan ini untuk
mendeteksi peserta didik yang belum memiliki kemampuan dasar dan tes ini
digunakan untuk perbaikan program pembelajarn (program remedial).
- Ujian berbasis Sekolah
Ujian
berbasis sekolah adalah ujian yang dilakukan pada akhir jenjang sekolah atau
ujian untuk mendapatkan ijazah atau sertifikasi. Ujian berbasis sekolah ini
untuk mendapat gambaran secara menyeluruh kecakapan dan kinerja peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran pada rentang waktu tertentu.
- Benchmarking
Benchmarking
merupakan penilaian terhadap suatu pekerjaan, proses, performance dan untuk
menentukan tingkat keunggulan dan keberhasilan. Penilaian ini dilakukan pada
akhir satuan pendidikan serta untuk melihat peringkat kelas bukan memberikan
nilai akhir peserta didik.
- Penilaian Program
Penilaian
program dipergunakan untuk menilai program pembelajaran di sekolah yang
barkaitan terlaksana/tercapai atau tidak kurikulum dan tujuan pembelajaran.
Scriven (dalam Tayibnapis, 2000: 36) membedakan evaluasi formatif dan sumatif
yang dipergunakan untuk penilaian program sekolah. Evaluasi formatif
dilaksanakan selama program berjalan untuk memberi informasi yang berguna
kepada pimpinan program untuk perbaikan program sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang
potensial tentang manfaat atau kegunaan program.
- Penilaian Portofolio
Portofolio
berasal dari bahasa Inggris “portofolio”
yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan
kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio
disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu
yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini
beragam tergantung pada mata pelajaran dan
tujuan portofolio. Penilaian portofolio juga merupakan penilaian berbasis kelas
terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu. Penilaian portofolio tidak saja dapat dilakukan oleh guru di sekolah
akan tetapi juga dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dalam memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu.
Borton
& Collins (dalam Sumarna Surapranata, dkk, 2006: 26) objek portofolio atau evidence dibedakan menjadi empat macam
diantaranya:
1.
Hasil karya peserta didik ( artifacts) yaitu hasil karya peserta
didik yang dihasilkan di kelas
2.
Reproduksi (reproductions) yaitu hasil kerja peserta didik yang dikerjakan di
luar kelas
3.
Pengesahan (attestations) yaitu pernyataan dan hasil pengamatan yang dilakukan
oleh guru atau pihak lainnya tentang peserta didik
4.
Produksi (productions) yaitu hasil kerja peserta didik yang dipersiapkan
khusus untuk portofolio
TUGAS KELOMPOK:
Tulis
dalam kertas manila yang telah disediakan
Kerjakan
tugas kelompok ini dengan 4-5 orang
Presentasikan
tugas saudara dan diskusikan dalam waktu 10 menit
Buat
kesimpulan tentang penilain
JELASKAN PENGERTIAN PENILAIAN
JELASKAN MANFAAT PENILAIAN
JELASKAN POLA PENGUKURAN DALAM KOMPETENSI
URAIKAN PEMAHAMAN SAUDARA TENTANG PORTOFOLIO
BUATLAH CONTOH FORMAT PENILAIN
(tambahkan dan tuliskan referensi lain yang saudara
gunakan dalam pemaparan tugas )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar